One-Shoot

751 76 6
                                    

Anak kucing berbulu putih tampak merengek pelan mencari sang ibu. Di dekat kakinya, Il Dottore sang Dokter bisa melihat luka yang membuat langkah kaki kecil itu terpincang setiap kali menyentuh tanah.

Dottore tidak pernah tertarik dengan spesimen yang bukan manusia atau buatan manusia. Hewan mungil dengan mata bulat menggemaskan tidak termasuk kedalam bahan eksperimen.

Seharusnya begitu, namun kenapa kini Dottore duduk diatas kursi didalam kapal menuju Snezhnaya dan tengah memeriksa kaki kucing kecil yang tengah terluka?

Giginya yang tajam bak ikan hiu sedikit bergemeletuk menertawakan ketidaksingkronan ucapan dan tingkah laku.

Dottore membalut kaki lembut itu dengan perban mungil. Sembari berharap kucing kecil tidak akan menggigit atau menambah kerusakan pada luka yang baru saja dia kasih obat.

Tidak lama, hanya beberapa jam perjalanan laut menuju negeri salju tempat Sang Tsaritsa bertahta. Tempat dimana dia bisa sepuasnya bereksperimen. Laboratorium kesayangan yang telah lama dia tinggalkan untuk melanjutkan eksperimen Dewa Palsu oleh Harbinger ke delapan di Sumeru.

Kini dia telah kembali, membawa oleh-oleh berupa kucing berbulu putih nan mungil dan lembut didalam pelukan lengannya.

Dottore berjalan, beriringan dengan beberapa Fatui yang hendak menyampaikan laporan tentang gagalnya eksperimen Dewa Palsu kali ini pada Pierro.

Biarlah, Dottore lebih tertarik pada si mungil ditangannya ini sekarang. Dia hendak membawanya ke kediamannya. Tempat dimana dia tinggal dan dilayani. Tempat dimana dia bisa melihat kloningannya yang sudah tidak berfungsi sesuai dengan pertukaran Gnosis milik Lesser Lord Kusanali.

Gnosis hijau yang melambangkan Negeri para Pelajar akan segera dia berikan nanti malam pada Tsaritsa. Juga dengan Gnosis milik Raiden dari Inazuma.

Tangannya meraih bantalan mungil yang biasa dia kenakan dileher lalu meletakkan tubuh kucing mungil diatasnya. Jika sesuai dengan perkiraan Dottore, kucing ini setidaknya baru berusia enam hingga delapan bulan. Tidak terlalu kecil sebenarnya. Hanya saja cukup kurus sehingga Dottore tadi sedikit kesulitan memperkirakan umurnya.

Kucing kecil mendengkur, mengusap kepalanya pada jemari Dottore. Seolah menganggap Dottore sebagai penyelamat hidup.

Mau tidak mau, Dottore tersenyum. Meski bentukannya sedikit menyeramkan karena gigi-giginya yang tajam itu. Beruntung kucing kecil tidak takut dan tetap bergelung dengan nyaman didalam bantalan itu.

"Manis."

Dottore puas, berpikir bahwa dengan adanya teman berbulu disampingnya mungkin Dottore bisa sedikit bersenang-senang.

"Kau lapar, kecil? Aku punya ikan. Kucuri dari adik si bocah berambut jahe." Dottore terkekeh pelan. Topeng yang menutupi wajahnya dia lepas. Menampilkan mata rubi yang cantik kepada kucing kecil. "Aku akan membelikanmu kandang yang nyaman nanti. Sekarang aku harus pergi dulu, aku tidak suka jika Pierro mulai cerewet karena terlambat menyetorkan Gnosis."

Dottore melepaskan gelungan kucing kecil perlahan dan berbalik. Dia berencana menghabiskan hari dengan melihat perkembangan kesembuhan kucing kecilnya.

***

Kucing kecil berbulu putih tampak berkedip pelan menyesuaikan cahaya. Semenjak berada didalam tubuh yang rentan, (Name) selalu merasa letih. Tubuh kucing kecil ini tidak terlalu gesit dan cenderung mudah sekali sakit.

(Name) menguap pelan, matanya yang bulat menatap ke sekitar. Pria berambut biru muda dengan topeng aneh yang menutupi mata rubinya tidak ada disini. Membuat gadis itu dengan leluasa kembali menjadi wujud semulanya.

Little Kitten [Dottore x F. Reader]Where stories live. Discover now