"Gue ga habis pikir sama jalan otak mama gue sendiri, Mey. Masa dengan santainya dia mau jual gue? Dan... Masa dia bilang, itu buat membalas semua kebaikan dia?! Gila ya?!"

"Uhm.. Yah.. Apapun itu Sa, setidaknya nyokap lo masih ada dan bisa nyukupin kebutuhan hidup kalian."

"And?"

Meyla terdiam.

"Gue ga pernah setuju ya kalo nyokap gue kerja jadi pelac*r. Karena uang yang kita pake jadi ga berkah. Dari awal gue bilang kalo dia harus cari pekerjaan lain. Atau kalo engga, setidaknya biarin gue kerja di kafe. Dan loe mau tau apa jawaban dia?"

"GAK! Kamu harus merawat diri. Jangan sampe kecantikan mu luntur sedikitpun. Di mata keluarga tunangan kamu, kamu harus tampil sempurna. Biar mamah aja yang cari uang. Kamu nikmatin aja hasilnya."

Gue menghela nafas. Meyla memeluk gue erat sambil mengelus-elus punggung gue.

---------------------------------------------------------

"Edsa, ikut mama."

"Kemana?"

"Kafe."

"Ngapain?"

"Kamu mau kerja di kafe kan? Kita ketemu dulu sama ownernya."

"HAH?? Ini bukan mimpi kan? Cubit gue," batin gue dan refleks mencubit diri sendiri.

"Aw..."

---------------------------------------------------------

"Kamu boleh kerja disini Edsa, sebagai kasir," kata owner kafe ini.

"K-kasir?"

"Iya. Mama gamau kamu capek."

"Dan paling penting, kecantikan kamu ga boleh luntur sedikitpun," bisik nya.

"Kenapa mama tiba tiba ngijinin aku kerja di kafe? Mama mau pensiun jadi-"

"SHUT UP!"

"Sorry."

"Gak. Yah, mungkin."

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa pake mungkin?"

"Karena, kemungkinan besar, uang hasil kerja kamu di kafe gak akan cukup, Edsa."

"Setidaknya, bisa buat kita makan kan?"

"Kita liat aja dulu."

"And?"

"???"

"Mama ga perlu jodoh" in aku lagi kan?"

"Hahahhaha."

"????????"

"Mama bilang kan, kecantikan mu ga boleh luntur sedikitpun. Artinya... Kamu paham kan?" Bisiknya yang membuat gue bergidik.

---------------------------------------------------------

"BANGS*T!!!!!!"

"Edsa... Pliss... J-jangan kek gini lagi dong. Yuk.. Ke kelas aja."

"Gue akan berhenti dari kafe!!!"

"Lah?? Kenapa? Bukannya itu yang lo mau?"

"Iya, tapi kalo ujung" nya gue tetep dinikahin, SAMA AJA KAN?!"

"Uhm... Tapi... Kalo calon lo ganteng gimana? Tetep mau nikah gak?"

"Kalo enggak?"

"Ya kalo iya? Terus... Dia kaya?"

"..."

---------------------------------------------------------

"Edsa, sore ini... Kita ketemu sama calon suami kamu."

"Sh*t," batin gue.

"Mama beneran mau nikahin aku? Aku kan dah bilang mau fokus sama SMA aku. Aku gamau buru buru nik-"

"YANG PENTING, KAMU DAPET DUIT DULU. MAMA CAPEK TERUS" AN JADI PELAC*R. SETIDAKNYA, MAMA MAU ISTIRAHAT DULU SEBULAN. NGERTI?" potong mama dan memelotiku.

"J-jadi.. Maksud mama?"

"Kamu tunangan dulu aja sama dia. Terus, kamu ambil uang" nya. Ngerti? Ntar, nikahnya bilang aja, kalo kamu udah lulus SMA."

"T-tapi... Aku juga mau kul-"

"KULIAH?! NGACA! EMANG KAMU PERNAH NGASILIN DUIT SAMPE 10 JUTA?! KAMU PIKIR BIAYA KULIAH ITU GA BANYAK?! KALO KAMU BERANI SIH, MINTA AJA DUIT SAMA CALON SUAMI KAMU. UDAH BAGUS MAMA NIKAHIN KAMU SAMA ORANG KAYA."

"....."

---------------------------------------------------------

"Edsa ya?"

"I-iya, tante."

"Cantik."

"M-makasih."

Gue tengok sana sini buat nyari calon suami gue. Karena, gue cuma ngeliat tante dan om alias calon mertua gue.

Uhmm, sebenernya.... Gue amit amit. Karena ini bukan calon suami pilihan gue. Tapi... Gue terpaksa. Gue terpaksa banget ngelakuin ini. Mana kata Meyla, bagus juga kan kalo ganteng dan kaya?

Tap... Tap... Tap...

Ini saatnya.

"Edsa, ini calon suami kamu, namanya... Fizo."

"Owh hai Fiz-"

DOENG.

Di luar ekspektasi gue. Dia pake topeng, pake masker. Dan... APA INI??

"Uhm... Fizo... Mengalami kecelakaan semasa kanak-kanak. Jadi, ada luka bakar di wajahnya. Kamu... Siap menerima dia apapun yang terjadi kan, Edsa?"

---------------------------------------------------------

"MEYLA!!!! GUE GAMAU!!!! GUE GA SUDI!!! GAK!!!! POKOKNYA ENGGAK!!!! 😭😭😭😭😭"

"E-edsa, t-tenang dulu yaa... G-gue ngerti kok."

"Gakkkkk, gak mauuu 😭😭😭😭"

---------------------------------------------------------

Jegrek...

"Edsa."

Gue cuekin mama dan berjalan ke kamar.

"EDSA!! JANGAN PURA PURA BUDEG!!"

Gue melirik mama.

"Kenapa lagi?" tanya gue males.

"Kenapa kamu, TOLAK PERJODOHAN ITU?!"

"Ya menurut mamah?"

"Luka bakar itu bukan apa apa. Yang penting itu duitnya."

"Gak! Mama pikir aja sendiri soal duit. Aku ga Sudi nikah sama org kaya gitu!"

"EDSA! DIA ITU PUNYA MANSION TERMEWAH DI DUNIA. DUITNYA BERTRILIUN TRILIUN. HIDUP KAMU BAKAL MAKMUR SEJAHTERA. KAPAN LAGI??? TINGGAL DUDUK SANTAI, DAN BUM!! JADI RATU."

"Gak. Aku tetep ga Sudi. Lebih baik aku nikah sama orang sederhana tapi sesuai sama kriteria aku."

"EDSA!! JANGAN GILA!! KAMU GAK AKAN BAHAGIA KALO GITU CARANYA!"

"Mama emang ibu aku, tapi mama ga berhak mengatur hidup aku! Karena, aku hidup buat mengatur diri aku sendiri dulu. Maaf."

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Apr 04 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

I was sold to marry my soul mateUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum