Merpati putihku, sayang...

Start from the beginning
                                    

"Tidak! Aku tidak pernah membenci mama.. Ma, aku butuh mama.. Aku butuh! Pundak mama yang aku gunakan untuk bersandar, tangan mama obat, suara mama itu alunan musik yang paling indah. Apa yang harus aku lakukan apabila mama menyerah..?"

Jisung menangis. Untuk pertama kalinya ia menangis dan untuk pertama kalinya juga ia harus menahan luka yang luar biasa melihat Renjun lemah dengan kesadaran yang setengah menghilang.

"Ma... Jangan tutup mata.."

"Lelah, Jisung.. Lelah.. Saya bisa melindungi kamu, dan ayah kamu tapi saya lupa.. Saya juga memerlukan perlindungan itu.."

"Jisungie.."

"Jaga dirimu dan ayahmu, ya? Saya lelah.."

Jisung hanya menangis sesengukan. Dia tak bisa membayangkan apabila memang Renjun akan benar-benar meninggalkannya.

Disisi lain, Lee Donghyuck sudah tidak lagi bisa berpikir jernih. Semua yang dihadapannya sudah rata namun, ia hanya bisa menatap kosong salah satu ruangan yang hancur. 

"Donghyuck.. Apakah kau yakin, kau akan selamat disaat istrimu saja sudah mati?" tanya salah seorang pemuda bertopeng srigala itu membuat Donghyuck mengebu. Amarahnya memuncak.

"Kau yang akan mati."

******

Bangunan itu runtuh. Terpapang jelas sekali bahwa merpati-merpati putih yang membantu didalam peperangan. Tak ada hal lain terkecuali Jisung yang berusaha membawa Renjun keluar dari kurungan itu.

"Mama.. Bisa!"

"Terimakasih, Jisung.."

Jisung hanya mengangguk. Ia langsung membawa Renjun keluar dengan sisa-sisa tenaga Renjun yang melemah karena ia juga merindukan suaminya. Lee Donghyuck.

Hampir lebih dari 5 minggu ia dikurung disana. Hampir selama itu juga ia tak merasakan hangatnya dekapan Donghyuck.

"Jikalau memang ada masa sulit.. Hyuck.. Datang dan sebutlah namaku selama puluhan kali.. Maka.. Aku akan datang membantumu..," gumam Renjun dengan memejamkan matanya erat.

Disaat Renjun membuka matanya, ia melihat jelas Taeyong tengah berjalan ke arahnya dan Renjun hanya terdiam menyaksikan peristiwa itu.

"Kau telah siap, Renjun.. Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan. Saya merestuinya."

"Mama..? Mama.. Kenapa harus aku? Masih ada putramu, apakah aku layak melakukan ini? Aku bahkan hanya menantumu.."

"Bukan masalah menantu ataupun bukan namun, ini semua adalah sebuah bentuk dari kesiapanmu untuk menjadi pemimpin dan ingatlah. Kamu.. Keturunan seorang dewi yang harus memimpin, Renjun. Lakukan apa yang menurut kamu benar, sayang."

Renjun hanya diam. Ia mulai memejamkan matanya erat saat Taeyong mulai mendekat dan mengusap wajah Renjun dengan jemarinya yang lentik.

"Buka matamu.. Dan disaat kamu membuka mata.. Aku telah menyatu denganmu."

Hening.

Jisung cemas karena Renjun tiba-tiba melamun dan terdiam dibangunan yang hendak runtuh.

"Ma.."

Jisung terdiam saat Renjun mulai membuka matanya dan ya. Sayap putih dengan merpati-merpati putih itu membuat mereka bisa keluar dari tempat terkutuk itu.

"Kekuatan legenda....," batin Jisung dengan tatapan takjub.

"HENTIKAN!" teriak Renjun membuat Donghyuck terdiam.

"Akhirnya.. Akhirnya kau tau siapa kau sesungguhnya, Renjun-ssi..."

Peperangan terhenti. Cahaya putih dengan burung-burung merpati yang berdatangan itu membuat Donghyuck dengan mudah membuka topeng dan terkejut dengan wajah yang dilihat olehnya.

"Na Jaemin..?" gumam Donghyuck dengan wajah yang kecewa dan marah. Bagaimana bisa Na Jaemin menjadi pengkhianat?!

"PENGKHIANAT!" teriak Donghyuck dengan menebas kepala yang berada dihadapannya itu. Dengan pedang yang telah ia dapat dan dengan amarah yang menguasai dirinya.

Tak lama, Renjun mendekat, ia memeluk erat tubuh suaminya dan menangis sejadi-jadinya. Tak ada yang bisa ia katakan karena ia takut terjadi hal yang membahayakan keluarganya lagi.

"Hyuck.."

"Aku merindukanmu.."

"Renjun-ssi... Aku juga merindukanmu.. Kenapa begitu lama kamu terjebak disana..?"

"Mereka memanggilku.. Mereka memanggil kita Hyuck.. Selama ini aku mengira bahwa legenda yang diceritakan oleh mendiang ibunda tidak ada namun, ternyata itu semua nyata, Hyuck.."

Dengan tiba-tiba cahaya putih itu kembali bersinar. Dan Donghyuck reflek menjatuhkan pedangnya.

"Kau sudah siap untuk memimpin negara ini, memperbaiki apa yang hancur dan kamu telah siap menjadi seorang raja, Hyuck.."

Hening.

Donghyuck tak berkedip menatap sosok yang ada dihadapannya itu. Begitupula dengan Ten dan Jaehyun.

"Renjun.. Kamu hebat sayang. Kamu selama ini selalu binggung dengan apa yang terjadi bukan? Nyatanya.. Itu semua adalah hukuman karena saya menikah dengan ayahmu. Cinta terlarang antara dewi dan vampire. Merpati putih yang disatukan dan sebuah burung gagak yang kerap menghancurkan. Kelahiran kamu.. Itu semua adalah hukuman ibundamu.. Maafkan aku yang tidak pernah memberitahukan ini, Renjun.."

"Mama.."

"Ibunda.."

Tak hanya itu. Bahkan, Renjun dan Donghyuck saling pandang. Memandangi kerajaan yang hanya tersisa puing-puing bangunan dan memandangi kedua sosok dewi yang tengah berdiri dihadapannya.

"Renjun.. Ingatlah. Setelah ini.. Entah kamu bisa atau tidak namun, akan ada salah satu yang harus berkorban."

"Lautan darah itu akan tercipta lagi."

"Semua akan terjadi saat pewaris kedua keluarga setelah putramu terlahir."

"Ini baru awal dan kamu akan bertemu dengan akhir, Renjun."

"Donghyuck.. Apabila itu terjadi, tolong tetap jaga kedua buah hatimu. Dan relakan Renjun untuk moksa bersama alam semesta."

BRUGH!

"HYUCK... SAKIT!!" jerit Renjun dengan tiba-tiba saat Taeyong dan Ten menghilang.

"Dimana yang sakit?!"

"Badanku.. Badanku sakit! Hyuck.. Sakit! Rasanya seperti tertusuk... Hyuck..," adu Renjun dengan meremas kuat bajunya.

Dengan keadaan panik, Donghyuck langsung membawa Renjun ke istana dan memanggil tabib. Melakukan pengobatan dan setelah semua membaik, Donghyuck hanya memikirkan ucapan Taeyong.

"Ma.. Setelah kamu pergi.. Apakah itu artinya kamu akan membawa cintaku juga ikut moksa bersama denganmu..?"

To be continue🕊️



Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now