v. new student of tokyo jujutsu high

39 2 0
                                    

"Domain Amplification," tutur Byakko secara bersamaan.

Aku yang sebelumnya sudah siap menjemput ajal, tak mengira akan menerima salah satu Teknik Kutukan-nya yang melindungiku dari serangan Sukuna.

"Oh, kau berpihak pada manusia sekarang? Ke mana misi kita dulu untuk menaklukkan mereka dan para Penyihir Jujutsu?" tanyanya dengan delikan menyeramkan.

Kuputuskan untuk segera menyingkirkan diri dari mereka berdua dan memilih mendekati Megumi untuk kemudian mendorongnya ikut menjauh sekian meter radius dari segala aksi rivalitas dua Roh Kutukan Tingkat Tinggi tersebut.

"Lebih baik kita yang menjauh jika tidak inginㅡ"

Plak.

Aku dan Megumi tertegun. Sukuna menampar pipinya sendiri dengan tidak pelan hingga raut yang tercetak di wajahnya pun sama bingungnya seperti kami.

"Apa yang kau lakukan di tubuh orang lain?" Resonansi suara itu berbeda. "Kembalikan."

Rasa penasaranku langsung naik ke permukaan dan aku memutuskan untuk mengaktifkan The Eyes of Wonder. Walau pun hanya bertahan selama sekian detik, aku mampu membaca Energi Kutukan-nya yang memang masih sama dengan Pusaka Terkutuk tersebut. Tubuh itu seharusnya berada sepenuhnya di bawah kendali Sukuna dan bukan yang lainㅡYuuji.

"Kenapa kau bisa bergerak?" tanya Sukuna, mewakili isi pikiranku.

"Ya, karena ini tubuhku," jawab Yuuji lugas, menjadi bukti kebenaran atas dugaanku bahwa secara fisik, ia mampu menahan kuatnya Energi Kutukan Sukuna yang tersimpan dalam jari tersebut. Dua garis di bawah matanya pun perlahan menutup dan terlihat seperti bekas luka biasa.

Aku bisa merasakan bagaimana Megumi menegang ketika Yuuji mengambil selangkah mendekat ke arah kami. "Ugokanai!" Tangannya terangkat siap untuk membasmi Yuuji. "Kau sudah bukan manusiaㅡ"

Tep.

Byakko berpindah menghalangi kami, tetapi netra kuning kehijauannya itu terpaku lurus pada Megumi dengan sangat tidak bersahabat. "Hanya aku yang boleh menghabisinya."

"Wah," potong Yuuji dengan kepala yang menyembul dari balik telinga Byakko. "Dia temanmu juga, ya, Natsu-san?"

Menyadari bagaimana Megumi masih dalam pose siaganya, aku menghela napas. "Byakko." Tanganku menarik keluar katana-ku yang menjadi tempatnya bersemayam. "Modoru," perintahku tegas.

Ia menggeram tak terima, tetapi tidak memiliki pilihan lain selain mematuhi aku yang berperan sebagai nonanya saat ini. "Ingatlah ini, Natarasu," kecamnya, "Aku akan kembali untuk Sukuna dan kau sekali pun tak akan bisa menghentikanku."

Rasa jengkelku menyurut secepat ia naik. Aku termenung memperhatikan bagaimana wujud Byakko menyerpih dan terhisap masuk ke dalam katana. Aku harus sangat berhati-hati jika tidak ingin ancamannya benar-benar menjadi nyata.

Aku bersitatap dengan Yuuji dan menyadari bahwa garis-garis hitam di tubuhnya perlahan menghilang. Namun, berbeda dengan Megumi yang masih dalam posisi siap siaganya.

"Ada apa? Aku baik-baik saja, kok." Yuuji menatap kami tidak mengerti.

Tanganku mendarat di bahu Megumi, aku menggeleng dengan pandangan terarah lurus pada Yuuji. "Dia bisa dipercaya," beritahuku yakin.

Megumi mengeratkan kepalan tangannya tanpa berganti pendirian. "Tidak, bagaimana jikaㅡ"

"Situasinya saat ini, bagaimana?"

Kami semua sontak menoleh.

"Gojou-sensei," celetuk Megumi terkejut. "Sedang apa Anda di sini?" tanyanya.

sinister ; jujutsu kaisen [ON HOLD]Where stories live. Discover now