Bab 1

25 5 1
                                    

"Sayang, aku pulang telat ya. Hari ini ada meeting sama klien sampai malam."

Mas Mahesa menelepon, tepat ketika aku akan menyiapkan makan malam. Sambil berbicara padanya aku merapikan lauk-pauk dan sayur yang sudah dimasak dari siang.

"Pulang malam lagi? Sudah berhari-hari kamu pulang malam, Mas. Apa enggak capek?"

Sudah berhari-hari Mas Mahesa tidak pulang tepat waktu. Kabarnya ia sedang mengerjakan proyek besar sehingga harus berkonsentrasi di kantor dengan timnya. Sebagai seorang istri, aku tentu saja cemas dengan kesehatannya.

"Semua ini demi kamu dan anak-anak, Sayang. Aku enggak apa-apa kok." Suamiku memberi jawaban yang membuat aku merasa diratukan sebagai seorang istri.

"Baik, Mas. Apa perlu aku kirim makanan dari rumah? Ini aku lagi masak sop iga kesukaan Mas Mahesa. Kamu kayaknya seharian meeting terus nanti jam makannya terganggu."

Masih sambil menata sayur dan segala pelengkap makan malam di meja makan, aku terus saja mengobrol dengan Mas Mahesa di telepon. Agak kerepotan sih, tapi bukannya sebuah komunikasi yang baik harus dibangun dengan suami?

"Eh jangan. Enggak usah, Sayang. Kan meetingnya juga di restoran. Udah sambil makan dong kami. Kamu di rumah aja ya, enggak usah kemana-mana. Kamu jagain si kembar ya."

"Oh, ya udah kalau gitu. Kamu hati-hati di jalan ya, Mas," pesanku sebelum mengakhiri panggilan.

Kuletakkan ponsel sembarangan kemudian sibuk dengan kedua putri kembarku yang sudah kelaparan. Vini dan Vidi namanya. Mereka sudah siap di meja makan sambil bercerita serunya kegiatan di sekolah. Aku mengambilkan makan malam untuk mereka, juga mengisi piringku sendiri.

Namun baru saja akan menyuap makanan ke mulut, sebuah pesan masuk ke ponselku. Kucari benda yang beberapa kali berdering lalu kemudian mati tersebut.

[Malam, Bu Raya. Apa Pak Mahesa ada di rumah? Ini ada dokumen yang perlu di tanda tangani urgent untuk meeting besok pagi. Apa boleh saya antarkan ke rumah saja?]

Aku membuka pesan yang rupanya dari Vera, sekretaris Mas Mahesa. Sebuah pesan yang mencurigakan, mengingat Mas Mahesa tadi pamit aku pulang telat karena ada meeting.

[Loh Bapak bukannya lagi di kantor ada meeting? Apa nomornya enggak bisa di hubungi, Vera?]

Aku kemudian berinisiatif kembali menelepon Mas Mahesa. Namun benar, ponselnya sudah tak aktif lagi. Ke mana dia? Kenapa ponselnya dimatikan?

[Bapak tadi saya hubungi ponselnya mati, Bu. Beliau sudah keluar kantor dari siang, Bu Raya. Saya mengirim pesan karena ini dokumennya baru siap sore tadi jam empat]

Nah loh, udah keluar dari siang. Ke mana sih Mas Mahesa ini? Telepon katanya sibuk sampai malam di kantor kok malah info dari sekretarisnya udah keluar dari siang.

[Kalau memang butuh cepat, kamu antar saja ke rumah. Nanti kalau Mad Mahesa pulang biar saya sampaikan]

Akhirnya aku putuskan saja mempersilahkan Vera untuk mengantar dokumen tersebut ke rumah. Ada beberapa pertanyaan juga yang ingin kuajukan terkait Mas Mahesa.

Sebagai seorang istri, aku harus waspada kan. Karena pelakor sekarang semakin di depan. Apalagi Mas Mahesa seorang CEO di perusahaan keluarga. Pria mapan dan tampan seperti suamiku itu, pasti banyak yang mengincar.

[Baik, Bu Raya. Saya segera meluncur dari kantor]

Setelah membaca pesan terakhir Vera, aku segera menyelesaikan makan malam. Anak-anak juga kuminta untuk cepat selesai agar mereka bisa langsung masuk kamar untuk belajar.

Vera tiba di rumah saat kami sudah selesai makan malam. Aku menemuinya di teras dan mempersilahkan sekretaris Mas Mahesa itu duduk untuk mengobrol sejenak. Tak lupa tersedia juga hidangan untuk sekedar Vera melepas dahaga dan lapar di perjalanan.

"Ini dokumen untuk meetingnya, Bu Raya." Vera dengan sopan memberikan berkas-berkas di tanganya.

"Oh iya, nanti saya sampaikan. Duduk dulu, Ver. Diminum itu teh dan cemilannya."

"Ma kasih banyak, Bu Raya. Jadi merepotkan saya."

"Oh enggak kok. Saya tahu kamu mungkin sudah capek pulang kerja."

Vera tersenyum segan padaku. Lalu segera meminum teh hangat di cangkirnya sampai setengah.

Istrimu Penghancur Rumah TanggakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang