"Tidak Phi aku mohon, jangan lakukan itu padaku, aku akan menuruti apapun yang kau katakan, tapi tolong jangan setubuhi aku,"

Kao pun memegang dagu Kana dengan erat, lalu mencium bibir itu dan menghisapnya secara kuat-kuat, bahkan Kao mengigit bibir Kana karna ia merasa kesal Kana tidak mau membuka mulutnya.

"Ahhh.. Hiksss.. Sakit Phi, aku mohon hentikan,"

Dengan kasar Kao mendorong Kana ke arah kasur, rasanya tubuhnya terasa sakit saat Kao terus berbuat kasar padanya, namun langkah nya terhenti saat Win dengan berani menegur Kao agar tidak memperlakukan Phi nya seperti itu.

"Phi Kao! Hentikan," Ucap Win.

"Tolong Phi, jangan sakiti Phi Kana lagi, bukankah lusa kalian akan menikah? Bagaimana jika orang-orang nanti melihat keadaan Phi Kana dengan luka lebam, apa yang akan Phi Kao katakan pada mereka jika mereka bertanya tentang semua ini?"

Kao hanya terdiam setelah mendengar apa yang di katakan Win, ia berpikir ada benarnya juga apa yang Win katakan jadi ia tidak akan memperlakukan Kana dengan kasar lagi.

"Kau benar, sayang maafkan aku ya, aku hanya merasa cemburu saat tiba-tiba ada seorang laki-laki yang tidak aku kenal keluar dari kamarmu,"

"Ti-tidak apa-apa Phi, aku yang salah aku yang minta maaf,"

"Tidak sayang! Aku yang minta maaf,"

Yang Kana tau Kao memang orang baik, hanya saja ia tidak suka jika ada yang mendekati Kana atau menggodanya.

"Sekarang pergilah mandi, setelah itu kita sarapan bersama,"

Kana pun hanya menurut dan pergi ke kamar mandi, sedangkan Kao pergi ke dapur ia akan memasak untuk Kana dan Ayah mertuanya.

Setelah selesai mandi Kana menghampiri Kao di ruang makan, disana sudah ada Ayah nya namun entah kemana perginya Win, setelah kejadian itu Win pergi begitu saja.

"Sayang ayo duduk, kau mencari siapa?"

"Aku mencari Win, dimana dia Phi,"

"Tadi dia izin pada Ayah, katanya mau pergi ke rumah temannya," Ucap Tuan Mike.

"Pergi kerumah temannya? Siapa yah?"

"Entahlah! Ayah juga tidak tau, sudah ayo kita sarapan saja,"

Kana masih memikirkan Win ia tidak akan tenang sebelum tau Win pergi kemana, setelah sarapan kini Kana ikut Kao ke restoran dan menyebar undangan, dan Kao pun menyuruh Kana untuk mengantar undangan ke toko milik Mew, tentu saja membuat Kana senang.

☀🌻

Disaat Kana tengah menunggu Mew membuka tokonya, lain lagi dengan Mew yang masih betah berdiri di pinggir lautan, ia memandangi bagaimana sibuknya pesawat yang hilir mudik namun tidak ada satu pesawat pun yang datang mengantarkan istrinya.

"Sayang! Apa kau tidak merindukanku dan anak-anak, tolong kembalilah padaku aku sangat merindukanmu, apa kau tau. Ada satu orang yang sangat mirip denganmu namun sayang ia akan menikah, jika orang itu adalah dirimu maka cepatlah ingat aku dan anak-anak kita,"

Mew tidak tau lagi harus bagaimana, membawa secara paksa Kana pun itu tidak mungkin, dan ia akan mencari cara lain mungkin saja menyuruh Ayah mertuanya datang ke Phuket dan memastikan jika Kana adalah Gulf.

Setelah puas berada disana Mew pun bergegas pergi ke tokonya, ia akan membuka toko namun saat sudah sampai disana ia melihat Kana tengah duduk melamun.

"Kana!"

"Phi Miu!"

"Kenapa kau disini?"

"Phi! Bisakah kita bicara di dalam saja?"

"Baiklah! Ayo kita masuk,"

Mew pun membuka pintu tokonya, namun Kana melarang Mew membuka semuanya lalu ia pun mengunci pintu itu rapat-rapat.

"Ada apa?"

"Aku datang kesini, membawa undangan untukmu Phi,"

"Undangan?"

"Maafkan aku Phi, jika tadi pagi aku berbohong padamu,"

"Berbohong karna apa?"

Grepp..

Tiba-tiba Kana memeluk Mew, membuat Mew hampir kehilangan keseimbangan.

"Maafkan aku Phi, aku mencintaimu aku merasa nyaman saat bersamamu,"

Mew merasa senang atas pengakuan Kana, namun disisi lain ia harus menelan kekecewaan karna Kana akan menikah dengan pria lain.

"Phi!"

"Hhmm!"

"Maukah kau tidur bersamaku lagi, sekali lagi Phi aku mohon,"

Kana tidak perduli, entah itu Mew akan menganggap Kana seperti apapun, yang terpenting baginya Mew mau tidur lagi dengannya itu akan jauh lebih baik.

"Apapun untukmu sayang, jika itu yang kau inginkan maka mari kita lakukan,"

Dengan jantung berdebar Mew membawa Kana ke lantai atas, saat sudah sampai di lantai atas Mew membawa Kana ke dalam kamar, ia pun tidak lupa mengunci pintu kamarnya rapat-rapat agar tidak ada yang menganggu kegiatan mereka.

Dengan perlahan Mew meletakkan Kana di atas kasur, Kana merasa baru kali ini ada orang yang memperlakukannya dengan sangat hati-hati.

"Sayang! Kenapa bibir mu terluka?" Tanya Mew sambil mengusap bibir Kana yang terluka, lalu menciumnya.

"Hiksss... Tidak apa-apa Phi, aku hanya ke gigit,"

"Jangan berbohong sayang, jika kau hanya ke gigit kau tidak akan menangis, katakan yang sebenarnya padaku,"

"Aku tidak apa-apa, sungguh,"

"Tapi kau jangan menangis, jika kau menangis itu akan membuatku sedih,"

"Maafkan aku Phi,"

"Aku hanya ingin, di saat ada yang menyakitimu, kau katakan saja padaku,"

"Tidak ada yang menyakitiku, percayalah,"

"Aku percaya padamu,"

Setiap kali bersama Mew entah mengapa Kana merasa tidak asing, bahkan ia selalu merasa jika ia dan Mew adalah pasangan, namun memory yang ia miliki sangat terbatas ia tidak bisa mengingat semuanya.

Dengan perlahan Mew melucuti pakaian miliknya dan milik Kana, hingga kini mereka sama-sama sudah tidak menggunakan sehelai benang membuat Kana merasa malu.

"Kenapa kau membuang wajahmu?"

"A-aku malu Phi,"

"Kenapa mesti malu, bukankah kita pernah melakukannya?"

Kana pun hanya terdiam, bahkan kini ia mengusap dada kekar nan berotot milik Mew, membuat Mew memejamkan matanya.

"Phi Miu!'

"Hmm!"

"Mari kita bercinta, seperti pasangan suami istri,"

Mew pun mencium Kana lalu mereka kini melakukannya, seperti sudah biasa namun Mew tetap harus berhati-hati karna ia tidak ingin menyakiti Kana, seandainya saja Kana mengingat dirinya siapa Mew akan bertanya dimana kado untuknya dulu seorang malaikat kecil yang mereka harapkan kelahirannya.

"Eghhh...!

"Kana!"




Bersambung...

❤️❤️

Sampai jumpa lagi di malam minggu..

Bye.. Bye..

The Lost Memory (END) Where stories live. Discover now