★ 0 8 | Notifications

488 94 38
                                    

[ Underneath the Sunrise UPDATE ]
Hayuk, komen komen komen.

Happy reading.

••••

“George savalas, baru saja menghubungi ku,” ucap Moray, setelah mengayunkan tongkat golf nya. Memandangi dataran hijau yang menggunung luas.

Jeremy melirik, guna mencari tahu. “Why?”

“Dia mengundang kita, untuk datang ke pesta pernikahan putrinya, akhir pekan depan. Rupanya, kau benar-benar ditolak keluarga itu,” ucap Moray. Membebaskan tangan dari sarung berwarna coklat.

“Bukankah masih bulan depan?”

“Dipercepat.”

“Dan kau mempercayai nya, Dad?” Jeremy berdecak. Menggaruk-garuk pelipis.

“Kau akan lebih tidak percaya lagi, jika ku beritahu siapa calon suami nya.” Moray menghela napas panjang. Bergegas berpulang.

“Siapa?” Jeremy menarik sudut alis kanannya. Menunggu penasaran.

“Matteo dos santos. Pengacara itu.” lekat, Moray memandangi Jeremy. Menatap kekurangan yang mungkin ada pada putranya.

Jeremy mengerling. Berusaha mengingat seseorang di sepanjang pertemuan antar keluarga Savalas. “Hm. Pantas, dia mengganggu ku waktu itu.”

“Dia mengganggumu?” Moray bertanya.

“Ya. Kejadiannya di kastil. Dia juga pernah mengancamku di rumah sakit.” Jeremy berdecak. Terlihat cukup kesal.

“Kenapa kau tidak memberitahu ku lebih awal?”

“Karena aku bisa menanganinya sendiri, Dad.”

Moray mengangguk-angguk. Melangkah menuju kursi di pinggir lapangan. “Sayang sekali. Aku padahal suka dengan pengacara itu. Aku juga suka putrinya. Dia lebih cocok denganmu.”

“Mungkinkah, kau punya rencana, Dad? Mereka menipumu.”

“Kau tidak bisa mengatakan bahwa mereka menipu ku, Jere. Kau tidak punya bukti.”

“Hm. Tanpa bukti sekalipun. Aku tahu, sampai di mana hubungan mereka.” Jeremy menyeka rambut emasnya. Duduk bersandar sambil membakar ganja. Moray memandangi, namun tak menghalangi.

“Jangan bilang, kau jatuh cinta pada pandangan pertama,” tebak Moray.

Cih— “Menjijikkan. Aku hanya muak, karena orang-orang seperti mereka, main-main dengan kita. Apalagi pengacara itu.”

“Kau mau ke Kolombia? Khususnya Bogota,” tawar Moray.

“Untuk apa aku ke sana, Dad?”

“Mungkin, bersenang-senang?” ucap Moray, diikuti tawa lantang yang menggema. Lalu meminum sisa Champagne, dan menatap pekarangan luas sekitar kastil nya.

***

Lucia berdandan cantik, mengenakan terusan hitam panjang hingga betis. Memiliki kerah putih yang melebar dengan lengan puff. Menunjukkan karakter yang berbeda, lebih dewasa dari biasanya. Dia tersenyum bangga, perlahan-lahan menuruni anak tangga di ruang tengah.

Lucia mengerling. Menatap Matteo yang menunggunya di ujung tangga. Berdiri dengan gagah. Mengenakan setelan hitam yang biasa. Lucia gugup. Hatinya gemetar tidak karuan.

“Pagi, calon suami,” sapa Lucia, begitu ceria. Membuat banyak mata menatap. Tersenyum lebar, hingga memamerkan gigi.

Morning,” ucap Matteo singkat. Memperhatikan Lucia tanpa berkedip.

Underneath the SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang