Bab 6 -- Amina

2.8K 23 0
                                    



                                                   

                                                            Amina, si cantik bestie Hani


Sudah lama Benny tahu kalau Amina itu sahabat Hani. Bahkan Benny sering memergoki Amina di rumahnya sepulang dari ngojek, sebelum dia jadi pegawai Spa Jaka Tarub. 

Meskipun berdandan pas-pasan, Amina ini cantik dengan kerudung. Usianya sebaya dengan Benny. 

Benny juga kenal Rivaldi, suami Amina. Bahkan Benny sering ngopi di teras barengan dengan suami Amina kalau kebetulan dia dan Rivaldi sama-sama di rumah.

Menurut Benny, Amina adalah perempuan yang harusnya punya suami kaya. Beda dengan Hani yang harus dipoles sedemikian rupa, Amina justru siap jadi perempuan berkecukupan. Wajahnya elegan, tubuhnya singset, gayanya menyenangkan, namun bernasib kurang baik alias terjebak dalam pahitnya hidup miskin..

Pernikahan Amina dan Rivaldi sudah masuk tiga tahun. Sayangnya mereka belum dikaruniai buah hati. Benny tidak tahu kalau Rivaldi adalah tipe lelaki anus mania alias lebih suka membuang benih di dubur istri ketimbang di rahimnya.

Tidak sekali dua kali Benny tahu kalau Amina sering mengintip dirinya dan Hani saat sedang bergumul di kasur. Papan pemisah rumah kontrakan dempet mereka itu memang tidak bisa menyembunyikan sepasang mata indah milik Amina. Benny makin bersemangat karena dia tahu ada penonton.

Tentu saja Hani tidak tahu karena sibuk orgasme terus-terusan.

Benny memang selalu pulang setiap selasa untuk menjenguk istri dan anaknya. Namun hari ini istrinya sudah berangkat pagi-pagi sekali ke rumah mertua. Ada acara arisan di sana, dan kemungkinan dia menginap. Benny juga harus berangkat kerja sebentar lagi, jadi dia bisa santai sambil ngopi di rumahnya hanya dengan celana boxer hitam tanpa baju.

Dia sudah mandi, tinggal berpakaian.

Tiba-tiba saja pintu rumah terbuka. Benny tidak jadi meneguk kopinya namun justru meletakkan gelasnya.

Sosok perempuan masuk ke rumah petakan itu. Rambutnya yang panjang tergerai, dan perempuan itu kaget begitu bertatapan dengan Benny.

Amina! Perempuan yang tadi malam kembali mengintip aktivitas panasnya itu tidak memakai jilbab. Justru hanya berdaster batik saja dan nyelonong tanpa permisi masuk. Mungkin dia berpikir Benny sudah pergi, dan Hani ada di rumah.

"Eh...Mas Benny," bibir mungil ranum berwarna pinkish itu terbuka.

Benny tersenyum.

"Hani lagi pergi Mina. Ke rumah ibunya," tanpa ditanya Benny memberikan penjelasan.

"Oh..." hanya itu yang keluar dari bibir itu. Mata Amina tidak berani menatap Benny. Sebagai lelaki yang makin berpengalaman urusan perempuan Benny tahu Amina malu setelah kepergok semalam.

Benny tersenyum.

"S..Saya permisi," kata Amina buru-buru. Kegugupannya berakibat fatal. Dia menabrak mainan kuda-kudaan Dani dan tersandung. Benny bangkit dan membantu Amina bangkit.

"Kamu ngga apa-apa?" tanya Benny.

Amina meringis. Kakinya sepertinya sakit. Dipapah Benny, Amina duduk di kursi tempat Benny duduk tadi.

Benny berjongkok di depan Amina. Tangannya mengurut pergelangan kaki Amina. 

Betisnya.

Ternyata kulit Amina itu sangat lembut dan lembab. Perempuan itu suka memakai body lotion rupanya sehingga kulitnya tidak kering dan kasar seperti Hani. Tangan Benny terus mengurut-urut.

"Udah lebih baikan?" Tanya Benny.

Amina mengangguk. Keduanya kembali bertatapan. Wajah Amina merah padam. Namun dia makin cantik dengan wajah bersemburat seperti itu.

"Kamu cantik sekali," tanpa sadar Benny memuji. Tangannya kini mengelus lutut atas Amina dan membuat perempuan itu mengigil.

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba keduanya sudah saling berpagutan. Benny mencium bibir ranum indah Amina dan Amina sendiri pasrah dalam dekapan mantan tukang ojek sekaligus suami bestienya itu.

"Mas... Kita...." Amina tidak selesai berkata-kata karena Benny sudah melumat kembali bibir itu dengan ciuman mesra.

Amina pasrah. Apalagi tangan Benny sudah mengangkat daster batik itu dan meremas payudaranya yang bentuknya seperti pepaya. Besar dan kenyal. Amina memang tidak memakai bra di dalam daster lusuh itu.

"Ohhh...Mas Benny... Nanti kita ketahuan Mas..." desah Amina begitu mulut Benny mengisap puting payudaranya rakus.

Benny tidak menjawab. Sedotannya semakin kuat dan Amina mengigit bibirnya tanpa sadar.

LELAKI TANDUK BADAKOnde as histórias ganham vida. Descobre agora