PutCin

35 18 14
                                    

DUH, UDAH BERAPA TAHUN, YA INI HUH. 2024 AKU MEMUTUSKAN KEMBALI MELANJUTKAN CERITA INI🌻

VOTE DAN KOMEN YA TEMAN-TEMAN SEMOGAAA SUKA 🙏❤

Happy Reading

Angin memainkan rambutku ke sana ke mari menggelitik setiap raut wajahku yang cemberut agar terlihat cantik. Sudah tiga hari ini aku tidak membalas pesannya bahkan aku menghindar dari Yusuf.

Entahlah, mungkin aku seperti kekanak-kanakan selalu ngambek, marah dan cemburuan. Aku jadi teringat saat awal-awal kita pacaran.
Pernah satu waktu aku cemburu berat pada seorang wanita yang sangat dekat dengannya. Saat itu aku melihat seorang wanita dan pria yang berstatus pacarku itu sedang tertawa bahagia saat Yusuf menyuapi wanita itu ice cream. Jelas, aku langsung menghampri mereka dan Yusuf terlihat kaget dengan kedatanganku. Sebelum Yusuf berkata-kata aku langsung menumpahkan ice cream itu pada wanita yang malah tersenyum menyambut kedatanganku.
"Apa yang kamu lakukan, dia adikku," ucap Yusuf sambil berdiri. Deg!
"Eh, maaf aku enggak tahu kalau ka—," belum selesai aku berbicara Yusuf menarikku ke tempat yang jauh dari meja itu.

"Kamu enggak bisa apa tanya baik-baik, jangan langsung mikir yang enggak-enggak! Kamu tau kan aku cinta sama kamu, mana mungkin aku berbuat yang akan ngerugiin aku, aku enggak mau kehilangan kamu," tutur Yusuf menjelaskan padaku.
Saat itu juga untuk pertama kalinya kami putus, dia yang mutusin.

Aku senyum-senyum mengingat  kejadian itu dan akhirnya kami balikan, sekarang? Kami putus lagi.
Dan aku yang mutusin. Haha!

Dia sudah tidak mengirim aku pesan lagi, apa segitu saja sudah menyerah? Sedang aku saja spam chat ke dia dua ratus pesan. Huh apa-apaan.
Sosoknya bahakan sudah tidak kutemui di tempat-tempat senja yang biasa kita kunjungi.

Aku membuka diary dan menuliskan semuanya tentang kejadian beberapa hari lalu. Yah, terkadang penyesalan akan hadir saat orang yang begitu kamu cinta sudah tidak ada.

Aku menutup buku diaryku. Tiba-tiba suara khas yang cempreng itu mengagetkan lamunku. "Teh, ayo kita makan duluuu," teriak Dinah.
"Iya nanti teteh nyusul, duluan saja sana," ucapku padanya. Adikku langsung pergi begitu saja.

"Put, mamah perhatiin tumben sih kamu diem terus dari tadi, biasanya paling heboh, biasanya juga suka ledekin si bungsu dulu kalau mau makan, ada apa coba cerita nanti, ya?" Tanya mamah padaku.

"Kak Putri lagi putcin Mah," sahut April. Adikku yang bungsu memang suka begitu, suka jadi orang yang sotoy dan menyebalkan. Aku memutarke dua bola mataku ke atas hingga ke bawah. Ngomong-ngomong putcin adalah putus cinta, dia sering banget bilang gitu seolah dia mengerti apa yang dirasakan kakaknya.

"Ih serem, judes banget. Matanya sampe muter 180° gitu, timpal Dinah. Aku memilih untuk melemparkan senyuman saja pada semuanya, entah mengapa aku tidak seperti biasanya.
Baiklah aku akan diam hari ini, jika moodku sudah membaik  aku tidak akan membiarkan adik-adikku mengataiku, akan kucubit meraka. Eh, aku bukan kaka yang kejam, kan? Sebenarnya ... tidak.

Pandanganku beralih ke arah mamah.
"Mah, bapak mau disuapin lagi dong," ucap bapak yang begitu manja.
"Eh, bukannya bapak tadi udah makan," sanggah mamah.
"Ayolah mah, silahkan pilih mau bapak makan atau mau kasih makan bapak," goda bapak.

Entahlah, mama memilih untuk menyuapi bapak kembali. Menggemaskan sekali mereka, kedua adikku tidak suka bapak lebay, namun aku selalu suka melihan keharmonisan bapak dan mamah. Bapakku ternyata sebucin itu sama mamah.

Hari ini moodku sedikit membaik kerena melihat kemesraan mamah sama bapak, aku memilih untuk bergegas membawa piring kotor dan lanjut mencucinya huh, adik-adikku selalu saja malas untuk mencuci piring yang telah mereka pakai.

Sedang mencuci saja kepikiran sama Yusuf.  Sebenarnya aku ingin sekali menyuruh mamah untuk telphone Yusuf, bilang kalau aku kangen soalnya kalau aku lagi ngambek, mamah selalu menjadi perantaraku sama Yusuf.

Tetapi saat ini aku kan bukan siapa-siapa Yusuf lagi sekarang. Selepas selesai mencuci piring aku bergegas ke kamar hendak membaca buku. Aku memilih-milih buku baru yang belum sempat kubaca. Akhirnya ada satu buku yang aku pilih.

Tidak lama, handphoneku berdering ....
Aku langsung meliriknya dan ternyata

Gagal jadi calon imam, call...

Ada Kamu pada Senja ItuWhere stories live. Discover now