Hening.

Johnny mendengarkan itu semua. Mendengarkan Jaehyun berteriak hingga menghancurkan barang. Ia mendengar dan melihatnya namun, hatinya hancur. Karena kenyataannya.. Jaehyun hanya mencintai Lee Taeyong. Bukan mencintainya.

"Jae.. Aku melupakannya demi kamu namun, mengapa kamu tidak sanggup melupakannya demi aku..?" gumam Johnny lirih dengan tertunduk dan air matanya mengalir.

Baru kali ini ia menangis.

Menangis karena perasaannya tak terbalaskan.

Air mata Johnny terus berjatuhan. Ia melampiaskan semua rasa sesak yang ia tanggung seorang diri tanpa ada yang mengetahuinya semenjak kedua orang tuanya pergi untuk selamanya.

Disisi lain, Jaehyun sudah hilang kesadarannya dilantai dengan keadaannya yang berantakan. Tangannya berlumuran darah sehingga foto yang ia genggam sudah tak berbentuk.

Johnny melangkahkan kakinya memasuki ruangan. Ia mulai membalut luka Jaehyun dan mengangkat tubuh Jaehyun ke ranjang. Dia menyelimuti tubuh Jaehyun dan membereskan semua kekacauan itu.

Johnny membuang foto yang sudah tak berbentuk itu dan ia memejamkan matanya sekilas. Merasakan darah mengalir dari tusukan serpihan kaca tersebut.

Tak selang lama, Johnny kembali lagi ke kamar. Ia mulai melepaskan semua atributnya dan merebahkan dirinya disofa. Rasanya, hari ini sangat berat untuknya.

******

Pagi ini bukan cuaca yang disukai oleh Renjun. Karena pagi ini ada badai kecil dan cuaca mendung sehingga, Renjun kedinginan dan tidak bisa berjalan-jalan ke sekitar taman.

"Hyuck, bukankah itu suara ayah?" tanya Renjun membuat Donghyuck membuka matanya.

"Suara? Suara apa?"

"Suara kereta kudanya ayah. Ayah Johnny," terang Renjun membuat Donghyuck mengerinyitkan dahinya.

"Apakah sekarang kau juga mampu mendengarkan suara dari kejauhan, Renjun? Aku tidak mendengarkan apapun."

"SEBAIKNYA KAMU PERIKSA DILUAR DARIPADA KAMU SEPERTI TIDAK MEMPERCAYAIKU!"

Donghyuck terkejut. Ia tau sebenarnya sedaritadi mood permaisurinya itu sudah tidak baik dan apa yang dilakukan Donghyuck? Ya benar. Mencari pekara.

"Tenanglah sayang, jangan marah-marah, nanti kau lekas tua."

"Apa katamu..?"

Memang dasarnya Donghyuck ini sepertinya mencari mati. Apa saja yang baru aja ia ketakan? Tua? Satu kalimat yang harus membuatnya berdoa agar selamat.

"Tidak sayang, tidak! Maksudku, jangan marah-marah, karena nanti kau semakin cantik," elak Donghyuck membuat Renjun salah tingkah sendiri.

"Hyuck, itu ayah!" seru Renjun dengan menunjuk ke arah luar jendela. Karena posisinya, mereka sedang berada diatap.

Jangan salahkan Donghyuck. Namun, tanyakan kepada sang permaisuri kenapa ia ingin duduk diatap bersama sang raja.

"Baiklah, ayo turun."

"Aku.. Takut ketinggian," cicit Renjun membuat Donghyuck menurunkan penutup wajah Renjun lalu menggendong tubuh mungilnya.

Tanpa aba-aba, Donghyuck langsung melompat dari atap dengan Renjun yang berada digendongannya.

"Sudah, sekarang masuklah."

"Huh? Tadi.. Kita terbang?"

"Jangan tertawa Donghyuck... Jangan tertawa.. Ayo jaga imagine mu didepan nya.. Jangan tertawa.," batin Donghyuck dengan memalingkan wajahnya karena wajah Renjun terlihat sangat lucu! Polos dan lugu.

"Iya, kita terbang. Sudah masuklah, saya menemui ayah dulu."

"Aku tidak perlu ikut?"

"Renjun sayangku.. Permaisuriku.. Cantikku, cintaku... Kalau misalkan kamu masuk dan aku juga, kita akan bertemu dengan ayah kita, sayang... Kamu mengerti, hm?"

"Hah? Iya, mengerti.."

"Kamu habis makan apa?"

"Tidak tau. Diberikan oleh adikmu, Giselle."

"Tanaman apa?!"

"Aku tidak tau.. Rasanya seperti terbang.."

Ya Tuhan apalagi sekarang?! Donghyuck pusing dengan tingkah Giselle yang suka sekali menggoda Renjun. Mentang-mentang Renjun sudah menjadi iparnya, Jadi Giselle suka sekali usil.

"Sudahlah! Kamu seperti orang mabuk. Kamu bisa berjalan, kan?"

"Entah apa yang habis kau makan, Renjun. Pantas saja kau merengek memintaku memanjat untuk ke atap bersama."

Jangan heran. Tingkah random Renjun yang terkadang suka membawa kelinci, kucing atau bahkan seekor landak juga membuat Donghyuck terdiam. Ia binggung harus apa apabila Renjun tiba-tiba nanti membawa singa atau beruang.

Setelah memasuki istana, Donghyuck menyambut Johnny dan Renjun juga. Namun, Renjun sengaja ditahan oleh Donghyuck. Jelas. Ia tidak ingin Renjun menyentuh nan disentuh siapapun selain dirinya.

"Ayah, beristirahatlah. Saya harus menemui Giselle dan membawa Renjun beristirahat," ucap Donghyuck membuat Johnny mengangguk lalu pergi ke kamar.

"Jeno, kau melihat Giselle?" tanya Donghyuck hanya membuat Jeno terkekeh.

"Yang mulia.. Tuan putri baru saja berkata jangan menjawab jujur apabila anda bertanya."

"Jeno. Dimana dia?"

"Dia berkata, jangan mengatakan keberadaannya saat ini jika dia sedang bersembunyi diatas pohon."

"Baik, terimakasih Jeno."

"Untuk apa?"

"Kejujuranmu."

Astaga! Lihat saja. Jeno pasti setelah ini akan dijambak dan ditantang berkelahi dengan Giselle.

"GISELLE! APA YANG BARU SAJA KAU BERIKAN KEPADA KAKAK IPARMU?!"

"Salah sendiri dia mau memakannya."

"Jawab saja apa yang kau berikan, Giselle?"

"Kecubung."

"HAHH?!"

"KAU MEMBERIKAN KAKAK IPARMU KECUBUNG?!"

"Iya, kecubung. Dia memakan 3 setelah tau rasanya."

"HAHH?! T - TIGA..?"

Jangan ditanya bagaimana keadaan Donghyuck. Tanya saja keadaan Renjun saat ini yang bermain make-up sampai dengan seluruh pelayan istana keteteran.

"YANG MULIA RAJA, PERMAISURI MEMBAWA SINGA!"

To be continue🕊️

Yang binggung tentang urutannya. Sejujurnya ini jadi Jaeyong, Johnten dan seterusnya namun, menjadi Jhonjae dan Tenwin. Begitupula sebaliknya. Akan ada cerita masing-masing nantinya!

Jangan lupa tinggalkan jejak, terimakasih!

Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now