Akhir dari pertemuan tersebut diakhiri dengan jabat tangan dan foto bersama dengan background yang dibelakangnya terdapat bendera merah putih dan bendera negara China.

Bapak juga memperkenalkan keempat cucunya kepada Presiden Xi, dihadapan media China.

Mulai dari Habib, Bintang, Ati, dan Vanessa. Bahkan Bapak juga terang terangan memperkenalkan Bintang sebagai penerusnya di politik.

Namun siapa sangka, Vanessa mahir berbahasa China yang kini tengah mengobrol dengan Presiden Xi. Siapapun tidak ada yang mengetahui itu diantara para ajudan, sekpri, maupun adc Bapak. Mereka semua terkejut melihat dan menyaksikan Vanessa yang sangat fasih berbahasa China. Bahkan Bapak sendiri kalah dengan cucunya, ketika rapat tadi saja beliau menggunakan translator.

"Gue curiga sebenernya Mbak Vanessa keturunan China, bukan Korea." Sahut Rizky yang terus memperhatikan Vanessa masih berbicara dengan Presiden Xi.

"Gila, Mbak Vanessa kurangnya emang cuma sering tantrum dan susah diatur doang. Selebihnya diborong dia semua." Ucap Agung.

"Fasih banget sumpil, gue yang ngafalin lirik China aja susah banget." Lanjut Agung.

"Jangan jangan Mbak Vanessa bisa bahasa Jepang juga kali ya." Sahut Deril.

"Kayaknya iya deh, emang kelewat cerdas Mbak Vanessa tuh. Sayang banget nggak bisa ikut Kunker Bapak di Jepang." Lanjut Rizky.

Tak lupa Mayted yang juga ikut mendengar mereka semua tengah membicarakan pacarnya.

Lagi lagi Mayted kagum dan semakin jatuh cinta dengan gadis itu. Cara bicaranya, cara gadis itu tersenyum, cara gadis itu mendengar Presiden Xi ketika berbicara itu sangat membuat jantungnya berdetak tak karuan. Terlalu indah, gadis itu sungguh membuatnya semakin terpesona.

"Bang, lo diliatin Presiden Xi." Ucap Deril sedikit histeris.

"Wah kayaknya lo disebut tuh bang." Sahut Agung.

"Bang, cewek lo bentar lagi jadi incaran cowok China." Senggol Agung.

"Hati hati bang, makin bersinar Mbak Vanessa. Mana cantik banget lagi hari ini." Sepertinya para biduang Hambalang ini tengah memanas manasi dirinya.

"Kalian heboh banget." Mayted menggeleng gelengkan kepalanya.

"Nggak takut bang cewek lo dijodohin sama anak petinggi disini?" Goda Agung.

"Nggak lah, pasti Vanessa tetap milih saya juga." Ucap Mayted dengan pede.

"Wih kelas bang, menyala terus Abangkuh!" Ucap Rizky dengan semangatnya.

"Nggak perlu lama lama sih bang, mending pulang dari Malaysia nanti langsung pengajuan." Sahut Deril.

Mayted menghela napasnya, sorotan matanya tetap fokus menatap gadis itu yang masih berbicara dengan Presiden Xi. Entah apa yang mereka bicarakan hingga berkali kali Presiden Xi tertawa kecil.

"Nggak segampang itu Der, saya sebenarnya udah siap kapan aja. Tapi kalo Vanessa nya belum siap saya harus apa selain nunggu?" Tanya Mayted.

"Udah pernah ngomongin hal ini ke Mbak Vanessa belum bang?" Tanya Agung.

Mayted menggeleng pelan."Kalo serius banget sih belum, tapi kadang saya sering bercanda ajakin Vanessa pengajuan. Tapi jawabannya selalu mau spesialis dulu."

"Masih lama bang kalo nunggu Mbak Vanessa spesialis, nanti kalo Abang udah balik dari pendidikan pun, Mbak Vanessa masih sekolah juga. Mungkin baru selesai koas." Kata Agung, mereka berempat kini berdiri agak jauh dari posisi Bapak dan keempat cucunya.

"Saya tahu, makanya saya selalu bilang kalau mau spesialis, saya bisa biayain. Tapi Vanessa nya nggak mau." Ucap Mayted.

"Bang kalo endingnya nggak sama Mbak Vanessa, nggak papa?" Tanya Agung sedikit agak sensitif.

He Fell First and She Never Fell?Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα