Trilogy, Friend With Benefits | Sequel of Falling For My Healer | Generation 2 | Bisa di baca secara terpisah.
Tapi di rekomendasikan untuk membaca terlebih dulu 2 judul sebelumnya.
*****
Kaylee Emerald, hidupnya sangat sempurna. Ia terlahir dari ke...
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Dengan perasaan gusar, Alex setengah berlari. Matanya memendar meneliti ke setiap sudut seolah sedang mencari keberadaan seseorang. Bahkan teriakan Crisann pun ia abaikan ketika kedua matanya menangkap sesosok lelaki yang bersembunyi di balik pilar, terlihat terkejut dengan kekacauan ini.
Alex berlari menghampiri lelaki tersebut, mengabaikan seluruh tembakan yang bisa saja mengenai tubuhnya. Saat berhadapan dengan Vincent, Alex menarik kerah jaket kulit yang di kenakan oleh lelaki itu dengan penuh amarah, kedua tangan yang mencengkram kerah jaket itu, mendorong kuat hingga punggung Vincent menubruk pilar kokoh yang menjulang tinggi di belakangnya.
"Kau! Kau yang menyuruh mereka melakukan ini?!" teriak Alex marah.
Beberapa saat Vincent terdiam, membuat emosi Alex semakin memuncak dan berniat melayangkan tinjunya pada wajah Vincent. "Katakan!" desak Alex.
"A-aku--"
"Bajingan!" umpat Alex sembari melayangkan tinjunya pada wajah Vincent.
Bugh!
Vincent menahan rasa kebas dan perih yang memenuhi bagian sisi wajahnya, ia menghela napas kemudian menggeleng pelan. "Bukan, bukan aku yang melakukannya, sialan!"
"Lantas? Siapa yang merencanakan hal ini jika bukan kau?!" Alex kembali berteriak bahkan kedua tangannya mengguncang kerah jaket Vincent dengan kuat, membuat lelaki itu kesulitan bernapas.
"Lepaskan!" ucap Vincent, berusaha terlepas dari cekalan tangan Alex yang semakin kuat.
"Cepat katakan!" desak Alex lagi, sembari menatap wajah Vincent dengan tajam.
"Justru aku kemari ingin memberitahukan hal ini, tapi apa? Kaylee bahkan tidak ingin berbicara denganku."
"Berengsek!" Alex menyeret Vincent guna menghampiri Crisann dan juga Ben yang sedang menerima laporan dari salah satu pengawal. Namun, belum sampai di hadapan kedua pria paruh baya itu, sebuah peluru melesat menggores lengan kanannya.
Dor!
"Alex!" teriak Ben.
Darah segar mulai mengucur namun Alex tidak peduli, peluru itu hanya menggores kulitnya, ia tidak akan mati hanya karena itu walaupun ia merasakan sakit yang luar biasa dan pandangannya sedikit mengabur karena tidak sedikit darah yang keluar membasahi lengan pakaiannya.
Ben menatap Vincent yang berada di samping Alex dengan tajam, kemudian menyuruh dua pengawal untuk meringkus Vincent.
