★ 19 | War is coming

649 108 37
                                    

[ Underneath Theo Sunrise UPDATE ]
Cuslah, komen yang rame lagi. Pada kemana nih?

Happy reading.

•••

Akibat cuaca ekstrem di wilayah Selatan, kapal pesiar yang menyeberangi Antartika, gagal berlayar. Membuat Matteo bertahan bersama Lucia di desa Dolomites untuk dua hari ke depan. Tempat ini, masih sama seperti kemarin, hanya saja sedikit lebih dingin, akibat perubahan musim.

Sejujurnya, Matteo tak keberatan sedikitpun. Dia menikmati agenda honeymoon ini. Melihat Lucia tergeletak dalam pelukannya hingga pagi, telanjang bulat akibat ulahnya semalam suntuk, dan senyum ceria penuh sambutan, itu lebih dari cukup untuk mengesankan hatinya.

Terlebih, lokasi ini benar-benar indah dan cantik. Meski banyak jalan berliku, pohon menjulang tinggi, hewan ternak yang berisik, dan rumah kayu berjarak jauh, Dolomites sangat damai.

“Sayang, sibuk?” hentak kasar, kedua lompatan Lucia mengejutkan Matteo. Pria itu menoleh, menggeleng sekali.

“Tidak,” jawabnya singkat.

Lucia tersenyum, segera berputar. “Kalau begitu, tolong kancing kan pakaianku!" Kata Lucia. Membuat Matteo menarik sebelah alisnya.

Gadis ini, polos dan naif. Namun Lucia, sangat pandai membuat Matteo terjebak, salah tingkah.

“Ayo cepat! Aku mau lihat angsa di luar!” desak Lucia. Membuat Matteo menghela napas panjang. Dia mendekat, duduk tegap untuk menarik resleting yang segera menutupi punggung Lucia. Ada banyak bekas gigitan di sana. Bekas perbuatannya semalam. Matteo berpikir; mungkin, Lucia sengaja, ingin memamerkan luka itu.

“Sudah,” ujar Matteo. Melirik kawanan angsa putih yang bergerombol menuju danau.

Thanks husband. I love you,” ucap Lucia dengan jelas. Bahkan tanpa ragu mengecup pipi dan bibir pria itu bergantian.

Matteo ingin menangkapnya, lalu menggigit atau menggesek bibir mungil itu. Seakan belum puas, Matteo ingin melakukannya lagi, terus menerus. Namun sayang, Lucia lebih tertarik dengan kawanan angsa itu daripada dirinya.

Matteo berdecak. Mencoba mengabaikan Lucia yang berlari keluar cottage untuk mengejar angsa. Dia menunduk, menatap sepatah dua patah kata pada buku yang dibacanya, dan sekilas memandang gelas berisi Espresso. Matteo menolak peduli. Meski tiap detik matanya terus berpindah ke arah gadis yang semakin jauh dari pandangannya.

“Dia hanya bermain dengan kawanan angsa. Aku tidak perlu peduli,” desak Matteo, pada jiwanya. Berkata dalam diam dengan bibir berdecak.

“Theooo!” lantang, teriak Lucia mengusik ucapannya. Membuat ia segera berangkat melihat gadis itu.

Lucia tertawa lepas, melambaikan tangan. Dia melompat-lompat, sangking girangnya. “Ayo, sini!” ajak Lucia, membuat Matteo ingin beranjak. Tapi, pria itu menggelengkan kepala. Menolak halus.

Okay. Kalau begitu aku akan bermain sendiri,” ucap Lucia. Bergerak pergi.

Matteo melirik sepenuhnya. Menatap kepergian Lucia. Entah kenapa, Theo kecewa, karena Lucia tak lebih keras mendorongnya untuk bangkit. Dia kesal, sementara memikirkan banyak ketakutan di kepalanya.

“Jika aku menikahinya, apa gadis ini, sudah benar-benar menjadi milikku?” Matteo berpikir, melamun sepi. Hingga pandangannya terjatuh pada Lucia yang berlari kencang, mendadak di kejar angsa.

“Theoo, help! Hush. Hush!” lonjak Lucia, penuh ketakutan. Mendorong angsa yang berlari sambil mematuk-matukkan paruhnya.

“Cia,” sebut Matteo, memandang panik. Gadis itu berlari, menuju jembatan. Danau yang didatangi nya dalam. Maka, sekejap kilat, Matteo bangkit, melempar buku ditangannya. Tanpa menunggu lebih lama, Matteo telah melompat, keluar dari cottage.

Underneath the SunriseWhere stories live. Discover now