Chapter 12

275 75 21
                                    

Gavya berkacak pinggang melihat pakaiannya yang berserakan di atas ranjang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gavya berkacak pinggang melihat pakaiannya yang berserakan di atas ranjang. Sesuai janji kemarin, hari ini Gavya akan membeli makanan untuk mochi. Tapi lihatlah, sekarang Gavya di pusingkan memakai pakaian yang seperti apa.

"Aish! Aku tidak punya baju," gumam Gavya sambil menghentakkan kakinya kesal. Dia sudah mencoba beberapa baju, tetapi menurutnya tidak ada yang cocok untuknya.

Gavya merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Seketika dahinya mengernyit saat menyadari dirinya yang bertingkah aneh.

"Ini kan cuma mau beli mam buat mochi, kenapa aku bingung pilih baju kayak mau ngedate?" Gumamnya pada angin.

Akhirnya setelah berpikir sejenak, Gavya mengambil baju secara asal untuk di pakainya. Tidak peduli pada penilaian orang nanti.

Setelah selesai, Gavya mengambil tas selempangnya, dan segera keluar dari apartemennya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah selesai, Gavya mengambil tas selempangnya, dan segera keluar dari apartemennya.

Ceklek.

"Astaga!" Gavya dikejutkan dengan kehadiran Sandya yang sudah menunggunya di depan pintu sambil memainkan kameranya.

Penampilan Sandya cukup tampan. Dengan kaos putih polos, di balut jaket jeans dan celana yang senada. Tak lupa sneakers shoes putih yang semakin membuatnya menarik.

"Sejak kapan kakak jelek di sini?" Tanya Gavya sambil menutup kembali pintu apartemennya.

Sandya menoleh, tersenyum tipis melihat penampilan Gavya yang menggemaskan. "Sekitar 30 menit," balasnya membuat Gavya membulatkan matanya.

"Kenapa tidak panggil aku? Atau ketok-ketok gitu." Sandya hanya menggelengkan kepalanya, kemudian mnegajak pria manis itu untuk berjalan.

"Jawab dulu pertanyaanku!" Cerca Gavya setelah mereka masuk ke dalam lift. Sandya menekan tombol lift sementara Gavya hanya memperhatikan gerak gerik Sandya.

Sandya menghela nafasnya, menatap Gavya yang masih menunggunya membuka suaranya. "Ngga papa," balasnya singkat.

Gavya berdecak kesal, menyandarkan tubuhnya pada bagian lift lain sambil bersedekap dada. "Harusnya aku tidak usah tanya-tanya," gumamnya.

Intense Love Where stories live. Discover now