Kilas balik ; Aku kotor, ayah.

Start from the beginning
                                    

"Renjun-ssi..."

Bruk!

"AMPUNI AKU! AKU MOHON, AMPUNI AKU! AKU TIDAK MENGGODA MEREKA, AKU TIDAK PERGI DARI KAMAR, AKU TIDAK TAU, BU... AMPUNI AKU! AKU.. AKU.. AKU TIDAK TAU, AMPUNI AKU.. AMPUNI JALANG DIHADAPANMU INI, BU.. AMPUNI AKU!" mohon Renjun dengan bersimpuh membuat Yangyang semakin terisak. Bagaimana bisa anak tak bersalah itu harus menerima perlakuan seperti ini?

Anak bungsu yang tak pernah ditatap oleh ibundanya sendiri.

Anak bungsu yang tak pernah dilirik atas pencapaian apapun yang ia raih.

Anak bungsu yang sudah terluka sedari terlahir ke dunia.

Anak yang tak pernah diperhatikan, dibungkam, tak pernah dibebaskan dari istana karena takut akan mencelakai manusia.

Anak yang ada namun, tak pernah dianggap ada.

"Renjun-ssi... Aku yang meminta maaf atas perlakuan mereka kepadamu.. Maafkan aku karena mereka lancang menyentuhmu, putraku.."

******

Setelah beberapa lama, Yangyang membawa Renjun ke dalam kamar. Menggendong tubuh mungil Renjun yang tertidur dipangkuannya sedari tadi.

"Ten, Renjun tertidur. Tolong buka kamarnya," pinta Yangyang diangguki oleh Ten.

Tubuh Renjun dibaringkan dan diselimuti. Hiasan rambut yang berada dikepalanya itu dilepas nan membiarkan malaikat kecil itu beristirahat.

"Winwin, apakah kau setakut itu untuk menyentuhnya?"

"Bukan takut, Yangyang.. Aku tidak sanggup dengan dinginnya. Dengan kekuatannya, semua itu bertolak belakang denganku."

"Aku ingin memeluknya namun, rasanya setiap kali aku memeluknya.. Aku tertusuk pedang dari belakang. Aku tidak ingin mati terlebih dulu, Yangyang."

Plak!

Yangyang menampar Winwin begitu saja. Entahlah apa yang akan dikatakan namun, ia sudah terlampau emosi.

"Tekadmu kurang teguh. Dan mati? Apakah kau pikir kau akan mati ditangan anakmu sendiri?! Bodoh!" maki Yangyang dengan mengusap wajahnya frustasi.

Winwin membisu. Ia tak mengucapkan sepatah katapun lalu pergi begitu saja.

"Yangyang, apa yang kamu maksudkan..?"

"Jangan meninggalkan Renjun sendirian."

Lagi dan lagi Winwin binggung dengan apa yang terjadi saat ini. Apa yang akan ia lakukan? Tidak ada yang tau.

Duka. Luka. Semua rasa berkecamuk menjadi satu sehingga hujan deras yang berbicara. Meluahkan semua luka, duka nan kesedihan kedua insan.

Donghyuck yang kehilangan mamanya.

Renjun yang kehilangan seluruh masa kecil, nan kesuciannya.

Dendam. Hanya ada dendam tersembunyi didalam lubuk hati kedua insan itu. Dendam kesumat yang entah kapan akan terlampiaskan.

Donghyuck mengenakan baju hitam. Seluruh istana berduka atas kematian Lee Taeyong.

"Donghyuck.."

"Tutup mulutmu, ayah."

"Kakak.."

"Pergi ke kamarmu, Giselle."

Tak ada yang berani menyentuh Donghyuck yang seperti kesetanan itu. Tak ada! Jangankan Jaehyun, gurunya sendiri saja tidak bisa mengatasi Donghyuck yang mengamuk seperti itu.

Usai peristiwa itu, Donghyuck memutuskan untuk berkelana. Mencari apa yang telah hilang setelah penobatannya menjadi raja dan setelah pernikahannya Johnny dengan Jaehyun.

Sedangkan Giselle, dia seperti lelaki. Ya. Menjadi seorang dominant yang keras. Sama seperti Donghyuck kerasnya. Ia lebih menyukai memakai celana dibandingkan dengan dress putri yang sudah disiapkan. Dia lebih memilih bermain pedang dibandingkan bersekolah nan mempelajari bagaimana tata cara menjadi seorang putri.

Donghyuck dan Giselle jarang menyapa. Tak pernah bertatap muka dan tak pernah juga saling menukar cerita.

Ditengah perjalanan, Donghyuck melihat Renjun yang tengah mengejar kupu-kupu. Dia terpana. Ia menghentikan perjalanannya dan mendekati Renjun yang duduk dengan anggun disebuah taman bunga.

Donghyuck memperkenalkan dirinya lalu, Renjun juga memperkenalkan dirinya. Saat keduanya berjabat tangan, seperti ada serangan listrik yang menyerang.

"Aw!" pekik Renjun membuat Donghyuck mencoba menenangkan Renjun.

"Sttt... Tenanglah. Dimana istanamu?"

"Bukan itu.. Kenapa kamu seperti yang hadir didalam mimpiku..?"

"Mimpimu? Maaf, sebelumnya.. Dimana istanamu?"

"Disana. Aku anak dari raja Ten dan ratu Winwin.."

Sungguh! Tatapan Renjun seperti sihir.

"Kak Donghyuck.. Matamu indah," puji Renjun membuat Donghyuck menyeringai tipis.

Donghyuck mulai mendekati Renjun lalu meraih jari jemari yang mungil itu. "Kau menyukai mata saya, hm?" tanya Donghyuck diangguki oleh Renjun.

"Renjun-ssi, menikahlah denganku."

Jangan tanya apa yang dipikirkan oleh Renjun. Jelas! Orang gila mana yang ingin menikah hanya karena bertemu satu hari?! Tidak mungkin!

"Menikah...?"

"Mau?"

"Renjun-ssi, kau ingat dengan daun semanggi yang aku letakkan dikepalamu? Kau masih memakai hiasan rambut itu, ya.."

Renjun sekilas menatap kembali wajah Donghyuck. Memperhatikan lengan Donghyuck yang terdapat sebuah tato bunga mawar. Itu adalah buatannya.

"Hyuck..?"

"Iya, ini aku. Sudah lama tidak bertemu ya, kecil."

"HYUCKK! KENAPA KAU LAMA SEKALI?! AKU MENUNGGUMU... AKU KIRA KAU BERBOHONG.."

"Tentu tidak. Jadi, aku datang untuk menepati janjiku."

Flashback off.

To be continue🕊️

Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now