Curahan hati Clarissa

Start from the beginning
                                    

***

Seperti biasa saat jam pulang kerja Erick akan menjemput Kiara di kantornya, Erick selalu mengantar jemput Kiara dan mereka sering menyempatkan untuk makan malam bersama setelah pulang kerja apabila keduanya tidak ada urusan lain. Kiara saat ini sudah tidak tinggal bersama Arunika melainkan menyewa apartement yg sama dengan Arunika tapi beda lantai. Kiara memilih untuk menyewa apartement sendiri karena dia merasa tidak enak jika terus - terusan menumpang di tempat Arunika meskipun Arunika tidak mempermasalahkannya. Kiara juga ingin belajar hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang - orang di sekitarnya.

"Sayang kamu siapkan kalo malam ini kita ketemu sama bunda". Kata Erick mengalihkan pandangannya ke samping untuk menatap kekasihnya sejenak lalu fokus lagi pada jalanan di depannya. Saat ini Erick dan Kiara sedang dalam perjalanan menuju apartement Kiara.

"Aku takut sayang kalo bunda kamu gak bisa nerima perempuan seperti aku yg gak jelas asal usulnya". Ucap Kiara lirih sambil menundukkan kepalanya. Ada gurat kesedihan di dalam sorot mata itu, Kiara dari kecil memang tidak tau siapa keluarganya karena Kiara besar di panti asuhan. Pernah dua kali Kiara bertanya pada ibu pengasuh di panti tentang siapa keluarganya namun ibu panti hanya menggeleng saja tanpa berucap sepatah katapun. Kiara yg awalnya melihat ibu panti diam saja memilih bertanya di kemudian hari, namun hari  - hari berikutnya sama seperti di awal Kiara tidak mendapat jawaban yg memuaskannya, Kiara saat itu pernah sekali mendesak ibu panti agar mau menjawab dimana keberadaan kreluarganya tapi ibu panti selalu diam dan menggeleng kepala sambil menangis menitikkan air mata, Kiara yg melihat ibu panti menangis itupun memilih minta maaf dan setelah itu Kiara tidak pernah menanyakan tentang keluarganya lagi pada ibu panti. Kiara pasrah pada takdirnya jika selama dia hidup tidak bisa mengetahui siapa keluarganya.

"Kenapa kamu bicara seperti itu Yang, bunda itu orangnya baik, bunda tidak pernah memandang orang dari status sosialnya, lagian aku yakin kalo kamu ketemu bunda pasti kalian akan langsung klop". Ujar Erick meyakinkan Kiara. Erick ingin membawa Kiara menemui bundanya karena memang atas permintaan bundanya yg ingin berkenalan dengan kekasih putranya.

"Ta-tapi... ". Perkataan Tiara terpotong oleh Erick.

"Ssttt.. Sudah kamu jangan khawatir karena apa yg kamu pikirkan tidak mungkin jadi kenyataan, so kamu maukan aku kenalin sama bunda agar hubungan kita ada kejelasan untuk kedepannya". Erick sengaja memotong perkataan Kiara karena dia tidak mau kekasihnya membuat asumsi sendiri hingga menimbulkan insecure pada dirinya sendiri.

"Baiklah aku mau, semoga bundamu mau menerima perempuan sepertiku". Lirih Kiara. Erick yg mendengar ucapan lirih Kiara hanya tersenyum tipis, tidak tau saja kekasihnya itu jika dirinya sering menceritakan tentangnya pada sang bunda, dan sang bunda selalu antusias saat mendengar ceritanya hingga meminta Erick untuk membawa Kiara menemuinya.

"Nanti aku jemput jam 7 kamu dandan yg cantik ya sayang, aku pulang dulu, bye". Ucap Erick saat sudah tiba di depan gedung apartemen yg di tempati oleh Kiara, di kecupnya kening Kiara sebelum kekasihnya turun dari mobilnya. Kiara melambaikan tangannya saat mobil Erick akan melaju dan bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya yg memang sangat padat saat jam pulang kerja.

Kiara berjalan ke arah lift sambil melamun, Arunika yg melihat sahabatnya berjalan seperti orang yg memiliki banyak beban itu langsung menghampirinya. Arunika juga baru pulang dari rumah sakit diantar oleh Devian, Devian sengaja mengajak Arunika pergi ke rumah sakit satu jam lebih awal dari jam pulang kerja tiba karena memang mamah Dennis tidak ada yg menjaganya dan juga Devian takut perjalanan ke rumah sakit akan macet jika mereka pergi kesana saat jam pulang kerja tiba, dan Arunika pulang saat Dennis datang dan bergantian menjaga mamahnya.

"Doorrr... ". Arunika menepuk pundak Kiara membuat Kiara terkejut sambil memegangi dadanya.

"Ck, ngagetin aja sih Run". Bibir Kiara mencebik, lalu tanpa menghiraukan Arunika Kiara melanjutkan langkahnya memasuki lift.

"Lo kenapa Ra?, cerita sama gue?". Tanya Arunika saat di dalam lift yg kebetulan hanya ada mereka berdua.

"Erick mau membawa gue ketemu sama bundanya, tapi gue takut kalo bundanya Erick gak mau nerima gue yg gak jelas keluarga serta asal usulnya". Jelas Kiara mengungkapkan kerisauan hatinya pada Arunika.

Arunika menanggapi penjelasan Kiara dengan tersenyum tipis, wajar jika sahabatnya memiliki pemikiran seperti itu karena memang kebanyakan orang tua akan memilihkan jodoh untuk anaknya sesuai bibit bebet bobotnya, apalagi jika orang itu merupakan golongan menengah keatas pasti akan mencarikan jodoh untuk anaknya yg sepadan dengannya. Tapi Arunika yakin jika bunda Erick tidak termasuk seperti orang -orang kebanyakan mengingat dulu dia pernah sekali di ajak main ke rumah Erick oleh Devian, Arunika melihat jika Bunda Erick sangat ramah dan welcome pada teman -teman putranya.

"Kamu tenang aja, gue yakin bundanya Erick gak seperti itu kok, yg penting siapin aja mental lo jika sewaktu - waktu di minta mendadak nikah". Arunika menenangkan Kiara dengan di selingi candaan di akhir kalimatnya agar Kiara tidak terlalu kepikiran.

"Hahaha.. Bisa aja lo Run, thanks ya berkat lo gue jadi lebih tenang". Kiara tersenyum tulus pada Arunika.

"Sans aja.. Itulah gunanya sahabat, Apa lo butuh bantuan gue untuk bersiap - siap?". Tanya Arunika yg langsung di angguki oleh Kiara. Alhasil Arunika tidak langsung pulang menuju kamarnya melainkan pergi ke kamar Kiara untuk membantu Kiara bersiap - siap.

"Okey.. Let's go, gue akan buat malam ini Erick terpukau sama penampilan lo". Kata Arunika dengan semangat 45 menggeret lengan Kiara untuk segera masuk ke dalam kamar Kiara, Kiara pun yg di seret hanya bisa pasrah.

My CEO is My Ex (On Going)Where stories live. Discover now