01: Prolog

287 16 2
                                    

Seorang wanita bersandar pada tembok bangunan di belakangnya. Napasnya tidak beraturan. Di tangannya membawa sebuah buntalan kain berwarna biru muda, di dalamnya ada seorang bayi yang tertidur pulas.

"Maafkan ibu, nak. Kau harus mengalami hal seperti ini..." wanita itu menciumi kening bayi itu penuh kasih, "Ibu sangat mencintaimu, makanya kita harus berpisah agar orang-orang itu tidak memburumu."

Wanita itu kembali berlari, kali ini memasuki sebuah gang gelap. Sesekali dia melihat ke belakang, apakah orang-orang itu mengejarnya sampai ke sini atau tidak.

Di ujung gang, dia melihat sepasang suami istri baru turun dari dalam mobil bersama anak mereka yang mungkin baru berusia lima tahun.

Wanita itu berteriak, "Tunggu!"

Sepasang suami istri itu menoleh, lalu terkejut ketika melihat seorang wanita berpakaian sobek disana sini sambil membawa seorang bayi.

"Ada apa denganmu?" Tanya si istri, lalu menghampiri wanita itu. "Astaga, kenapa kau berlari sambil menggendong bayimu? Bagaimana kalau jatuh?"

"Maafkan aku, tapi bisakah kalian merawat bayi ini? Aku mohon.... aku tidak ingin mereka membunuh anakku. Ku mohon..." wanita itu memohon.

Si suami menghampirinya, "Memangnya apa yang terjadi?"

"Aku dikejar-kejar pembunuh, anak ini harus selamat. Tolong selamatkan anakku..."

Suami istri itu saling pandang, lalu si suami menghela napas. "Baiklah, kami akan menolongmu kali ini. Tapi jika kau merasa sudah aman, kau harus mengambil bayimu kembali. Bagaimana?"

Si wanita itu mengangguk sambil menangis, "Pasti! Pasti! Ku mohon jaga anak ini. Terima kasih banyak!" Wanita itu menciumi pipi anaknya, lalu menyerahkan anak itu, "Aku minta maaf tapi aku harus pergi sekarang sebelum mereka menemukanku. Aku pergi!"

Wanita itu berlari lagi, meninggalkan sepasang suami istri itu.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya si suami.

"Apa lagi? Tentu saja merawat bayi ini sampai ibunya kembali. Aaah, anak ini cantik sekali~" seru si istri.

Suaminya menghela napas, lalu menggandeng putrinya sendiri, "Ayo, Maria. Kita masuk ke rumah."

"Apa aku akan mendapatkan adik perempuan, Ayah?" Tanya Maria, putrinya yang berusia lima tahun.

"Ya kau bisa menganggapnya begitu."

Tapi seberapa lama pun mereka menunggu, ibu bayi itu tidak pernah muncul...

Dan si istri, tidak mau menyerahkan anak perempuan cantik itu ke polisi, dia sudah menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri.

Seorang anak perempuan yang mereka beri nama: Laura.

.
.
.

TBC.

Well, ini baru prolog, baru awalnya. Chapter depan baru masuk ke cerita.

Semoga pembaca suka, ya!

Vomment, please?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 17, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Laura and The Immortal WorldWhere stories live. Discover now