01. Sweet Nothing

13 3 0
                                    

"All that you ever wanted from me was sweet nothing."

✦ ✦ ✦

Warna oranye mulai menggeser keberadaan warna biru dilangit, keberadaan sang bintang mulai pudar tertelan dalamnya lautan.

Suara tawa para siswa mulai bergemuruh didalam ruangan kelas, ditambah suara mereka yang sedang memasukan barang-barangnya kedalam tas, ada yang menggunakannya dengan manual, ada pula yang menggunakan sihir.

Gerumuruh suara itu mulai memudar ketika pada siswa satu persatu keluar dari kelas.

Sedangkan, aku?

Aku baru berdiri dari kursi setelah kelas mulai sepi, bukannya merapihkan barang-barangmu namun aku malah sibuk mencari sapu dipojok kelas.

Aku menghela nafas, teman-temanku yang memiliki hari piket yang sama denganmu tidak masuk dengan serentak.

Tentu saja ini direncanakan, mana mau mereka meluangkan waktu mereka untuk membersihkan kelas saat sepulang sekolah bukan?

Bahkan Grim tidak datang ke sekolah karena sakit perut pagi ini.

Padahal aku sudah menasihatinya setiap hari bahwa memakan sampah didepan rumah itu tidak baik.

Dasar pemakan segala.

Mau tidak mau aku harus datang kesekolah. Untuk menutupi absenku dan Grim hari ini.

Ruang kelas yang sepi membuatku jenuh, dan menyapu diruangan kelas yang bisa dibilang besar ini membuat tanganku memerah karena terlalu lama menyapu.

Helaan napas lagi-lagi ku hembuskan. Aku kelelahan.

Bukan hanya karena menyapu kelas sendirian namun juga karena berada didunia asing ini.

Sudah hampir tiga bulan aku didunia asing ini. Tidak ada tujuan, semuanya terasa aneh, aku merindukan keluarga dan teman-temanmu.

Walau tentu saja aku tetap mendapat teman disini, namun rasanya aku tetap tahu bahwa ini bukan tempatmu. Ini bukan duniaku.

Harusnya bukan ini yang aku lakukan sekarang. Seharusnya aku sekarang belajar dengan giat disekolah untuk membanggakan kedua orang tuaku dan menikmati masa mudaku sebelum kuliah.

Dan setelah pulang sekolah aku mempunyai rumah hangat yang menyambut. Bukannya asrama yang sewaktu-waktu bisa rubuh kapan saja.

Namun disini? Belajar saja aku malas. Masa depanku benar-benar abu-abu disini, tidak ada tujuannya.

Entah kedepannya aku bisa keluar dari dunia ini atau malah terperangkap selamanya.

"Kenapa murung begitu, prefect?"

Mataku membulat mendengar sapaan itu. Tidak ada siapapun dikelas ini selain aku dan... Portrait di dinding.

Aku lupa mereka bisa berbicara.

"Ah, tidak apa-apa! Aku hanya... Memikirkan sesuatu. Akan ku selesaikan piketnya dengan cepat."

"Kau tahu. Apapun yang kau pikirkan sepertinya berat. Walau aku hanyalah sebuah potrait di dinding namun aku bisa mengerti sedikit perasaan para siswa dengan hanya mengamati."

"Mungkin sekarang adalah masa-masa beratmu namun percayalah, selalu akan ada rumah hangat yang menyambutmu."

Aku terkekeh miris, pikiranmu sudah begitu pesimis. Tidak akan ada rumah hangat yang menyambutku disini.

Ini bahkan bukan duniaku.

Aku hanya mengangguk paham dengan perkataan pria dipotrait itu, padahal aku sangat meremehkan perkataannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang