04 : Klinik Mawar

89 15 20
                                    

Teriknya sinar matahari memantul di hamparan pasir keabuan, menyilaukan sepasang mata Li Xiangyi yang sudah lelah akibat berkali-kali tersembur air di ceruk batu karang. Langkahnya yang sejak awal mulai sedikit rapuh kian tertatih karena dia menarik sepasang lengan Di Feisheng yang masih tak sadarkan diri.

"Sialan, dia sungguh tak berguna. Dasar dewa payah ... " gumamnya dalam gerutuan yang tak berkesudahan sejak perjumpaan anehnya dengan pria tampan yang mengaku sebagai dewa.

Ketika tiba di tempat yang dirasa jauh dari gapaian ombak, Li Xiangyi melepaskan Di Feisheng, kemudian duduk kelelahan tidak jauh darinya.

"Astaga, apa yang terjadi padaku? Bisa-bisanya terdampar di desa nelayan bersama seorang pria sinting," desahnya frustasi.

Dalam ketenangan suasana siang itu, dia menatap lurus ke kejauhan. Pada titik pertemuan garis lautan dan angkasa. Kawanan burung camar meluncur berlatar belakang awan dan barisan pohon kelapa di sisi lain pantai memberi sentuhan warna yang menyejukkan. Sesungguhnya, ini adalah pantai yang indah dan sunyi. Tapi entah kenapa, perasaan tersesat dan terasing dalam diri Li Xiangyi masih mengendap dalam dada.

Menjalani kehidupan seperti orang biasa sepertinya tidak terlalu buruk, batinnya dalam kesendirian.

Menyatu dengan alam, menghabiskan sisa usia dalam ketenangan dan jauh dari persaingan dunia yang berisik dan juga kejam. Helaan napasnya terdengar berat saat dia berulang kali memikirkan gagasan itu. Lantas tatapannya kembali jatuh pada sosok Di Feisheng yang masih terbaring di pasir.

Ini ...

Harus kuapakan dewa ini?

Li Xiangyi menggelengkan kepalanya perlahan. Secercah pemahaman datang dalam diam. Semua peristiwa yang telah berlalu meninggalkan sejuta luka dan kenangan. Pengkhianatan, kehancuran sekte. Rencana yang disiapkan untuk menguasai dan meluruskan dunia persilatan yang kacau tidak berjalan dengan lancar. Meskipun jelas bahwa dia masih bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan dan berbalik membalas dendam, bagaimanapun situasinya tidak mudah sekarang. Perlahan-lahan dia merasakan bahwa identitas Li Xiangyi seakan mulai tenggelam di lautan luas nan dalam.

"Aku akan memikirkan langkah selanjutnya, tapi ... untuk sementara, biarlah aku menenangkan diri di sini." Akhirnya dia berkata pada diri sendiri dengan suara berat.

Li Xiangyi larut dalam lamunan sehingga nyaris tidak menyadari langkah kaki seseorang terseret di atas pasir. Deburan ombak yang menggemakan suara keras meredam gerakan kecil itu. Tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh suara seorang perempuan.

"Apa yang kau lakukan di sini? Tidak pergi melaut?"

Nada suaranya datar tapi terkesan penasaran. Seakan-akan orang itu sejenis manusia yang ingin tahu urusan orang lain. Li Xiangyi tersentak, lantas menoleh cepat.

"Kau nelayan baru, ya? Aku baru pertama kali melihat wajah setampan milikmu di sini. Tapi kau sedikit kotor," lagi perkataan itu keluar dari bibir seorang wanita paruh baya berpenampilan sederhana dengan rambut hitam dan pakaian serba merah.

Nelayan? batin Li Xiangyi, sedikit tersinggung.

"Uh, ya. Aku ... pendatang baru di sini. Dan aku tidak punya perahu dan jaring," jawab Li Xiangyi jujur.

"Hmmm, begitu ya. Apakah itu temanmu?" Si wanita mengalihkan tatapan pada Di Feisheng.

Li Xiangyi mendesah malas. Dia ingin sekali mengatakan bahwa pria ini adalah orang sinting yang mengaku sebagai dewa dan tiba-tiba datang merepotkannya. Tapi kata-katanya seakan tertelan lagi, bahkan ia hanya menjawab singkat.

"Ya."

Suaranya sedikit berbisik. Dingin dan datar, dan setelahnya Li Xiangyi sibuk memikirkan bagaimana ia bisa kehilangan akal dengan menganggap pria sinting ini sebagai temannya. Dia bahkan nyaris memikirkan cara untuk membuang pria payah ini ke lautan dan jadi santapan ikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐋𝐨𝐭𝐮𝐬 𝐨𝐧 𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐢𝐯𝐞𝐫 (𝐅𝐞𝐢𝐡𝐮𝐚) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang