Me
wkwk


=======================================


Waktu sudah menunjukan pukul 09.00 pagi, yang mana seharusnya para pelajar saat ini tengah berada di dalam kelas untuk belajar. Namun berbeda dengan si bungsu Nataprawira yang tak lain adalah Rigel yang saat ini malah nongkrong bersama teman-temannya di Warpen -Waroeng Enhypen-. Terlihat anak nakal itu tengah duduk di salah satu meja di bawah pohon rindang nan sejuk sembari merokok dengan santainya. Tak hanya sendiri, Rigel di temani oleh Barry dan Raka, juga beberapa teman sekelasnya yang duduk di meja yang berbeda.

"Udah Gel udah anjir, lo udah habis 2 batang," ucap Barry yang mencoba memperingati Rigel saat anak itu mengambil sebatang rokok baru setelah rokoknya habis.

"Satu batang lagi," sahut Rigel seraya menyalakan rokok itu setelahnya.

Baik Barry maupun Raka yang melihat itu pun hanya bisa menghela napas pasrah, mereka tak bisa membantah Rigel, hanya Chandra yang bisa namun sayangnya si Aa Bandung itu saat ini tidak berada Warpen.

"Udah ye sat, ga ada rokok rokok lagi," Raka mengambil sebungkus rokok miliknya lalu di sembunyikannya dalam hoodie.

"Bawel ah lo berdua," sahut Rigel seraya mengepulkan asap rokoknya ke udara.

"Inget asma napa Gel, udah sering bengek tapi tetep aja ngerokok heran," ucap Barry.

"Tau dah nih bocil susah beud di bilangin," Raka ikut menyahuti sedangkan Rigel sendiri hanya menyeringai kecil.

"Duh laper euy, pesen makan dulu ah nasi goreng enak kayanya," Raka beranjak dari duduknya berniat untuk memesan makanan.

"Gue mau satu Rak," timpal Barry.

"Wokay! Lu mau makan kagak, Gel?" tanya Raka pada Rigel yang hanya di gelengi sebagai jawabannya.

Setelah itu Raka pun berniat melangkahkan tungkainya namun belum sempat melangkah seseorang tiba-tiba datang berjalan menghampiri ketiganya.

"Lo lagi," ujar Raka dengan tatapan sinisnya.

Mendengar hal itu Barry maupun Rigel sontak menoleh, mengikuti arah pandang Raka. Seketika tangan Rigel pun terkepal kuat melihat seseorang itu, bahkan Barry langsung beranjak dari duduknya.

"Hi, long time no see bro," sapa seseorang itu.

"Mau apa lo kesini? Kita ga ada urusan sama lo," ucap Barry.

"Gue emang ga ada urusan sama lo berdua, tapi gue ada urusan sama dia," sahut seseorang itu seraya menunuk Rigel yang nampaknya masih santai menghisap rokoknya.

"Gue rasa gue udah ga ada lagi urusan sama lo, jadi mending lo pergi dari sini sebelum–"

"Sebelum apa? Sebelum para babu lo ngeroyok gue? Gue ga takut sama antek-antek lo Gel," seseorang itu dengan cepat menyela ucapan Rigel.

"Marcel, mending lo pergi dari sini ga usah cari masalah, kita lagi males ribut. Mager banget anjing ih," ucap Raka.

Ya, seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Marcel. Kalian pasti masih ingat siapa Marcel? Siapa lagi dia kalau bukan musuh bebuyutan Rigel.

"Gue ga akan cari masalah kok, gue kesini cuma mau nantang Rigel," ucap Marcel dengan seringainya.

"Sorry waktu gue terlalu berharga buat lo, mending lo cari orang lain aja yang bisa lo tantangin," ucap Rigel dengan santainya tak lupa ia juga menunjukan smrik kecilnya.

"Hm cari orang lain ya? Gimana kalau Orion?"

Mendengar nama sang kakak kembar di sebut pun tatapan Rigel langsung menajam, tangannya semakin terkepal kuat. Jika Rigel tak menahan emosinya mungkin ia sudah melayangkan pukulan telak pada wajah Marcel.

•What If Orion & Rigel Live Together•जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें