Climax

18 8 0
                                    


Di kamar yang sunyi, Lee Minhyuk duduk sendirian di tepi tempat tidurnya yang tak berantakan. Wajahnya mencerminkan kekosongan yang dalam, mata yang dulu bersinar kini kehilangan cahayanya. Melody, kekasihnya, berdiri di depannya, wajahnya dipenuhi dengan kekhawatiran yang tak tersembunyi.

"Minhyuk, apa yang terjadi padamu?" tanya Melody dengan nada khawatir, mencoba menjangkau hati Minhyuk yang jauh.

Minhyuk menatap Melody dengan mata kosong, lirikan yang dulu penuh dengan cinta kini terasa dingin. "Aku... Aku tidak tahu, Melody. Aku merasa hampa. Tidak ada yang membuatku bahagia lagi."

Melody merasa hatinya berdegup kencang mendengar kata-kata Minhyuk. "Tapi... apa yang bisa kulakukan untuk membantumu, Minhyuk? Aku ada di sini untukmu, selalu."

Minhyuk menggeleng pelan, tangannya gemetar saat ia mencoba merangkul Melody. "Tidak, Melody. Kamu sudah melakukan segalanya. Tapi aku... aku merasa terjebak. Kita... kita terlalu lama bersama."

Melody terdiam, mencerna kata-kata Minhyuk dengan hati yang hancur. "Apa... apa maksudmu, Minhyuk?"

Minhyuk menarik nafas dalam-dalam, merasa kesedihan yang mendalam merayapi hatinya. "Aku sudah bosan, Melody. Bosan dengan segalanya. Kita terlalu nyaman, terlalu akrab. Tapi... tapi aku tidak merasa apa-apa lagi."

Melody menangis, air mata mengalir tanpa henti. "Tidak, Minhyuk. Tolong, jangan katakan itu. Kita bisa melewati ini bersama-sama, kan? Aku mencintaimu, sungguh-sungguh."

Minhyuk menggeleng perlahan, tak mampu bertemu pandang dengan Melody. "Maafkan aku, Melody. Aku... aku sudah kehilangan perasaanku padamu."

Dalam keheningan yang menyayat hati, Melody merasa dunianya runtuh di hadapannya. Cinta yang selama ini ia bangun bersama Minhyuk runtuh seperti kastil pasir di tepi pantai.

Dengan gemetar, Melody mencoba menahan tangisnya. "Baiklah, Minhyuk. Jika itu keinginanmu, aku akan pergi. Aku hanya ingin kamu bahagia, meski itu tidak lagi bersamaku."

Minhyuk menundukkan kepala, tak sanggup menatap wajah Melody yang kini penuh dengan kesedihan. "Aku... aku juga ingin kamu bahagia, Melody. Maafkan aku, aku tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu."

Dalam keheningan yang menyakitkan, Melody meninggalkan kamar Minhyuk dengan langkah yang terhenti-henti. Hatinya hancur berkeping-keping, tak mampu mengerti mengapa cinta yang mereka bangun bersama harus berakhir begitu tragis.

Sementara itu, Minhyuk duduk sendirian di dalam kegelapan, merasa kesepian yang tak terlukiskan. Hatinya terasa kosong, kehilangan sebuah cinta yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama bertahun-tahun.

Mereka berdua, terpisah oleh kehampaan dan kesedihan, meratap atas akhir tragis dari kisah cinta yang mereka bagi bersama. Dalam keheningan yang menyiksa, mereka membiarkan cinta mereka yang dulu begitu bercahaya meredup dalam kegelapan yang tak berujung.

Beberapa bulan berlalu sejak kepergian Melody dari kehidupan Minhyuk. Namun, kesedihan dan kekosongan di hatinya hanya semakin dalam.

Setiap malam, Minhyuk terbaring sendirian di tempat tidurnya, membiarkan ingatan akan Melody menghantui pikirannya. Dia merindukan senyuman hangatnya, canda tawanya, dan cinta yang mereka bagikan bersama.

Namun, kini semua itu hanya tinggal kenangan yang menyakitkan. Minhyuk merasa seperti dia terjebak dalam labirin kehampaan, tanpa arah dan tanpa tujuan. Dia mencoba melupakan Melody, tetapi bayangan akan wajahnya terus menghantuinya, mengingatkannya pada kerinduan yang tak terobati.

Dalam keheningan yang menyiksa, Minhyuk merasa dirinya semakin terisolasi. Dia mencoba mencari penghiburan dalam pekerjaannya, tetapi bahkan musik yang dulu menjadi penawar hatinya kini tak lagi mampu menghiburnya.

Setiap hari terasa seperti kutukan bagi Minhyuk. Waktu berlalu begitu lambat, seperti siksaan yang tak berujung. Dia merenungkan keputusannya untuk melepaskan Melody, dan sekarang dia merasa seperti dia telah kehilangan segalanya.

Tapi bahkan di tengah kehampaan yang mendalam, Minhyuk tak pernah bisa melupakan Melody sepenuhnya. Setiap kali dia menutup mata, bayangan akan wajahnya muncul, memenuhi pikirannya dengan kerinduan dan penyesalan.

Dia berharap ada cara untuk mengubah segalanya, untuk mengembalikan waktu dan membuat segalanya menjadi seperti dulu lagi. Namun, dia tahu bahwa itu hanya khayalan belaka.

Hari demi hari, Minhyuk semakin tenggelam dalam depresi yang gelap. Dia merasa seperti dia tak punya lagi alasan untuk hidup, karena cinta yang dulu memberinya arti telah pergi bersama Melody.

Dan akhirnya, Minhyuk menghadapi kenyataan yang pahit: bahwa dia akan terus meratap atas kehilangan cinta sejatinya sampai akhir hayatnya. Kehampaan yang menyelimuti hatinya tak akan pernah hilang, dan dia akan terus terjebak dalam ingatan akan Melody yang telah pergi dari kehidupannya untuk selamanya.

Setiap hari, Minhyuk terus meratap dalam kehampaan yang tak tertahankan. Dia merasa seperti hidupnya telah kehilangan segala arti, dan setiap detik yang berlalu hanya menambah derita yang membebani jiwanya.

Dia mencoba mengisi kekosongan dalam hatinya dengan hal-hal lain, tetapi tidak ada yang mampu menggantikan kehangatan cinta Melody. Bahkan ketika dia mencoba mencari penghiburan dalam musik, lagu-lagu yang dulu mengalir begitu lancar dari jiwanya kini terasa hampa dan tidak bermakna.

Dalam keheningan yang menyiksa, Minhyuk terus berjuang melawan gelombang kesedihan yang menghantamnya. Setiap kali dia memejamkan mata, bayangan Melody selalu muncul di benaknya, mengingatkannya pada cinta yang telah hilang.

Tetapi, meskipun dia tahu bahwa dia harus melanjutkan hidupnya, dia merasa seperti tidak ada lagi alasan untuk melakukannya. Kehilangan Melody telah meninggalkan luka yang begitu dalam dalam hatinya, dan dia tidak yakin apakah dia akan pernah sembuh.

Setiap hari, Minhyuk berusaha menjalani hidupnya dengan cara yang dia bisa, tetapi bayangan Melody selalu mengikuti langkahnya. Dia merindukan kehangatan sentuhan dan suara Melody yang menghiburnya, tetapi sekarang dia harus terbiasa dengan kehampaan yang menyelimuti setiap sudut hidupnya.

Hingga suatu malam yang gelap dan dingin, ketika Minhyuk duduk sendirian di tepi jendela kamarnya, dia merasa seperti tidak ada lagi harapan bagi masa depannya. Hatinya terasa kosong dan penuh dengan penyesalan yang tak terucapkan.

Dengan gemetar, Minhyuk menggenggam secarik kertas di tangannya, surat terakhir yang dia tulis untuk Melody sebelum dia pergi. Dia membacanya sekali lagi, merasakan air mata mengalir di pipinya saat dia memahami betapa dalamnya rasa sakit yang dia rasakan.

Tanpa ragu lagi, Minhyuk mengambil keputusan yang terakhir dalam hidupnya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa lagi hidup tanpa Melody, bahwa kehidupannya tidak akan pernah sama tanpanya.

Dengan langkah pasti, Minhyuk menulis kata terakhirnya di kertas itu, menyatakan cintanya yang tak berujung untuk Melody, dan kemudian dengan hati yang berat, dia mengambil pisau dapur yang tajam di dapur.

Dan di tengah kegelapan malam yang menyelimuti rumahnya, Minhyuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis dan menyedihkan, mengambil keputusan terakhirnya untuk bersama Melody di alam yang lain, di mana cinta mereka tidak akan pernah terpisahkan lagi.

BTOB - One Shoot Series BEAUTIFUL PAINWhere stories live. Discover now