tertarik

2.8K 149 4
                                    

.....Typo bertebaran.....


Nave memejamkan matanya, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menjalar ke seluruh perutnya. Lelaki itu juga sesekali melihat bos nya yang sibuk mondar mandir tidak jelas. "Pak ... Ngapain mondar mandir kayak setrikaan aja." Celetuk nave.

Jenaro seketika langsung memberhentikan pergerakannya, ia menatap nave. "Saya bingung."

Nave mengulurkan tangannya ke arah Jenaro. "Ngapain bingung, saya aja gak bingung."

Pria yang lebih tua menerima uluran tangan dari yang lebih kecil, ia mendudukkan dirinya di samping lelaki itu. "Apa sakit?" Tanya Jenaro.

Nave mengangguk antusias. "Sakit sekali, kalau bisa di bagi pasti udah saya bagi ke bapak." Ucap nave dengan menggerakkan tangannya menggambarkan betapa besar rasa sakitnya.

Jenaro mengernyitkan dahinya. "Kenapa harus saya." Bingungnya.

"Iyalah, bapak ngeselin. Ini karna bapak juga makanya perut saya sakit lagi." Bibir nave mengerucut di setiap kata yang dirinya ucapkan.

"Tidak ada hubungannya, nave." Ujar Jenaro.

Nave mengabaikan perkataan Jenaro, menurut otak kecilnya semua ini adalah ulah Jenaro. Jika Jenaro tidak marah marah pasti perutnya tidak kembali sakit.

Lelaki kelinci itu membawa tangan besar Jenaro ke perutnya, berusaha mencari kehangatan. Jenaro yang menjadi korban pun menarik tangannya. "Ngapain kamu." Bentak Jenaro.

Nave yang dibentak sepertinya tidak ada takut takutnya, ia kembali menggenggam tangan Jenaro dan membawanya ke atas perutnya lagi. "Tangan bapak hangat, perut saya jadi lumayan membaik." Cengirnya.

Jenaro berakhir pasrah dan membiarkan tangannya berada di perut nave yang masih terbungkus pakaian.

...

"Ini Nana kemana sih, dari tadi belum balik. Udah satu jam." Gerutu haechi.

Lelaki beruang itu masih berada di meja kerjanya, memikirkan temannya yang sudah lama tidak kembali dari ruangan bos.

Haechi menimbang nimbang pemikiran untuk menelepon temannya itu, takut takut jika keadaannya sedang tidak baik baik saja di buat sang atasan, ya buruk buruk di pecat.

"Bodo amat, telepon aja lah."

"Halo na, kamu gak apa apa kan?" Tanya haechi setelah saat teleponnya tersambung.

"Echii, perutku sakit karna pak Jenaro!!." Pekik seseorang dari sambungan telepon itu.

Haechi yang tidak mengerti pun seketika panik. "Apa maksudmu na."

"Perutku sakit echii, jangan tanya tanya." Pekik nave.

"Oke oke maaf, sekarang kamu ada dimana?"

"Ruangan pak Jenaro, tapi ini dikamar. Apa aku ada dirumah?, echii aku bingung."

"Oke aku mengerti, tunggu aku."

Panggilan telepon diakhiri dan haechi langsung mengambil obat yang berada dalam tas nave, dirinya langsung menuju ruangan bosnya yang berada di lantai berbeda.

...

"Nana!!" Pekik haechi dengan memasuki kamar pribadi Jenaro tanpa permisi.

Haechi langsung melangkah mendekati nave yang masih berbaring menahan sakit perutnya. "Echii ... Sakit ..." Ucap nave dengan sendu sambil melihat temannya.

"Na ... Ini minum dulu." Haechi membantu nave untuk duduk dan memberinya satu pil obat, haechi juga memberikan termos air hangat yang selalu dibawa nave.

Jenaro yang masih berada dalam ruangan itu merasa terabaikan, melihat dua sejoli yang memiliki tubuh sangat kecil di pandangannya. "Jelaskan."

Haechi dan nave menoleh kearah sumber suara, mereka dapat melihat Jenaro yang sedang berdiri sambil bersandar pada dinding kamar dan menyilangkan kedua tangannya.

Jenaro meminta penjelasan dari keanehan yang terjadi saat ini, dari nave yang mengaku sedang menstruasi padahal dirinya adalah seorang lelaki.

Haechi menatap temannya kembali, nave juga tidak tau harus melakukan apa, berakhir lelaki kelinci itu mengangguk pada haechi. Lelaki beruang itu sudah pasti mengerti dengan maksud temannya.

"Kamu aja yang jelasin, na..." Nave menolak membuat haechi menghela napas dan dirinya menatap Jenaro kembali.

"Pak ... Nana itu spesial." Cuma itu yang diucapkan haechi, Jenaro pun menatap tajam haechi.

"Bicara yang jelas." Sentaknya.

"Echii, pak Jenaro marah lagi." Ujar nave.

"Na ... Aku gak bisa." Echi menatap memohon kepada nave.

"Pak Jenaro, gak usah kepo ya ... Echi gak bisa jelasin." Ucap nave sambil menatap Jenaro dengan polosnya.

Jenaro melangkah pelan mendekati kasur. "Haechi, silahkan kembali." Ujarnya dengan wajah yang tidak bersahabat.

Haechi pun berdiri, membungkukkan sedikit tubuhnya kearah Jenaro lalu melenggang pergi.

Jenaro duduk di pinggir kasur, menatap serius tepat pada wajah karyawannya. Sejujurnya baru kali ini pria itu sangat penasaran dan tertarik dengan hidup orang lain. Saat ini Jenaro sebisa mungkin untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang diri nave skyler.

Nave menatap Jenaro yang berada di dekatnya. "Aku aneh ya pak?, laki-laki tapi bisa menstruasi." Tanya nave tanpa menunjukkan kesedihan apapun, pertanyaan seperti anak kecil yang belum mengetahui apapun dan sangat ingin tau.

Jenaro menggeleng. "Saya tidak menilaimu seperti itu, saya hanya ingin tau tentang dirimu." Jenaro berbicara dengan sangat lembut.

"Aku ... Aku sejak lahir udah berbeda pak, jadi tuh ya kata echi kalau di laki-laki biasanya ada namanya titit. Tapi kalau aku engga ada, punya nya kyu." Nave bercerita tanpa rasa beban pada Jenaro.

Jenaro mengernyit bingung. "Kyu ... Apa itu?"

Nave menunjuk pada selangkangannya. "Kyu, kalau kata echi biasanya cuma ada untuk perempuan, tapi aku punya."

Jenaro membelalak, namun kembali menetralkan ekspresinya. oke dirinya mengerti dan cukup terkejut. "Lalu?"

"Sepuluh tahun yang lalu, kata dokter ... Aku tuh lebih dominan hormon wanita, jadi bisa menstruasi dan hal lainnya kayak perempuan." Lanjut nave.

Jenaro menatap nave yang bercerita sangat santai dengan mata bulat yang memancarkan seperti dia hanya anak kecil yang begitu polos.

Jenaro juga menelisik ke seluruh tubuh nave yang baru ia sadari memang lelaki itu sangat kecil, bagian leher juga tidak terlihat ada tonjolan jakun.

"Bapak jadi pecat aku?" Tanya nave dengan polosnya berhasil memecahkan lamunan Jenaro.

"Saya akan memikirkannya lagi."

"Ngapain mikirin aku, bapak suka aku ya?" Celetuk lelaki kelinci itu.

Jenaro menyentil kening nave. "Asal berbicara saja."













Vote & komen!!!

privileges of Mr. Agrisyam's wife || BxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang