ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Kedua mata Vanessa berlinang, ia beneran tidak mendapat balasan dari Mayted, padahal ia berharap Mas-nya itu bisa membalasnya sebentar karena ia tak tahu dirinya akan selesai jam berapa di ruang jenazah nanti

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Kedua mata Vanessa berlinang, ia beneran tidak mendapat balasan dari Mayted, padahal ia berharap Mas-nya itu bisa membalasnya sebentar karena ia tak tahu dirinya akan selesai jam berapa di ruang jenazah nanti. Ia merindukan Mas-nya, sangat rindu. Sudah dua minggu mereka tidak bertemu, video call juga jarang.

Mayted memang masih berusaha meluangkan waktunya ditengah kesibukan jadwal Kakeknya yang semakin menjadi jadi. Dan selama dua minggu itu semesta tidak mendukungnya, walaupun Mayted sering melihat dirinya dan sering mengunjunginya, Vanessa tidak bisa menghampiri Mas-nya itu. Pasti ada saja halangannya sehingga jika Mayted membawakannya makanan, pakaian gantinya, atau keperluan lainnya pasti dititipkan di satpam atau teman koasnya yang kebetulan berpapasan dengan Mayted.

Apa jadinya jika Mas-nya itu sudah resmi pindah ke Batalyon? Apa Mayted masih bisa mengunjungi dirinya setiap hari? Apalagi di Depok, jauh sekali untuk mengunjunginya ke RSCM.

"Nes ayo!" Tarik temannya, Zira.

"Iya bentar ambil jas dokter dulu." Sahut Vanessa, lalu mereka berdua langsung berlari ke arah ruang jenazah. Vanessa tak sadar jika ponselnya lupa ia bawa, malah ia taruh di atas meja belajarnya.

"Lo minum obat anti depresan?" Tanya Zira ditengah tengah perjalanan mereka menuju ruang jenazah.

"Hah? Kok lo tau?" Tanya Vanessa bingung.

He Fell First and She Never Fell?जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें