ELLA

44 5 1
                                    

"Program bayi tabung keduaku gagal." Maura bercerita kepada Ella saat mereka bertemu di food truck yang baru dibuka sahabatnya itu.

Dimeja tersaji chicken over rice—nasi goreng yang diberi taburan daging ayam potong dadu—dan segelas cola. Makanan dan minuman itu baru habis separuh. Mood Maura sepertinya tidak begitu baik.

"Dari hasil pemeriksaan, rahimku tipis, jadi tidak memungkinkan penempelan embrio. Kemungkinan hamil sangatlah kecil, hanya 5%." Maura melanjutkan ceritanya.

"Kemungkinan kecil bukan berarti mustahil, kan?" ujar Ella.

"5%, Ella. Apa yang kau harapkan dari prosentase sekecil itu?" Maura menatap sahabatnya dengan pandangan merana. "Al malah menyarankan kami mengadopsi anak. Tapi aku tidak mau. Aku ingin seorang anak kandung. Anak yang berasal dari sperma Al dan sel telurku. Bukan anak orang lain."

Ella mengusap punggung tangan Maura. Dia tidak tahu harus menanggapi bagaimana. "Aku yakin, seorang Maura Nurudia tidak akan mudah menyerah." Hanya itu yang bisa dikatakannya.

Maura menggenggam tangan Ella. Erat. "Belum lagi, aku capek menghadapi mamanya Al. Aku tidak pernah berani ikut Al pulang ke Jakarta."

"Jangan pikirkan mamanya Al, Mau." Ella menanggapi. "Ini hidupmu dan Al. Kalian yang memutuskan mau bahagia atau tidak, bukan mamanya."

Maura hanya menunduk. Dia membawa tangan Ella ke pipinya dan ditempelkannya di sana.

***

Almost is Never Enough (SEGERA TERBIT)Onde histórias criam vida. Descubra agora