"Li.... Kau sengaja niup tengkukku buat balas dendam ya?" tanya Taufan terbata.

"Enak aja! Gak ada kerjaan bange-"

KROMPYANG!!

"APAAN TUH?!"

Taufan refleks mencengkram lengan Halilintar. Sementara Halilintar terkaku tidak bisa bergerak selama lima detik.

"Ka-ka-ka-ka-kau itu ngapain sih?! Lepasin! Kucing kali!" ujar Halilintar menampik tangan Taufan yang meremat lengannya ganas.

"Kita. Gak. Melihara kucing! Kau yang ngelarang sendiri kan!" balas Taufan. Napasnya sampai terengah.

"Cih merepotkaaannn!!! Kau jalan duluan ayo kita cek!"

"Kok aku?!"

"Katamu kau pemberani!"

"Sejak kapan aku bilang git- GYAAAA!!"

"APAAN SIH?!"

"IT-IT-IT-ITUUU-"

"ITU APAAN?!"

"HALI, LIAT ITU! ASTAGFIRULLAH WAJAHMU DI FOTO MAKIN NYEREMIN!"

"TOPIKNYA JANGAN MELENCENG JAUH-JAUH GITU DONK!"

Halilintar memukul lengan Taufan, kesal setengah mati. Saking tidak jelasnya situasi sekarang bahkan Taufan kehilangan akal sehat. Eh tunggu dulu. Dari dulu anak itu memang sudah tidak waras.

"Yang penting sekarang kita harus tau dimana Gempa. Coba telepon. Aku takut kalau ada pencuri masuk rumah," kata Halilintar. Taufan mengangguk patuh. Dengan agak tidak tenang dia mencari ponselnya dan setelah menemukan di sakunya langsung mencari nomor Gempa.

Mereka menunggu beberapa saat untuk mendapat jawaban. Panggilan itu berhasil masuk, tapi-

"Gem kau dimana--"

"....ssrrr... kuh... hhhh... hhh... "

"Ge-Gem? Gem-Gempa?"

Panggilan itu hanya mengeluarkan suara tidak jelas seperti orang susah napas. Yang pada akhirnya membuat kedua anak kembar itu ikut kesulitan bernapas saking tegangnya.

"...gh... khaakk... hau.... hfann..."

"GYAAAAAA APAAN SIH?! GAK JELAS BANGET!!!!!"

Dengan panik Taufan melempar ponselnya. Halilintar sudah pucat pasi setelah mendengar dengan telinganya sendiri mereka mendapat penerima telepon misterius seperti di film yang Taufan lihat tadi siang.

Taufan menarik tangan Halilintar dengan ganas dan berlari masuk lebih dalam ke rumah. Mereka baru berhenti di depan pintu dapur setelah Halilintar sadar dari mati kutunya dan menyadari mereka bergelap gulita di depan dapur mereka.

"GILA KAU MEMBAWAKU MASUK KE MARI SAAT BELUM MENYALAKAN LAMPU!" maki Halilintar.

"APA SEKARANG ITU PENTING!! AKU KAN REFLEKS!!" balas Taufan tidak kalah kencang.

Krompyang!

Lagi-lagi keduanya terjingkat karena mendengar suara barang jatuh itu lebih dekat. Ternyata, asal suara tadi dari dapur.

"Ka-ka-ka-ka-ka-kau ma-ma-ma-masuk dulu, Fan," kata Halilintar mendorong Taufan.

"Gak mau! Kan kau abangnya! Kau dulu lah!" ganti Taufan yang mendorong Halilintar dan mengganti posisi mereka. Halilintar kesal tapi juga takut. Dia sudah lupa apa itu harga diri, sepertinya.

"Katamu kau pemberani, cepat masuk dulu sana. Aku jaga belakang!"

"Alasan! Jalan di depan aku jaga belakang!"

[Kumpulan] Trio OriTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon