AL

47 5 0
                                    

Aku tidak tahu kapan ini bermula.
Ketika rindu mulai memanggil namamu.

Al meraih gagang telepon di atas meja kantornya untuk kesekian kalinya, lalu untuk kesekian kalinya pula, ia batal menelepon. Ia menaruh kembali gagang telepon di tempatnya.

Ella dan Zoey baik-baik saja, Al meyakinkan dirinya. Ella memiliki nomor ponsel dan nomor telepon kantor Al. Perempuan itu pasti menghubunginya kalau ada masalah.

Dengan dahi mengernyit, Al berjuang memusatkan konsentrasi pada pekerjaannya. Ia berhasil melakukannya dalam beberapa jenak hingga bayangan Ella dan Zoey kembali melayang di benaknya.

Al menyandarkan punggungnya di kursi kerja. Ia berusaha menenangkan pikirannya, tapi tidak bisa mengenyahkan gelisah yang berkubang dalam dadanya.

Akhirnya Al menyerah. Ia mengangkat gagang telepon, menekan serangkaian nomor, dan mendengarkan nada sambung dengan jantung berdegup cepat.

"Halo, Al," sapa Ella ketika menjawab telepon.

"Halo." Al tersenyum senang bercampur gugup mendengar suara perempuan itu.

"Ada apa?"

Al memaki dirinya sendiri dalam hati, bingung ingin bicara apa.

"Al?" Ella memanggil karena Al belum juga bicara.

"Mm.." Al mengetuk-ketukkan jari-jemarinya di atas meja, mencoba membuat alasan. "Aku baru saja ingin menelepon klien, malah terhubung ke nomormu." Ia memaki dirinya sendiri lagi karena alasannya terdengar sangat bodoh.

"Oh," sahut Ella. "Maksudmu, kau salah sambung?"

"Tidak." Lalu Al meralat. "Ya...."

"Jadi, aku tutup saja telepon ini, ya?"

"Jangan!" kata Al cepat. "Maksudku, tidak perlu ditutup teleponnya. Kita, kan, sudah bicara dan aku sedang tidak terlalu sibuk. Jadi, tidak apa-apa kalau ngobrol sebentar."

"Oh, oke."

"Kau sedang apa?" Al bertanya.

"Aku mau jemput Zoey, lalu kami mau ke Pacific Place di Sixth Avenue, Pine Street."

Kening Al mengerut mendengar nama salah satu pusat perbelanjaan ternama di pusat kota. "Kauingin belanja?"

"Aku ingin mengajak Zoey nonton Little Mermaid."

Al langsung membuka jadwal film di laptopnya dan melihat waktu pertunjukan film live action Disney Princess itu. "Kau mau nonton pukul dua, ya?"

"Ya. Kenapa?"

"Bagaimana kalau kita nonton pukul...," Al melirik jam tangannya, "tujuh malam?"

"Kita?" Ella tersentak. "Maksudmu, kau mau ikut nonton?"

"Iya. Kau keberatan?"

Ella terdiam beberapa saat hingga akhirnya menjawab, "Kami menunggumu, kalau begitu."

"See you soon." Al mengakhiri percakapan. Dalam hati ia bersorak senang—meski ia masih belum tahu kenapa.

***

Aroma popcorn menyambut Al, Ella, dan Zoey di lobi AMC Theaters, teater yang berada di Pacific Place. Suara pemberitahuan film akan dimulai terdengar di seluruh penjuru, berbaur dengan suara anak-anak yang meramaikan gedung bioskop berpenerangan remang dengan dominasi warna cokelat yang memberikan kesan elegan.

Al membeli tiket, sementara Ella ke snack counter, mengikuti Zoey yang merengek minta dibelikan popcorn. Gadis kecil itu penasaran melihat jejeran popcorn dalam kotak besar berwarna merah.

Almost is Never Enough (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now