Bertemu

13K 297 0
                                    

3 tahun hidup dalam kegelapan, 2 tahun aku mencari jati diri hingga kini aku masih belum tau dimana ketenangan jiwa itu. aku terluntang lantung di usir dari rumah membuatku tak mempunyai tempat untuk mengadu. ini memang salahku menjurumuskan diri ke lembah yang tak mungkin kembali. namun sesungguhnya aku ingin bertaubat tapi apa daya, tak ada seorang pun yang mau memberiku pilihan. Semua menghindariku termasuk orang tuaku. Hanya karna aku pernah hampir terjerumus ke dalam dunia narkoba orang tuaku mengusirku tak peduli jika aku tak menyentuh seujung jari pun, memang pernah dalam benakku untuk mencoba, tapi segera ku urungkan ketika wajah kedua orang tuaku terlintas. "Assalamualaikum ukht, apa yang ukhti lakukan di sini?" aku mendongak penasaran, masih ada orang yang mau menyapaku dengan tampilanku yang layak di bilang sebagai preman. Ku amati wajah cantik nan anggun yang tersenyum kepadaku. wajah yang sudah lama tak ku jumpai. "Astagfirullah, Akifa? ada apa denganmu?" suara itu, aku sangat merindukannya teman yang selalu membimbingku, mengingatkanku pada hal-hal yang seharusnya tak boleh kulakukan. "Hay. Bagaimana kau bisa berada di sini?" Aku tak menjawab berpaling muka pun aku tak mau, bukannya aku membencinya tapi aku malu mengapa aku bisa seperti ini. Terlalu banyak hal-hal yang tak berguna yang kulakukan hanya sebuah kenikmatan duniawi. Aku pun tak banyak berharap saat kalau dia akan memperlakukanku sama seperti dulu. Dulu aku memang tak beda jauh dari ini tapi dulu aku masih tahap belajar dan sekarang harusnya aku mempertahankannya bukan malah menjadi manusia yang lebih buruk dari yang sebelumnya.
"Kenapa kau tak menjawab duhai sahabatku?" Masih terdiam aku, hanya memandang tanah yang tak akan pernah berubah. Kakiku yang telah melangkah berkilo-kilo meter dari rumah sekarang mulai berderdenyut. "Aku tak apa-apa, aku hanya mencari udara segar sehingga aku berjalan-jalan dan sampailah aku ke sini." Ku beranikan menatapnya tepat di manik mata yang teduh dan penuh kelembutan. Ya allah sungguh wanita di depanku ini adalah calon bidadari surga. Kami masih berada di pinggir toko yang telah tutup karena hari yang sudah mulai gelap. Sebagaian orang yang berlalu-lalang di jalan ini pun kebanyakan peketja kantor yang hendak pulang ke rumahnya. "Kau harus pulang akifa, ini sudah malam. Kau tak ingin kan membuat orang tuamu khawatir?"
"Orang tuaku tak mungkin khawatir,bahkan mereka lebih memilih untuk membuangku dari pada memaafkanku." air mata yang sudah lama ku bendung sudah mengalir, teringat semuanya. Mulai dari keberangkatanku ke london sampai akhirnya aku harus kembali ke sini. Aku tak pernah bermimpi bertemu akan berakhir seperti ini. Dulu aku ingin hidup seperti perempuan yang ada di hadapanku saat ini, berbakti kepada orang tua dan agamanya namun, aku tak bisa mempertahankan apa yang telah di tanamkan orang tuaku. " apakah yang kamu maksud fa? Aku yakin orang tuamu pasti ingin kau kembali. Tak ada orang tua yang ingin membuang anaknya."
"Tau apa kau tentang orang tuaku? Apa kau pernah merasakan di usir? Dipermalukan oleh orang tuamu sendiri?" Dia diam tak mampu menjawab segala pertannyaanku.
"Sudahlah ayo ikut aku, kau bisa tibggal di rumahku daripada kau disini." Aku menurut tak mau banyak bicara lagi. Toh aku juga memerlukan tempat tinggal untukku hidup.

Attack A Fear (Saat Kau Menikahiku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang