Hanya sebatas ilusi..?

Start from the beginning
                                    

Renjun mengangguk. Ia mulai menunduk. Menatap netra sang raja lalu mengusap air mata yang berada dipipi Donghyuck.

"Baiklah.. Apakah sekarang aku boleh mendengarkan sebuah kejujuran dari raja ini, hm?"

"Kejujuran apa..?"

"Siapa yang tiada sayang?"

"Katakan dengan jujur. Jangan menutupinya."

Donghyuck lagi dan lagi membisu. Ia bangkit dari pangkuan Renjun lalu duduk dihadapannya. Berjaga-jaga apabila Renjun terjatuh pingsan.

"Renjun-ssi.. Sulit untuk aku jelaskan namun, semua ini memang tidak diberitahukan oleh ayahmu.. Ayahmu yang memintaku menutup mulut.. Yang pergi adalah sosok seorang permaisuri.. Permaisuri kesayangan raja Ten dan kesayangan rakyat dinegerimu.."

"Hyuck...?"

Sungguh! Hati Renjun berkecamuk antara tidak percaya namun, air matanya yang berbicara.

"Ibundamu, Renjun... Ia tiada terbunuh malam itu.."

******

Suasana hening menyelimuti ruangan itu. Renjun belum juga membuka netra indahnya sudah hampir berjam-jam lamanya.

Setelah mendengar ucapan Donghyuck, Renjun langsung pingsan. Sampai saat itu belum juga kunjung sadar. Keberadaan jiwanya entah berantah.

Tak lama setelahnya, Donghyuck harus menerima tamu yang datang ke istana namun, tanpa permaisurinya.

Entah apa yang akan terjadi apabila memang Donghyuck harus menerima pernyataan perang lagi dan lagi. Namun, kali ini perang yang akan Donghyuck jalani akan lama. Karena bukan dengan bangsa manusia melainkan, ia akan pertempur dengan para siluman.

Suara gemerincing perhiasan dengan tiba-tiba terdengar dari arah ruangan kosong dimana ia tau, itu adalah suara perhiasan Renjun namun, bagaimana bisa? Renjun belum juga sadar? Atau memang ini hanyalah ilusi dari permainan para siluman?

"Renjun-ssi?"

Tak ada jawaban sama sekali.

"Sayang?"

Masih tak ada jawaban. Kondisi istana itu menjadi gelap. Lampu-lampu mati dengan sendirinya. Sialnya, Donghyuck takut kegelapan.

"Jeno, kau disana?"

"Giselle?"

"Siapapun, keluarlah sialan!" umpat Donghyuck dengan mulai berjalan dan membuka kamar tersebut.

Jrash....

Hujan. Hujan deras tiba-tiba mengguyur dan Donghyuck tak bisa melihat dengan jelas apapun yang berada dihadapannya.

"Renjun, ini tidak lucu sayang.."

Tak ada jawaban hingga tiba-tiba pintu itu terbuka dan semua kelelawar terbang menuju ke arah Donghyuck.

Jelas! Donghyuck teriak dan berlari namun, disela-sela kericuhan semua kelelawar itu, perlahan Donghyuck membuka matanya dan ia menatap sekeliling.

Ada Ten, Renjun, Jaehyun, Johnny, Giselle, Karina, Jeno dan juga Na Jaemin tengah berdiri melingkari ranjangnya.

"HYUCK, AKHIRNYA KAU SADAR!" seru Renjun membuat Donghyuck binggung.

Apakah yang Donghyuck alami hanya sebuah mimpi..?

Mimpi.. Sepanjang itu, berapa lama ia tidur...?

"Renjun, ada apa?"

"Ada apa? Justru seharusnya aku yang bertanya vampire nakal!" ketus Renjun membuat Donghyuck binggung! Sebenarnya ada apa ini?!

Tak lama setelah Jaehyun dan yang lain keluar, Renjun mulai duduk disamping Donghyuck. Membuka veil yang menutupi parasnya lalu menatap mata Donghyuck lekat.

"Katakan, dimana yang terluka, Hyuck.. Katakan. Dimana yang terluka?"

"Aku masih binggung! Ada apa ini?"

"Kau tidak ingat apapun, Hyuck..? Kau juga tidak ingat bahwa kau memakan tanaman beracun yang diberikan oleh pelayan gadungan yang menyamar..?"

"Aku tidak ingat! Aku hanya ingat bahwa ibundamu tiada karena terbunuh, lalu aku terjun ke dalam masalalu kelam dan aku melihat semuanya! Aku melihat semuanya, Renjun..."

Renjun bergeming. Ia tak mengatakan apapun. Karena memang. Masih dalam suasana berduka dan Donghyuck sudah tertidur selama 10 hari lamanya. 

"Hyuck.. Aku tau tidak mudah mengemban semua misi seorang diri namun, tidak mudah juga menahan diriku untuk menutup nan mematikan semua aktivitas selama kau tertidur 10 hari.. Tolong, jangan lengah lagi.."

Hening. Lagi dan lagi Donghyuck menatap sekeliling dengan netra yang sayup.

Dengan kepala yang pusing bukan kepalang. Dengan kondisi tubuhnya yang terasa lemah dan kepala yang masih berputar.

"Hei, jangan menangis. Aku masih hidup, untuk apa kau menangis?"

"Bodoh! Andaikan saja aku tidak pergi ke gunung, kau sudah mati, Hyuck! Bagaimana aku tidak menangis?! Sedangkan diluar sana semua memerlukanmu.. Dan aku juga membutuhkanmu," lirih Renjun dengan menyeka air matanya kasar.

Baiklah. Donghyuck kini mengerti situasi yang terjadi. Semua yang ia lihat hanyalah permainan ilusi dan mimpi dari efek ramuan yang Renjun berikan sebagai penawar.

"Kau memakan kecubung.. Apakah itu juga mimpiku?"

"Jangan ingatkan aku dengan kelakuan bodohku hanya karena 3 kecubung itu. Aku malu.."

Sudah. Sekarang semua jelas. Bahwa Donghyuck tertidur selama 10 hari itu karena racun tanaman yang dicampurkan ke dalam minuman. Sekarang semua sudah jelas.

"Hyuck.. Pulihkan kekuatanmu."

"Tidak perlu karena aku membutuhkanmu."

Hening. Keadaan berbalik saat ini. Kedua netra itu bertemu. Suara berat Donghyuck membuat Renjun pusing bukan kepalang.

"INGAT, KEPALAMU MASIH PUSING! HYUCK, LEPASKAN AKU! HEYY, HYUCK.. AYAH MEMANGGILKU! IYA, AKU HARUS KELUAR SEKARANG─"

"Tidak. Kepalaku sudah tidak pusing sayang, hm? Untuk apa aku melepaskanmu? Ayah juga sudah pergi. Dia tidak akan memanggilmu."

"Giselle mencariku!" seru Renjun membuat Donghyuck terkekeh.

"Kau mengatakan kekuatanku harus pulih, bukan? Jadi pulihkan kekuatanku, patuhlah sampai esok hari, Renjun-ssi."

To be continue🕊️

Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now