Sihir pelindung negeri

Start from the beginning
                                    

Setelahnya, Renjun menghela nafas. Ia mulai melepaskan seluruh perhiasan yang telah berada ditubuhnya. Baik mahkota, gelang, dan lainnya. Ia lepaskan dan ia mulai merebahkan tubuhnya disamping Donghyuck. Jemarinya mulai mengusap lembut kepala Donghyuck. Senyuman itu terukir dari bibirnya.

Hanya ruangan itulah yang mampu membuat Renjun merasa leluasa. Ia lebih nyaman berada didalam ruangan itu. Sama seperti sebelum ia menikah. Selalu diam didalam ruangan dan tidak diizinkan untuk melihat dunia. Apakah Winwin dan juga Ten mampu melihat wajah anak bungsunya itu? Tidak! Mereka tidak sanggup menatap dan menahan energi yang mengelilingi Renjun semenjak usia Renjun beranjak 10 tahun dan menghancurkan kedudukan negeri Selatan.

"Apa yang Donghyuck lihat tadi..?" gumam Renjun lirih dengan melihat sekitar ruangannya.

Dengan tiba-tiba saja penglihatan Renjun gelap. Hanya sebuah titik berwarna ungu yang dia lihat disana.

"Renjun.. Mendekatlah... Aku milikmu.."

"Milikku...?"

"Yaa... Aku milikmu, Huang Renjun. Aku milikmu."

JDAR!!!

******

"YANG MULIA!" teriak Renjun membuat Donghyuck terkejut setengah mati.

"Ada apa, Renjun? Kau baik?"

"Ah, tidak... Aku tadi hanya bermimpi buruk sepertinya, maaf karena aku mengejutkanmu.."

"Tidak masalah. Aku hanya terkejut dengan teriakanmu yang melengking. Aku mengira ada sesuatu yang terjadi,  syukurlah kamu baik-baik saja."

Mendengar hal itu, Renjun tersenyum tipis. Ia tak menyangka bahwa nyatanya Donghyuck mencemaskannya.

"Hyuck, aku ingin keluar dari istana ini, apakah kau mengizinkannya?"

"Ingin pergi kemana? Diam diistana. Jangan kemanapun."

"Aku ingin keliling. Melihat anak-anak kecil didesa, ada yang mengatakan bahwa ada salah seorang anak yang kehilangan masa kecilnya karena keegoisan kedua orang tuanya, Hyuck.."

"Siapa anak kecil yang ingin kamu temui, sayang?"

"Aku lupa namanya namun, dia anak perempuan yang sangat cantik, Hyuck.. Manis."

Donghyuck terdiam beberapa saat. Bagaimana bisa ia tak mengetahui ada seorang gadis kecil yang menderita?

Donghyuck mengangguk. Ia mulai menarik Renjun ke dalam pelukannya. Didekap nan dicium keningnya. Rasa cintanya telah sepenuhnya untuk Huang Renjun. Bukan yang lain, dan ia tak akan pernah berpaling kepada siapapun terkecuali bersama dengan Huang Renjun.

Seorang anak bungsu dari keluarga Argabinta yang disegani nan menjadi incaran tanpa sepengatahuannya. Donghyuck bersyukur karena ia bertemu dengan Renjun kala itu.

"Hyuck, kenapa tiba-tiba kau memelukku?"

"Tubuhmu hangat. Aku menyukainya."

"Heum? Hanya tubuhku? Aku tidak?"

"Maksudku.. Aku menyukaimu, sayang."

Blushing.

Semburat merah terlihat jelas dari wajah Renjun. Bagaimana bisa ia jatuh cinta dengan laki-laki yang dihadapannya ini hanya dengan sekali pertemuan waktu itu? Hanya karena ia mengejar kupu-kupu.

Disela-sela keheningan keduanya, tiba-tiba saja ada sebuah sinar yang memancar dan Donghyuck tidak salah lihat! Itu adalah sinar putih yang tadinya ia lihat ditaman saat ia melihat sebuah pedang keluar dari tubuh permaisurinya.

"Hyuck, pergilah. Kau harus menyelesaikan semua pekerjaanmu," ucap Renjun membuat Donghyuck mengangguk lalu ia melepaskan pelukan itu. Meninggalkan Renjun seorang diri tentunya, kamar itu sudah dilindungi oleh Donghyuck. Jadi tidak akan ada yang mampu membukanya terkecuali Renjun yang mematahkan sihirnya.

Donghyuck pergi menemui Johnny, ayahnya.

"Ayah, saya ingin bertanya sesuatu."

"Ada apa, Donghyuck? Katakan."

"Ayah tadi melihatnya, bukan? Sebuah sinar terang yang baru saja lewat."

"Bukankah itu memang sudah seharusnya terjadi? Itu sihirmu, kan?"

"Bukan. Saya tidak bisa menggunakan sihir yang dikatakan oleh para pendeta itu sampai dengan saat ini. Jangankan menggunakan, untuk mempelajari sihir apa yang dikatakan olehnya saja saya tidak mampu, ayah. Dan kemarin saya melihat sebuah pedang keluar dari raga permaisuri saya. Pedang yang berlambangkan dua merpati putih dan pedang itu berwarna putih, seperti es."

"Pedang merpati..? Donghyuck, jangan mengada-ngada. Bukankah pedang itu sudah terkubur sejak 100 tahun yang lalu bersama sang permaisuri? Jadi, bagaimana bisa pedang itu berada ditubuhnya?"

"Ayah, saya tidak mengada-ngada. Saya melihat dengan jelas pedang itu keluar dari tubuhnya. Saya melihat dengan jelas sinar dan kekuatan yang luar biasa. Lalu, saya melihat matanya terkadang berubah menjadi biru, putih, ataupun terkadang menjadi seperti salju. Ayah. Percaya saya! Saya tidak sedang mereka-reka. Memang ini nyatanya."

Johnny terdiam. Jelas! Ia binggung dengan pernyataan putranya. Bagaimana bisa semua kekuatan itu ada didalam tubuh lemah sang permaisuri yang mudah sekali terluka?

Tak bisa dipungkiri bahwa ia juga merasakan hal yang sama. Jiwa sang permaisuri itu seolah memang menyatu bersama kekuatan mendiang ratu sebelumnya. Akan tetapi, bagaimana bisa?

"Donghyuck.. Kamu mengatakan permaisurimu itu berada dikerajaan Argabinta, bukan?"

"Iya, ayah.. Ada apa?"

"Tuhan... Apakah ini pertanda..?"

"Ayah, kenapa tiba-tiba diam? Saya membutuhkan keterangan."

"Tidak ada. Kamu akan tahu sendiri nanti, sudah kembalilah bekerja. Saya akan kembali ke istana saya sebentar lagi, sudah lama saya disini. Sudah waktunya kamu dan permaisurimu yang memimpin negeri ini."

"Ayah, saya tidak akan mampu."

"Kau mampu, Lee Donghyuck."

"Ayah..."

"Jangan seperti anak kemarin sore. Kamu sudah menjadi raja disini selama 5 tahun dan kamu mengatakan kamu tidak mampu? Bangun dari tidurmu, Donghyuck."

"Ayah, saya tidak tidur. Saya hanya ingin memastikan bahwa─"

"Sudahlah, Donghyuck."

"Yuta akan mengunjungimu sebentar lagi."

"Untuk apa lagi dia kesini..? Tidak cukup dulu ia sudah membunuh mama?"

"LEE DONGHYUCK!"

Plak!!

To be continue!

Royalty Family (Hyuckren) Where stories live. Discover now