'Untuk saat ini mereka aman, tapi tidak tahu nanti'

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

'Untuk saat ini mereka aman, tapi tidak tahu nanti'

'Datang ke jl. B ujung, disana ada gedung terbengkalai. Temui saya di lantai 4 pukul 00.00 Wib'

'JANGAN COBA-COBA MENGAJAK ORANG LAIN ATAUPUN MELAPOR PADA POLISI, JIKA HAL ITU TERJADI MAKA MEREKA BERDUA AKAN MATI'

"Pih" aku dan papi Pucho syok melihatnya.

"Siapa orang ini? Lancang sekali berani mengusik kami" geram ku tentu saja dalam hati, tak ingin kak Chika takut jika melihatku marah

"Bagaimana nih sayang? Papi?" Tanya kak Chika panik

"Biar aku aja sayang" aku mengajukan diri untuk pergi kesana sendiri namun dengan cepat kak Chika menggelengkan kepalanya

"Enggak, aku takut ancaman dia beneran, biar aku aja sesuai dengan keinginan dia"

"Tapi Chika itu terlalu berbahaya nak, kalau begitu biar papi saja bagaimanam" papi Pucho ikut menawarkan dirinya

"Hmm...yasudah pih biarkan tetap kak Chika yang kesana, papi tenang saja Zee akan kerahkan orang-orang Zee untuk jaga kak Chika, dan Zee juga disana kok pih, Zee gak akan biarin orang itu sentuh kak Chika walau seujung rambut pun" aku berusaha meyakinkan papi Pucho dan syukurnya keyakinanku terlihat sehingga papi Pucho pun mengangguk

"Oke! Tapi papi juga akan ikut"

"Ah sudahlah, biarkan saja papi Pucho ikut. Melarangnya pun akan percuma" keluhku dalam hati

Dengan segera aku menghubungi orang-orang ku
"eh sebenarnya orang-orangnya papa sih, tapi kata papa mereka juga akan menuruti perintahku jadi ya sudah. Bukankah milik orang tua adalah mutlak milik anak juga hehe"

Skip

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.45 WIB. Kami akhirnya bergegas menuju lokasi yang tentu saja kami yakini sebagai lokasi penyekapan Indira dan mami Aya.

23.49 WIB, kami tiba di lokasi.

"Gelap banget" keluh kak Chika sembari memperhatikan sekeliling.

"Kamu berani sayang?" Tanyaku dengan khawatir

"Berani demi mami dan Indira sayang, huft...aku keluar ya" belum juga kak Chika membuka pintu mobil aku langsung menahannya.

"Aku yang gak berani kalau kamu pergi sendiri sayang, aku takut terjadi sesuatu sama kamu" ujarku

"Sayang jangan gini, mereka butuh aku secepatnya, janji sama aku kalau kamu akan selalu jadi hero buat aku. Jangan telat kalau aku butuh pertolongan ya...cup" kak Chika mengecup bibirku sekilas dan ku balas dengan anggukan serta senyuman.

Hingga pada akhirnya ia benar-benar turun dan mulai melangkah maju meninggalkan posisi mobilku yang memang ku parkirkan agak jauh dari gedung tua itu.

Melihat punggung itu menjauh, aku pun mulai bergerak. Aku langsung menuju ke sebuah mini bus yang sangat ia kenal, tentu saja itu adalah mini bus anak buahnya.

"Sini pih masuk" ajak ku pada papi Pucho yang mengikutiku begitu aku turun dari mobil.

"Bagaimana?" Tanyaku pada mereka yang masih memantau keadaan disana.

"Sejauh ini masih terkendali tuan, kami juga sudah menyusup sesuai dengan arahan anda tadi, jadi setiap lantainya ada orang kita" jawab orang itu, yang tentu ku ketahui bahwa dia adalah ketua tim ini.

"Bagus, terus pantau pergerakan mereka. Jangan sampai calon istri, anak dan calon mertua saya kenapa-napa" ucapku tegas, dengan raut wajah serius aku ikut memperhatikan layar monitor.

Mereka ini sudah menerbangkan beberapa Drone yang tentunya dari jarak yang aman. Drone ini juga adalah drone khusus yang di buat oleh salah satu orang papa, drone tanpa terdengar suara, dan bentuknya yang kecil sangat pas digunakan untuk misi pengintaian.

"Tuan, nona Chika sudah berada di lantai 4" kata orang itu kembali

"Suruh mereka siaga"

"Siap tuan"

"Chika, kamu pasti bisa nak" gumam papi Pucho pelan

1 jam berlalu, aku dan papi Pucho yang berada di dalam minibus ini tentu saja dapat mendengar semua percakapan pria yang sudah menculik mami Aya dan Indira, dan lebih mengejutkannya lagi alasan di balik penculikan ini sangat menjijikan.

"Tuan, kami berhasil membawa nyonya Aya dan nona kecil menjauh tanpa mereka sadari tuan" lapor orang tersebut

"Hmm, aku akan kesana" ucapku dengan mantap

Sebelum benar-benar meninggalkan minibus ini, terlebih dahulu aku memberikan kode untuk orang itu mengajak papi Pucho menemui mami Aya dan Indira.

Lalu barulah aku melangkah ke gedung untuk menjemput kak Chika dan tentu saja tujuan lainnya untuk menghabisi pria yang sudah berani menculik anak dan ibu dari calon istrinya itu. Di tambah lagi apa itu tadi? tangannya berani sekali merangkul kak Chika, rasanya tak sabar lagi aku ingin mematahkan tangannya itu.

Dengan langkah lebar ku percepat langkahku agar segera tiba di lantai 4, dimana kak Chika juga masih berada disana.

Wusshh....tak...

Bugh....

Dengan sedikit melayang lalu ku arahkan kakiku tepat mengenai leher pria itu. Seketika ia ambruk dan meringkuk kesakitan. Namun tak lama dia berusaha untuk bangkit, dengan sorot mata yang penuh kebencian ia layangkan untukku.

"Cih, lo fikir gue akan takut dengan tatapan sialan lo itu? Tidak akan, sini bangun lo" ku tarik kera bajunya dan lagi aku ingin menonjok mukanya yang tak seberapa itu.

"Zee" suara lembut itu nyatanya masuk dengan lembut ke gendang telingaku.

SISI LAIN YESSICA (END)Where stories live. Discover now