Aku terkesima. Terlalu ngeri melihat pemandangan yang ada di hadapanku. Bekas darah masih ada, dan setumpuk debu berserakan di dekat vampir bermata perak itu. Aku tidak tau bagaimana nasibku selanjutnya, hanya saja yang kuingat adalah kegelapan yang menelanku tanpa ampun. Dan aku kehilangan kesadaranku.

            Aku terbangun di sebuah ruangan yang gelap. Dan aku sadari aku tengah tidur di sebuah ranjang antik bertiang empat dengan kelambu tipis yang menutupinya. Seberkas cahaya lilin menari-nari di dekat meja rias antik di sebelah tempat tidurku. Dengan perlahan aku duduk dan memegangi kepalaku. Mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi dan di mana kira-kira aku berada. Bukankah tadi aku sedang mencari kucingku di taman? Lalu bagaimana aku bisa berada di kamar tidur yang bukan kamar tidurku?

            Suara gema langkah kaki di lorong di luar kamarku membuatku tersentak. Aku mencengkeram selimut tebal di dadaku dan menatap pintu besar di kamar itu perlahan terbuka. Entah bagaimana perasaan gelisah merayapiku. Jantungku bertalu-talu dengan keras, dan aku merasakan ketakutan yang sangat walau aku tidak tau aku harus takut pada apa.

            Pintu terbuka dan dua orang pelayan perempuan masuk. Pelayan-pelayan itu tidak berkata apa-apa kepadaku, mereka hanya meletakkan sebaki makanan dan sebaskom air hangat di atas meja rias, lalu keluar lagi. Aku mengerutkan keningku. Sebenarnya aku ada di mana?

            Perlahan aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke pintu. Aku hanya melirik sekilas ke arah makanan-makanan yang tampak lezat itu dan menggelengkan kepala. Tidak, aku tidak boleh menyentuh makanan itu tanpa tau siapa yang memberikannya. Mungkin saja makanan itu diracuni kan?

            Aku mencoba membuka pintu kamarku, yang rupanya sangat berat karena terbuat dari kayu terbaik. Aku harus bersusah payah agar bisa membuat celah di sana supaya aku bisa keluar. Aku melongokkan kepala keluar, menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tak ada siapa-siapa di lorong. Setelah menyakini bahwa aku memang sendirian, aku keluar. Aku menyusuri lorong gelap itu dengan bertelanjang kaki. Lorong itu hanya di terangi lampu kecil sehingga jarak pandangku sangat terbatas.

            Di mana sebenarnya aku ini? Kucoba mengingat-ingat apa yang terjadi, tapi ingatanku seolah kacau dan tidak mau bekerja sama denganku. Dan setiap aku hampir mengingatnya, ingatan itu langsung lenyap. Hanya gambaran sepintas-sepintas yang bisa kuingat. Laki-laki. Ya, ada laki-laki di taman. Laki-laki yang tampan kalau boleh kutambahkan. Bermata perak dan memiliki wajah yang terpahat sempurna. Hidung yang aristokrat dan juga rambut sekelam malam.

            Perasaan ngeri melandaku saat terpikir kalau mungkin saja laki-laki itu yang membawaku ke rumah besar ini. Apa aku diculik? Tapi kalau ini peculikan, harusnya aku dikurung di ruang bawah tanah dan bukannya diberi kamar yang mewah dan diberi makanan yang enak. Lalu apa?

Menghela napas, aku sampai di ujung lorong. Ada tangga yang menuju ke bawah, di mana terdengar suara percakapan para pelayan yang sangat pelan. Aku pun menuruni tangga itu dengan perlahan, mengintip dari atas anak tangga. Aneh, semua tirai ditutup dan hanya lilin dari candelir yang menerangi ruangan di bawah itu. Ruangan yang mirip seperti sebuah aula besar dan mewah.

            Aku baru saja menginjakkan kakiku di anak tangga terbawah ketika semua pelayan menoleh secara serempak ke arahku dan obrolan mereka terhenti. Entah kenapa mereka tampak berhati-hati padaku. Saat kucoba mendekati salah satu pelayan perempuan, pelayan itu mundur dan tak berani menatapku. Meski merasa aneh, aku tetap mencoba bicara.

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Oct 04, 2013 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

MY LORD VAMPIRE #1जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें