"Nah Kelvin, kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?"

GLEG!

Tiba-tiba aku mendengar suara tersedak dari kerongkongan seseorang yang duduk di sampingku. Kelvin. Dia sedang memakan benda berwarna putih mengepul itu, yang kutahu dengan sebutan nasi, dan tersedak spontan karena Tuan Sean eh Papa menanyakan hal yang absurd.

Pernikahan? Kelvin dengan siapa?

"Maksud Papa apa?" tanya Kelvin dengan raut wajah datar. Kelvin yang rambutnya masih basah itu, karena dia habis mandi, selalu saja memasang wajah flat. Bahkan saat dia terkejut.

Aku rasa Tuhan memang sedikit menambahkan bumbu flat saat dia diciptakan di dalam perut ibunya.

"Pernikahan kamu dan Flo."

Dan kali ini aku tersedak sampai-sampai air yang kuminum keluar dari mulutku. Kelvin mengerutkan dahinya bersamaan denganku.

"Pernikahan?!" ucap kami berdua serempak. Melvin tersenyum lebar ke arah kami sedangkan Deira menutup mulutnya karena tertawa cengingisan. Sikap mereka berdua bertolak belakang dengan Kelvin.

"Ya, bukankah kalian pacaran?" tanya Mama gantian. Sontak aku menggeleng pelan. Kelvin terdiam sambil menggaruk tengkuk lehernya.

"Loh. Kata Kelvin kemarin, kau pacarnya Flo." sergah Melvin langsung. Kelvin melotot padanya tetapi dia tidak berucap apapun. Sedangkan aku hanya tersenyum hambar, tidak tahu apa yang harus kukatakan.

"Ya, kemarin Kak Kelvin juga bercerita banyak tentang kak Flo," tambah Deira dengan raut lucunya.

Kelvin berdeham, "Deira.."

Deira langsung diam. Dia meneruskan menyantap hidangan makan malam itu seperti tidak tahu apa-apa.

"Sebaiknya jangan menikah terlalu lama Kelvin. Kamu tahu kan? Kamu harus.."

"Ya, Pa." potong Kelvin sebelum Papa menyelesaikan bicaranya. Sebenarnya apa lanjutan ucapan Papa barusan?

Makan malam pun berlangsung lebih lama karena Deira bercerita tentang sosok pria bernama Bray. Melvin yang mendengarnya sering mengolok-olok dan setelah itu terjadi pertengkaran mulut antara mereka berdua. Papa dan Mama hanya tertawa sesekali mereka saling menyuapi makanan satu sama lain. Mereka sangat serasi. Sungguh aku sangat iri.

Sedangkan Kelvin. DIA HANYA DIAM! Memakan makanannya tanpa bicara apapun. Dia hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Entah apa yang sedang di pikirkannya. Aku penasaran.

Setelah makan malam, aku di ajak Deira duduk di ruangan yang tak kalah besar. Di sana ada televisi LED yang ditempel didinding. Hemm, kira-kira berukuran 72 inch. Besar !!!! Menonton apa saja di sana pasti sangat bagus. Dengan layar jernih dan tajam. Wow, pasti mahal.

Sekitar 3 meter di depannya ada sofa berbentuk L. Satu sisi panjang dan satu sisinya pendek. Di bawah sofa itu pun terbentang ambal lembut dan di depannya ada meja bundar yang di atasnya berisi kue-kue kering. Ruang keluarga yang hangat.

Dinding-dindingnya dipenuhi oleh foto-foto keluarga Franklin. Foto yang paling besar ialah foto pernikahan Tuan eh Papa dan Mama. Serius, aku sangat iri!!

"Flo, ayo duduk." titah Mama menepuk sofa di sampingnya. Aku melirik jam besar di sampingku. Pukul 8 lewat 30. Ini sudah malam. Bagaimana kalau Joshua mencariku? Astaga, aku harus pulang.

"Maaf Ma, sepertinya Flo pulang saja. Ini sudah malam," kataku.

Tanpa bicara apapun, Kelvin berjalan santai dan mengambil kunci mobil di dalam laci lemari di belakang sofa.

"Aku antar. Ayo," katanya singkat. Keluarganya hanya geleng-geleng kepala saja.

"Hati-hati ya sayang," ucap Mama sambil mencium pipi kanan dan kiriku. Papa juga. Deira dan Melvin pun tersenyum mesam mesem melihat aku dan Kelvin berjalan berdua keluar menuju pintu utama. Mereka aneh!?!

DAMN!? my mate is a NERD!! (KELVIN D. FRANKLIN)Where stories live. Discover now