75. Wanita Baru Lainnya

683 131 12
                                    

Part 75 Wanita Baru Lainnya

“Kenapa? Kau keberatan aku akan memindahkan mereka? Kau yang bilang mamaku adalah pengaruh yang buruk untuk mereka, kan?”

“A-aku tak mengatakan demikian.”

“Berarti aku yang berpikir demikian.” Balasan Lucius sempat membekukan wajah Calia.

“Lucius?” Calia menahan lengan Lucius.  “Apa maksudnya ini?”

 Lucius memasukkan ponselnya ke dalam saku celana setelah membalas pesan singkat Haifa.

“Kenapa begitu tiba-tiba? Kenapa kau tak pernah membicarakan masalah ini denganku? A-pakah kau …” Calia menelan kembali pertanyaan yang sudah menggantung di benaknya. Tak berani mempertanyakan hal yang ia takutkan. 

Lucius terdiam, menunggu kelanjutan kalimat sang istri yang malah terhenti. Matanya menatap Calia sejenak dan melepaskan tangan wanita itu dari lengannya. Lalu berjalan ke arah kamar mandi. 

Kedua kaki Calia melemah dan jatuh terduduk di sofa. Ia merasa terlalu tenang dengan betapa Lucius tak ingin kehilangan dirinya sehingga menyuruhnya membatalkan kehamilan. Juga oleh penentangan Lucius terhadap sang mama yang masih tak menyerah untuk menjadikan Divya sebagai pengganti dirinya. Namun, jika Lucius benar-benar memutuskan untuk menceraikannya. Dengan kehadiran wanita baru untuk melanjutkan hidup pria itu …

Mengingat kata-kata Lucius yang seolah menyerahkan semua pilihan pada wanita bernama Haifa itu. Dada Calia terasa dihimpit beban yang begitu besar. Memenuhi dadanya hingga ia kesulitan bernapas. Air mata jatuh ke pipinya. Apakah ini pilihan yang diputuskan oleh Lucius?

*** 

Setelah keluar dari ruang pemulihan, dengan kondisi Zayn tidak cukup bagus. Putranya tersebut harus bermalam di ruang NICU. Membuat Calia sepanjang malam tak bisa tidur, mendapatkan mual dan muntah hebat ketika pagi hari.

Calia sempat bertengkar dengan Lucius yang menyuruhnya untuk di rumah saja atau membiarkan dokter memeriksa keadaannya. Tetapi ia menentang kedua hal tersebut, karena merasa kesal dan marah pada pria itu. Mengatakan tak usah peduli dengannya.

Sore hari, Calia merasa keadaannya jauh lebih baik karena dokter mengatakan keadaan Zayn sudah membaik dan akan dipindahkan ke ruang perawatan.  Setelah sepanjang hari ia tak berhenti mendoakan kesehatan sang putr.

Air mata Calia jatuh, melihat ranjang pasien Zayn yang didorong masuk melewati pintu. Menatap wajah putranya setelah lebih dari 24 jam tak dibiarkan melihat oleh Lucius. Pada akhirnya ia menuruti keinginan Lucius untuk diperiksa dokter jika ingin melihat Zayn. Dengan berbagai macam perlengkapan yang sudah disterilkan karena keadaan Zayn yang masih cukup rentan. Juga kehamilan yang membuat tubuh Calia sama rentannya.

Caleb menambah tekanan dalam rangkulannya di pundak Calia. Keduanya berdiri di tengah ruangan, menatap Zayn yang terlelap. Wajah bocah itu sudah tidak pucat setelah keluar dari ruang steril. Bahkan sudah lebih riang dan sehat dari kemarin. Lebih banyak bicara dengan penuh antusias. “Kau lihat, dia berhasil bertahan. Masa terburuk sudah hampir berakhir.”

Calia mengangguk, menghapus air mata yang jatuh di ujung matanya. “Dia anak yang kuat.”

“Ya, sepertimu. Meski wajahnya semuanya nyaris dirampok oleh papa mereka, mereka sepenuhnya mirip denganmu.”

Lucius yang mendengar kalimat tersebut hanya melirik ke samping. Caleb memang sengaja memperjelas kalimat pria itu. Ya, fisik ketiga kembar memang nyaris sepenuhnya replika darinya. Kecuali warna mata Zsazsa dan Zaiden yang sama dengan Calia. Tetapi sifat mereka, kesemuanya memang mirip dengan Calia. Apalagi cara manja Zsazsa, seolah ia melihat Calia di masa lalu. Yang masih begitu ceria dan manis.

Jatah Untuk Ketiga KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang