"Itu kayaknya Vega Zilgwina sama suami eksekutifnya," ujar Randi dengan gaya penggosip ulung. Dua wanita dan dua pria yang ditempatkan dalam satu meja dengan mereka juga berbisik heboh.

"Oh ya?"

"Hmmm..." Sahut Randi. "Gatra Senoadji. Sekarang di Golden Epona."

"Golden Epona?"

"Ya," gumam Randi. "Belum pernah dengar?"

"Meski hidup di goa, nggak mungkin orang nggak tahu Golden Epona! Ekspansi bisnis mereka sangat masif. " Komentar Suta asal. Dalam otaknya, sedang berputar ingatan tentang sang sekretaris.

Laras mengatakan pernah bekerja di Golden Epona.

Tidak bisa dipungkiri, sosok Gatra memang gambaran pria idaman sejuta wanita. Dengan tubuh tinggi, tegap dan atletis, serta fitur wajah menawan di atas rata- rata, membuat orang yang khilaf saat bersamanya mungkin bisa dimaklumi. "Gosipnya, pernikahannya dengan Vega sedang nggak baik- baik saja." Satu info dari entah siapa itu menyambar telinga Suta.

"Ya, karena mereka sudah  lima tahun menikah, tapi belum dikasih momongan juga! "

"Usia mereka memang terpaut delapan tahun. Vega lagi berada di puncak karirnya, sebelum meredup dan digantikan sama talenta muda yang belakangan banyak sekali muncul."

"Gosipnya Gatra punya sugar baby di luaran! Dan si sugar baby ini lagi hamil anak dia!"

"Yang bener?"

"Gosipnya sih gitu. Tapi si cewek ini tiba- tiba menghilang. Udah dua bulan orang dia nyariin."

"Ah, bukannya elo yang sok tahu?!" .

"Sepupu gue kerja jadi marketing ekspedisi di GE!"

Kamera blitz berkilat lagi. Kali ini menyambut kedatangan seorang model cantik yang menggandeng sosok gagah Garda Antasena Senoadji, alias adik dari Gatra Senoadji.

Baik wajah Randi mau pun Suta langsung menggelap, ketika mengetahui siapa yang digandeng pria itu ke acara gala dinner celaka itu.

Tak lain dan tak bukan adalah Felisha Brigitta Pasambuna.

***

"Hamil? Kamu yakin, Ras?" suara kaget Putri lebih mencerminkan kekhawatiran, ketimbang rasa tidak percaya.

"Aku udah cek ke dokter juga, Put. Dokter bilang umur kandungan udah sepuluh minggu. Alias dua bulan lebih."

"Terus rencanamu apa, Ras? Itu nggak mungkin disembunyiin, kan?"

Laras sendiri sudah putus asa. Saat ini jam baru menunjukkan pukul sebelas. Dan Laras kabur ke kamar mandi untuk menelepon Putri karena merasa tidak kuat lagi memendam semuanya sendirian. Untuk masalah rahasia, Putri memang sangat bisa diandalkan.

Dia ingin menghubungi Sisil atau Meita. Tapi Sisil tidak bisa ditemuinya, sementara Meita... Laras masih maju mundur soal itu. Karena ini bukan masalah sembarangan. Ini aib. Dia hamil. Tanpa suami. Sekali lagi,  tanpa suami!

Rasanya Laras ingin menguras air matanya. Hanya saja, mungkin stok cairan di tubuhnya sudah menipis atau bahkan hilang sama sekali. Semenjak mengetahui dirinya tengah berbadan dua, Laras tidak pernah lagi merasakan tidur nyenyak.

Setiap memejamkan matanya, selalu terbayang wajah ibunya, ayahnya, adik- adiknya, yang memandang Laras dengan raut kecewa. Laras buntu.

"Aku mesti gimana, Put?"

"Kalau boleh tahu, kamu udah beneran putus sama Mas Satria ya?"

"Udah. Aku udah mutusin dia sejak dua bulan yang lalu. Aku merasa seperti orang hipokrit kalau masih mau melanjutkan hubungan itu. Aku rasa hubunganku sama dia juga semakin lama semakin rapuh, Put. Entah sejak kapan."

"Maka dari itu kamu lari ke Pak Gatra?"

"Kalau nggak keberatan, tolong jangan sebut nama orang itu lagi."

"Itu dia." Cetus Putri tiba- tiba. "Kamu bilang, Pak Gatra sudah menikah tapi belum dikasih  momongan, kan? Kenapa nggak coba kamu datang ke dia terus bilang yang sejujurnya kalau kamu hamil anak dia. Pasti dia bisa kasih solusi. Siapa tahu dia bisa bawa kamu ke mana dulu sampai lahiran, trus kalau bayinya udah keluar, siapa tahu dia mau ambil sebagai anak adopsi!"

Sungguh saran yang sempurna dan masuk akal. Sayangnya, Laras sendiri tidak tahu bagaimana cara menjalankan rencana itu. Sementara dia sendiri sudah bertekad untuk tidak akan menemui pria itu.

Tapi demi menghargai buah pemikiran sang sahabat, Laras akhirnya hanya mengatakan, "Makasih ya, Put. Saranmu membantu banget. Aku bakal cari cara untuk nemuin orang itu. Kamu benar banget, biar bagaimana pun, orang itu tetap ayah bayi ini. "

Lalu ia mengakhiri panggilan. Menundukkan kepalanya yang masih terasa pusing.

Meski tidak memiliki gangguan makan, karena memikirkan masalahnya yang terasa berat, Laras tidak kuasa menelan sesuatu. Akibatnya, rasa pusing kerap mendera.

Dokter Rio telah meresepkan obat penambah darah, vitamin,  bahkan menu makanan untuk trimester pertama. Hasil pemeriksaan darah digunakan untuk mencari kemungkinan apakah Laras berpotensi mengidap diabetes gestational, jenis diabetes yang biasanya diderita perempuan hamil atau penyakit bawaan lain yang bisa menurun ke si bayi.

juga tes penyakit menular seksual dan virus seperti; cytomegalovirus yang bisa menyebalkan kebutaan pada bayi yang lahir lewat persalinan normal, virus rubella, dan toksoplasma.

Hasilnya, kesehatan Laras secara umum memang sangat baik. Tak heran, Laras harus merogoh kocek dalam-dalam untuk melakukan pemeriksaan awal kehamilan secara menyeluruh itu. Paling tidak, dia tak usah mengkhawatirkan si jabang bayi yang bertumbuh dalam rahimnya saat itu.

***






Miss Dandelion Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ