Dua.

207 32 5
                                    

"Lee Haechan."

Haechan segera mengalihkan perhatian pada suara yang memanggil namanya. Haechan tengah di dalam pesawat jet pribadi mendampingi tuan besarnya untuk perjalanan bisnis.

Haechan menghampiri tuan besarnya yang tengah berada di ruang pribadinya. Terdapat meja kerja lengkap dengan peralatannya. Lalu ada sofa panjang juga sebuah meja di sebrang meja kerja. Masuk ke dalam ruangan lagi terdapat kasur nyaman untuk beristirahat. Haechan malah merasa bukan di dalam sebuah pesawat sangking lengkap dan nyaman fasilitas yang tersedia.

"Ya tuan," ucap Haechan setelah berada tepat di hadapan Mark Lee. Bos besar yang tengah duduk di sofa, meneliti sampel di atas meja, salah satu produk perusahaan yang rencana rilis tahun ini.

"Bantu aku untuk mengecek produk ini," ujarnya mengisyaratkan Haechan agar duduk di sampingnya.

Haechan adalah asisten yang penurut. Haechan segera menempati tempat yang Mark siapkan tepat setelah Mark memberi titah, tanpa kecurigaan apapun.

Mata bulat Haechan memperhatikan beberapa sampel lip tint berwarna cerah. Menawarkan kesegaran dan rasa buah di setiap olesan. Membuat bibir lembab dan sehat.

"Bagaimana cara saya membantu?" Tanya Haechan setelah bingung hendak membantu seperti apa. Untuk kemasan dengan warna cerah berbentuk mungil, Haechan rasa sudah pas dengan selera pasar mereka yang menargetkan para remaja hingga wanita berusia dua puluhan.

"Coba kau pakai," ucap Mark membuat mata Haechan sedikit bimbang.

"Mencoba tuan? Memakai di bibir saya?" Haechan coba memastikan sekali lagi perintah tuan nya. Mark mengangguk sekali dan Haechan kembali menatap sampel lip tint berwarna oranye melambangkan manfaat buah jeruk yang terkandung.

Sekarang ini memang sudah tidak aneh bagi pria untuk memakai produk seperti ini. Untuk menjaga penampilan juga merawat diri. Tidak ada salahnya mencoba lip tint ini. Lagipula, Haechan juga bukannya tidak pernah memakai lip tint. Hanya saja itu jarang dan bukan salah satu kebiasaannya.

Setelah sejenak berfikir, Haechan membuka penutup lip tint dan mengoleskan di bibirnya yang berbentuk hati. Tanpa menyadari seringai kecil Mark disampingnya.

"Sudah tuan."

Haechan menghadap Mark, memperlihatkan bibirnya yang sudah di olesi lip tint. Mark memperhatikan dengan seksama. Bibir hati Haechan jadi terlihat lebih penuh. Seperti jelly yang kenyal. Lalu, efek glossy membuat bibir Haechan terlihat segar untuk dicicipi. Mark tanpa sadar menelan ludah.

"Bagaimana tuan?" Tanya Haechan setelah hening beberapa lama. Apa tidak cocok? Pikir Haechan.

Mark tidak langsung menjawab. Jemarinya mengapit dagu Haechan, menggerakkan kepala Haechan untuk miring agak ke kiri, lalu agak ke kanan. Memeriksa hasil lip tint yang sudah Haechan kenakan.

"Hasilnya bagus, sesuai klaim yang di tawarkan. Terlihat sehat dan segar."

Haechan tersenyum puas. Dirinya bisa ikut andil dalam kesuksesan Mark. Tidak menyadari mata Mark tak lepas dari wajah bersemu merah muda itu.

"Kurang satu klaim yang harus kita pastikan," ujar Mark menarik kembali atensi Haechan.

"Rasa buah jeruk. Bukan kah kita harus memastikan lip tint ini memiliki rasa buah?"

Haechan segera mengecap bibirnya sendiri. Mencoba merasakan buah jeruk dari lip tint yang tadi dioleskan. Keningnya mengkerut berusaha mencari rasa buah itu.

"Bagaimana?" Tanya Mark dengan suara berat. Haechan sampai merinding mendengarnya. Firasat Haechan membunyikan alarm tanda berbahaya. Namun Haechan juga bingung, bahaya apa yang akan menimpa nya?

"Em, terasa samar tuan," jawab Haechan ragu pada awalnya. Melihat Mark menaikkan satu alisnya Haechan segera menambahkan, "tapi wangi buahnya saya rasa cukup sesuai."

Mark tidak mengindahkan kata kata Haechan. Tangannya mengambil lip tint berwarna oranye lagi, memandangi agak lama. Apa Mark akan mencoba untuk dirinya sendiri? Haechan bertanya-tanya.

Namun, tidak. Mark memang membuka penutup lip tint. Alih-alih dioleskan pada bibirnya sendiri, Mark malah mengoleskan lagi di bibir Haechan. Dirasa sudah cukup, Mark meletakkan kembali lip tint ke atas meja tanpa menutup. Seolah tidak peduli.

Seolah semua perhatiannya hanya tertuju pada bibir Haechan. Entah mengapa, mata tajam Mark yang memperhatikan bibirnya membuat dada Haechan berdebum ribut. Membuat Haechan gugup dengan keheningan yang janggal. Seolah mereka terjebak di tension yang tidak seharusnya.

"Let me taste it," ucap Mark sebelum menarik lembut dagu Haechan dan menempelkan bibir Mark atas bibir Haechan.

Mata Haechan terbelalak. Terkejut dengan apa yang dilakukan Mark atas dirinya. Ini kali kedua Mark melakukan hal tidak pantas. Mata Haechan mengerjap cepat, pun demikian dengan kerja jantung nya.

Haechan perlu menghentikan Mark. Harusnya ia dorong tubuh Mark menjauh. Karena, demi apapun, ini hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.

Harusnya Haechan menjauh.

Harusnya Haechan mendorong Mark.

Harusnya Haechan menghentikan Mark.

Namun Haechan menemukan dirinya melemah ketika Mark dengan berani membuka mulut dan mencecap bibirnya bergantian. Mencari rasa jeruk dari lip tint yang ia kenakan.

Mark mengemut bibir Haechan lembut, bergantian atas bawah. Tidak hanya itu, entah sejak kapan sebelah tangan Mark berada di pinggang Haechan. Mengelus pelan pinggang ramping itu. Menikmati ritme yang ia buat.

"Open yours," bisik Mark yang ingin merasakan lebih dalam atas candu barunya.

Haechan bagai terhipnotis. Ia membuka mulutnya dan membiarkan lidah Mark menyapa lidahnya. Membiarkan lidah Mark mengabsen deretan giginya. Menarik lidahnya dan melilitnya.

Sementara tangan Mark makin kuat meremat pinggang Haechan. Nafas makin panas diantara keduanya. Sudah sekian menit berlalu, Haechan mulai merasakan nafasnya kian sesak.

Haechan menepuk pundak Mark. Memberi isyarat bahwa ia kewalahan. Mark tidak berhenti begitu saja. Ia mengetahui bahwa nafas Haechan semakin tipis, namun, kenikmatan ini enggan ia lepaskan.

Maka Mark meniupkan nafasnya pada Haechan. Membiarkan Haechan meraup udara dari nafas buatan yang ia berikan.

Tubuh Mark semakin menekan tubuh mungil Haechan untuk menyandar sepenuhnya pada sandaran sofa. Sementara tubuh Mark sendiri sudah mengambil tempat di atas Haechan.

Mark masih belum bosan melumat bibir Haechan yang mungkin sudah kehilangan rasa buah jeruk. Tangannya menahan tengkuk Haechan untuk menjaga ritme ciuman panas mereka. Tangan sebelah lagi sudah mulai menelusuri paha dalam Haechan dengan sensasi listrik jutaan volt. Mark tidak memperdulikan dagu Haechan yang sudah banjir oleh cairan keduanya.

Mark menyukai sensasi ini. Sudah lama ia menantikan bunga yang ia petik di pinggir jalan mekar. Akhirnya penantian nya setimpal dengan bunga yang tengah ia hisap nektarnya sekarang.

Mark tersenyum di sela sela ciumannya.

Tak menyadari bagaimana Haechan menutup matanya rapat rapat. Tak menyadari tangan Haechan yang mendorong pundak Mark dengan putus asa.

Mark tak menyadari, air mata menetes dari bunga yang ia jaga dan tunggu mekarnya.

Mark mengangkat wajahnya hanya sekian Senti dari wajah Haechan yang sudah berantakan. Peluh memenuhi kening bunga mataharinya. Wajahnya memerah kekurangan oksigen, dan apa itu? Air mata kah di sudut kelopak itu?

Mark merapikan anak rambut Haechan yang berantakan akibat ulahnya. Ibu jari Mark mengelap peluh yang hampir jatuh menetes. Juga mengelap entah air keringat atau air mata di sudut kelopak mata Haechan.

Dituntun hasrat yang meninggi, Mark meraih lip tint berwarna hijau, menawarkan manfaat dan rasa buah melon.

"Kita belum coba yang ini?" Ucap Mark sembari menggoyangkan lip tint hijau di depan wajah Haechan.

Haechan segera tau, bahwa mungkin selama perjalanan dirinya akan berada dibawah Kungkungan Mark.

...

A/n update kalau pas lagi lampu nyala aja hehe


oh my secretaryWhere stories live. Discover now