TIGA PULUH TUJUH

4 1 10
                                    

Kyungjun, Hyunsoo, Junhyeok, Hwi juga Sungjun menatap Taehun yang tengah menundukam kepala dengan tangan yang terus memainkan ujung celana panjangnya.

Mereka sudah mendengar semuanya, dan mereka juga mendapatkan pengakuan dari Hwi yang ternyata sudah tahu lebih dulu dari Sungjun.

"Bang, mau sekecil atau sebesar apapun masalahnya, jangan dipendem sendiri kaya gini lagi ya," ucap Sungjun seraya merangkul Taehun. "Kami ada di samping lo, Bang."

Taehun sudah tidak dapat menahannya, ia memeluk Sungjun lalu mulai terisak.

Sungjun membalas pelukan itu, ia sedikit terkejut mendengar isakan Taehun yang terdengar pilu. Ini, jadi kali pertama mereka mendengar Taehun menangis piku karena keadaan.

"Gue gak sanggup, Jun..." lirihnya.

Mereka mengerti apa yang Taehun rasakan, terlalu berat jika harus menghadapi semunya secara bersamaan. Dan parahnya mereka tak bisa membantu apa-apa, karena yang terberat bagi Taehun di sini adalah tentang keluarganya.

🕸🕸🕸

Setelah pengakuan Taehun kemarin, semuanya tetap berjalan seperti biasa. Hanya saja kali ini mereka jadi memaklumi jika Taehun lebih banyak diam, tapi sebisa mungkin mereka tidak akan membiarkan hal itu terus terjadi.

Saat ini ketiganya sudah berada di kelas lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi, itu karena mereka berangkat lebih pagi hari ini.

Hyunsoo yang tengah memainkan ponsel seketika menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Taehun juga Kyungjun yang baru saja selesai menyapu langsung menghampiri Hyunsoo.

"Lo kenapa, Soo?" tanya Kyungjun.

Taehun meraih ponsel Hyunsoo yang terjatuh di meja, ia juga terkejut melihat gambar yang tertera di layar.

"Jun, lihat ini," ucap Taehun seraya menyerahkan ponsel Hyunsoo pada Kyungjun.

"Kenapa bisa kaya gini? Ini dari siapa, Soo?" Kyungjun menyerahkan kembali pinsel itu pada pemiliknya.

Hyunsoo menerimanya dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya mengepal, ia tak terima jika keluarganya terkena dampak dari kelakuannya. "Itu nyokap gue yang kirim. Dia bilang, tadi jam lima pagi ada yang lempar kaca pake batu sampe kaca itu pecah, batu itu dibungkus pake kertas dan ini isi tulisan di kertas itu."

"Namun sayangnya dia dan teman-temannya mempunyai kesalahan besar padaku."

"Ini kaya bukan pertama kalinya," kata Taehun. "Sebelumnya nyokap lo ada cerita lagi."

"Ini, kejadiannya dua hari yang lalu. Gue gak anggap serius karena gue ngira ini bukan teror," ujar Hyunsoo seraya memperlihatkan foto yang berisi selembar kertas bertuliskan "Ini bentuk terima kasihku kepada anakmu." dan sekotak makanan.

"Gue yakin ini ada sangkut pautnya sama orang yang mantau rumah gue selama libur semester, soalnya dia cuma nyantumin anakmu bukan anak kalian. Dia kaya tahu kalau bokap gue lagi gak ada di rumah," lanjutnya.

Taehun menghela nafasnya, ini membuatnya semakin bingung. "Di pikiran gue cuma ada Yujin, sedangkan dia masih dipenjara."

"Youngjae, bisa aja dia," kata Kyungjun.

"Dia akhir tahun ini baru keluar. Minsoo yang cerita sama gue," jawab Taehun.

Hyunsoo berpikir sejenak, ia juga berpikiran jika dua orang itu yang berada di balik semua ini. Tapi mengingat status mereka yang masih dipenjara, semuanya berasa mustahil.

"Gue-akh..."

Taehun dan Hyunsoo menoleh pada Kyungjun secara serentak, mereka kembali dikejutkan dengan darah yang mengalir dari telapak tangan Kyungjun.

"Eh, anjir. Kok tangan lo-" ucapan Taehun terhenti ketika melihat pecahan gelas bening berada di meja Kyungjun. "Co, lo cepet bawa Kyungjun ke UKS, obatin lukanya. Gue beresin ini, nanti nyusul kalian."

Tanpa menunggu lama lagi, Hyunsoo mengangguk lalu membawa Kyungjun pergi dari sana. Karena keadaan sekolah yang sudah mulai banyak siswa/i yang datang, hal itu menjadi pertanyaan besar bagi mereka yang melihatnya. Begitu pula dengan keadaan di kelas, banyak yang bertanya pada Taehun dan Taehun menjawab seadanya.

Pecahan gelas bening itu menjadi objek sekarang, Taehun tak membiarkan siapapun mendekatinya atau membuangnya. Ia momotret pecahan gelas yang terdapat darah dari telapak tangan Kyungjun itu.

"Kenapa gak langsung di buang aja?" tanya salah satu siswi.

Taehun menggeleng. "Kita gak akan tahu pelakunya kalau langsung di buang. Lo ada tisu gak?"

Siswi itu mengangguk lalu langsung mengeluarkannya dari dalam tas dan menyerahkannya pada Taehun.

"Makasih." Taehun juga merobek beberapa lembar kertas dari buku tulisnya, ia mengambil pecahan gelas itu menggunakan tisu lalu meyimpannya di atas kertas.

"Kalau buat itu, kenapa gak bilang dari tadi. Nih, pake sapu tangan punya gue, bersih kok," kata siswi tadi seraya menyerahkan sapu tangan miliknya.

"Makasih, nanti gue ganti," ucap Taehun.

"Ada apa ini?" Doyoung yang baru saja datang dibuat bingung dengan beberapa siswa juga siswi orang yang berkerumun di meja Kyungjun.

Karena tak ada yang menjawab pertanyaannya, Doyoung membubarkan siswa/i yang berkerumun itu. "Bubar, bubar, bubar. Nontonin apaan sih? Bentar lagi guru masuk. Eh, Choi Taehun! Mau ke mana lo?" tanya Doyoung saat melihat Taehun menyelinap keluar.

"Genting, Kyungjun di UKS!"

🕸🕸🕸

"Kok pas kita piket gak ngelihat ada pecahan gelas ya di sana?"

Hyunsoo yang tengah membersihakan luka Kyungjun itu menggeleng pelan. "Tanggal sial gak ada di kalender, Jun."

Kyungjun menghela napasnya, ketakukannya menjadi lebih besar sekarang. "Menurut lo ini kecelakaan atau udah direncanain?"

"Manusia waras mana yang bisa lupa naro pecahan gelas di meja lo, Jun? Ya pasti udah direncanain lah. Gue bilang kaya gini karena udah gak bisa lagi berpikir positif."




















Jeng jeng jeng...
Gimana sama part ini?

After Big Secret 1990Where stories live. Discover now