Fragmen 2: Countdown Desire.

8.4K 474 70
                                    

...
Terima kasih kalian mau meluangkan waktu.
Terimakasih untuk mampu menerima saya kembali.
Terimakasih untuk reader aktif maupun yang silent.
Saya senang kalian masih mempercayai ketulusan saya dalam berbagi kesenangan.
Sincerly;
Poochan.
.
.
(*Bagian SATU SETENGAH?)
...
..
.
Duduk di aula utama keluarga Hyuuga lelaki Uchiha itu bahkan tidak merasa gugup sedikit pun. Dia kelihatan.. senang?

Err.. tampaknya keluargaku dianggap menarik. Bukannya aku sedang membela Uchiha sialan itu. Bukan-bukan seperti itu, aku hanya paham jika ia merasa begitu tertarik kepada kemarahan ayahku.

Apakah aku terdengar seperti istri yang membela suaminya dari amukan ayahku sendiri?

Kalau iya, maka singkirkan pikiran buruk itu dari kepala kalian.

Aku menggigit bibir, menunduk dalam-dalam dan berusaha menampilkan wajah menyesal yang menunjukkan kalau hal memalukan itu tidak terjadi lagi. Tapi jelas-jelas aku akan mengingkarinya dilain waktu.

Oh.. ayolah. Kalian pasti tahu maksudku. Menolak pesona Uchiha di saat sadar saja aku tidak mampu, bayangkan jika aku mabuk. Tentu saja aku akan lebih mengerikan lagi. Mungkin aku perlu berterimakasih pada Ayahku nanti.

Ngomong-ngomong, aku tidak begitu ingat detail bagaimana kami bisa menikah.

Yang kuingat, hanya siang itu aku begitu merasa kosong. Seperti perasaan tidak berguna, tidak berharga atau bahkan tidak kuasa. Kematian Kak Neji serta rapat dewan membuat posisiku buruk. Ku dengar mereka mulai meminta Ayah untuk segera menunjuk Hanabi. Secara protokoler aku bisa diganti jika aku menikah.

Tentu saja menikah bukan hal gampang mengingat betapa canggungnya aku dengan pria. Lingkup pergaulanku sungguh tidak bisa diandalkan. Aburame dan Inuzuka bukanlah pilihan tepat untuk dinikahkan denganku.

Para tetua mengusulkan nama Sabaku no Gaara dan juga beberapa pria asing yang bahkan tidak paham dunia ninja. Beberapa Daimyou kaya dan berpengaruh. Masalahnya adalah aku. Ya.. Heiress lemah yang hanya bisa jadi ibu rumah tangga.

Aku begitu muak kepada kumpulan orang tua cerewet itu. Mereka tidak sadar kalau aku juga ikut berkontribusi sebagai prajurit ketika perang berlangsung. Aku seorang shinobi juga. Tapi mereka selalu melihatku sebagai gadis cilik lemah yang seharusnya dilindungi.

Dan Sabaku no Gaara adalah pilihan utama. Selain dia masih muda, tampan dan dia seorang Kazekage. Berita bagusnya aku setidaknya pernah menjalin komunikasi dengannya. Meski itu bukan konteks pribadi. Kazekage-sama adalah kapten dalam aliansi shinobi yang kebetulan ada aku yang menjadi komponennya.

Aku beberapa kali pernah bertatap muka. Dan dia adalah sahabat dari pujaan hatiku dulu.
Masalah terbesarnya adalah diriku sendiri. Kurasa aku tidak sebagus itu jika dibandingkan dengan seorang Sabaku. Kazekage hanya akan malu mendapatkan bekas fan berat teman seperjuangannya.

Aku berbelok menuju sebuah kedai sake. Tapi urung.

...

Aku mencoba mengingat bagaimana setelah itu tapi aku justru lupa. Ingatanku buruk. Karena itulah aku dianggap sebagai lemah. Mereka ingin heiress yang tangguh yang tak pernah mereka dapatkan dariku.

...

..

.

Hiashi Hyuuga yang agung berdehem. Aku merasa suasana menjadi mengerikan. Para pria Hyuuga bersiaga di luar. Dan tetuanya sedang berada di aula dengan duduk melingkari kami seolah kami adalah penjahat.

Uchiha Sasuke memang iblis yang jahat. Tapi dia tak sejahat itu. Ia hanya mau mengambil miliknya. Masalahnya miliknya begitu egois dengan meminta sesuatu yang menjadi runyam. Seperti sekarang misalnya.

The Missing NightsWhere stories live. Discover now