Desa

91 13 5
                                    

Aku adalah seorang penyihir.

Mungkin tidak akan ada orang yang percaya. Zaman yang modern seperti ini, sedikit sekali orang yang mau percaya tentang hal berbau takhayul. Lagipula, aku juga malas menjelaskan kepada orang-orang apa pekerjaanku. Siapa yang mau percaya jika aku penyihir yang dibayar?

Dan disinilah aku, dengan tujuh jahitan melintang pada tanganku. Aku selamat dari serangan para incubus yang berusaha mengakuisisi sebuah tempat ibadah tua di sebuah desa. Ketika dokter bertanya kepadaku, dengan simpel aku memjawab :

"Ini hanya terkena setrika akibat kecerobohanku, maafkan aku,"

Sejujurnya, aku sedari tadi merasa tidak tenang ketika memasuki rumah sakit ini. Apakah ada iblis? Atau incubus yang masih mengejarku?

Entahlah.

Aku memutuskan untuk tidak pulang dan sedikit berjalan-jalan di rumah sakit ini. Toh, aku juga terhitung pasien bukan?

Sampai akhirnya, langkahku terhenti pada bangsal ruang inap rumah sakit. Aku merasakan hawa magis itu semakin kuat. Langkahku mendekat ke sebuah kamar yang tertutup rapat. Ada sebuah nama tertulis pada kartu tepat di samping pintu ruangan tersebut.

Lee Minho, 22 tahun.

Wah, masih muda, pikirku. Aku memberanikan diri untuk mengintip apa yang ada di dalam sana. Dan, dugaanku benar. Ada makhluk magis di dalam sana.

Dia seorang peri. Dia adalah salah satu spesies yang mengabulkan permintaan orang lain, dan menyerap energi kehidupan orang tersebut sebagai bayarannya.

Dengan sayap panjangnya, peri itu melayang, menatap sang pasien dengan raut wajah khawatir. Sangat jarang sekali melihat peri penghisap hidup khawatir terhadap mangsanya.

Apa kau mengikat kontrak dengannya?

Aku mencoba untuk bertanya selirih mungkin di luar ruangan tersebut. Namun reaksinya, benar-benar di luar dugaanku.

Sekelebat bayangan putih tiba-tiba keluar dengan cepat. Mata merahnya menatap nyalang kepadaku. Taring serta kuku-kukunya memanjang seketika. Merasa terancam, begitulah wujud peri ketika ada yang mengganggunya.

Padahal sebelumnya, dia adalah laki-laki peri yang manis. Dengan mata kecil dan berpipi gembil. Sangat menggemaskan.

"Wow, aku tidak akan mengambil milikmu. Lagipula, akan sulit jika kau sudah melakukan kontrak dengannya," jelasku.

Masih dengan tatapan marah, dirinya dengan siaga menjaga pintu milik pria bernama Lee Minho itu. Sedikit heran aku dibuatnya, mengapa dia tertarik dengan laki-laki? Bukankah peri sepertinya akan lebih suka menggoda remaja perempuan yang manis?

"Jangan ganggu dia,"

Aku menggenggam jimat dalam sakuku untuk mengendalikan kekuatanku. Bagaimanapun, ini adalah situasi yang bahaya, aku bisa saja terbunuh.

"Dia baru saja operasi. Itu kata dokter,"

Dia cukup pintar untuk bisa menyerap kosakata di era ini. Namun, untuk apa peri ini menjaga laki-laki itu secara cuma-cuma?

"Panggil aku Jisung,"

Taring dan kukunya mulai menghilang, tampil kembali peri manis yang sempat kulihat tadi. Wajahnya sangat sendu, seolah-olah ada seuatu yang hilang dalam dirinya.

"Apa maksudmu dengan operasi? Apakah penyakitnya parah?"

Tiba-tiba, peri itu menggenggam tanganku dengan penuh harap, "Bisa kah kau menyembuhkannya? Dia terkena tumor atau apalah itu, aku tidak mengerti. Tapi tolong bantulah dia," ujar Jisung.

See Through The Fairy - MinsungWhere stories live. Discover now