★ 21 | A night of despair

625 117 44
                                    

[ Underneath the Sunrise UPDATE ]
Cus, komen yang buanyak, pencet tombol bintangnya juga ya ]

Happy reading.

•••

Harum semerbak, ciuman Matteo mendarat pada bibir Lucia, yang hari ini, gadis tersebut genap berusia delapan belas tahun. Dia belum sepenuhnya bangun, masih meringkuk lemah, telanjang di bawah selimut.

“Jam berapa sekarang? Sepertinya, masih sangat pagi,” kata Lucia. Menggosok-gosok helai rambutnya, sambil mengintip sedikit kaca apartemen yang kecil.

“Ya. Memang masih pagi.”

“Dan kau sudah menggodaku pagi-pagi dengan wajah yang tampan seperti itu. Rapi, harum pula. Padahal, kalau yang semalam masih belum cukup. Kau bisa tinggal berbaring di sini, denganku.” Lucia tertawa tanpa malu-malu. Membuat Matteo menoleh. Spontan mendengus.

Jika diingat-ingat, dia cukup keterlaluan pada Lucia tadi malam. Karena sepanjang berhubungan ranjang, Matteo banyak memikirkan Falcon. Dia benci, melihat cincin lain, melingkar di jari tangan Lucia. Sungguh Matteo ingin menyingkirkan benda itu dari wanitanya.

“Ada pekerjaan penting hari ini,” ucap Matteo, pada akhirnya enggan mengomentari kesenangan Lucia.

“Sepenting apa?” Lucia beranjak. Menatap Matteo dengan pandangan penuh arti. Ini hari spesial baginya.

“Sangat,” sebut Matteo singkat. Menghapus senyum di wajah Lucia.

“Tapi, kau tidak akan pulang terlambat, 'kan?” Tanya Lucia.

Hm— Matteo mengangguk-angguk, penuh janji.

“Baiklah. Kalau begitu, aku akan menunggumu pulang,” kata Lucia. Melebarkan bibir semaksimal mungkin. Dia ingin menjaga sigap, berharap Matteo tak membenci nya.

“Aku pergi.”

Bye, sayang. I love you,” ucap Lucia penuh semangat. Berteriak melihat Matteo yang bergerak pergi.

Dia pasti ingat, 'kan? Theo pasti datang nanti malam, 'kan? Dia pergi, mungkin untuk membeli kado untukku.” Lucia membatin cemas. Meremas-remaa jemari tangannya yang mungil.

“Theo,” teriak Lucia. Menghentikan langkah pria itu. Gadis itu bangkit, bergerak meraih gaun tidur yang menutupi tubuhnya. Sementara bergerak mendekat.

What?” Matteo menarik salah satu alisnya.

“Apa kau tidak ingat hari apa....”

“Lucia aku harus pergi,” sela Matteo, dengan begitu tegas. Saat merasakan ponselnya bergetar didalam genggaman tangannya.

Lucia menelan saliva. Mengernyit malu. Dia terdiam, menggigit bibirnya.

“Ya. Hati-hati,” pesan Lucia. Segera mundur tanpa melanjutkan kalimatnya, dan membuat Matteo bergegas pergi.

Dia menghela napas. Sepenuhnya kecewa, karena Matteo tampaknya tak akan menjadi orang pertama yang akan mengucapkan 'selamat ulang tahun' padanya.

“Tidak apa-apa, Cia. Theo, tidak akan melupakan undangan mu nanti malam. Dia pasti datang, dia pasti ingat ulang tahunku,” ucap Lucia. Menyalurkan kata-kata yang dapat menyenangkan hatinya sendiri. “Ah. Aku lebih baik tidur. Aku masih sangat lelah karena Theo semalam.” Lucia berdecak. Segera bergeser kembali ke ranjang untuk menuntaskan keinginannya.

Namun, belum lima menit ia terlelap. Suara ponselnya berdering. Mengusik kenyamanan, dan Lucia mengerang, terpaksa meraih benda itu.

Seketika, amarahnya hilang, saat melihat nama di layar. — Best, Julia.

Underneath the SunriseWhere stories live. Discover now