***

Jaehyun kembali ke mansion dengan raut wajah datar yang tidak menampilkan ekspresi, ia sudah mendapatkan rekening yang menyimpan semua uang narkoba yang dicuri oleh si pengkhianat; hanya saja jumlahnya tidak sesuai, sudah terpakai sebanyak satu juta dollar. Bajingan memang. Tapi tidak masalah, yang penting Jaehyun mendapatkan hasil yang lebih banyak, ia bisa mengembalikannya pada Yunho untuk modal membuat narkoba kualitas tinggi.

Menghirup napas panjang, Jaehyun merebahkan tubuh di sofa ruang tengah, kelopak matanya terpejam erat. Ia belum tidur sama sekali karena mengurus masalah di Moskow.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Jaehyun membuka mata, menatap salah satu orang kepercayaan Yunho; Jang Rudolf—blasteran Korea Rusia. Raut wajah Rudolf yang menyeramkan terlihat gusar, seperti ragu untuk menyampaikan sesuatu.

"Ada apa?" tanya Jaehyun seraya mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Ia menatap lurus wajah penuh luka Rudolf, potongan rambut lelaki maskulin itu berbentuk french crop.

"Maaf Tuan Jung."

"Kenapa?" lagi, Jaehyun bertanya, ia penasaran karena bola mata Rudolf bergetar hebat.

Rudolf menarik napas panjang dan menatap lurus pada iris cokelat tua Jaehyun. "Saya menerima berita duka dari Toma, seluruh anggota yang menemani Tuan Jung Yunho dilumpuhkan begitu sampai di Korea Selatan, Tuan Jung Yunho dikabarkan meninggal dunia dengan tembakkan di dada kiri dan kepala." nada suaranya tegas, tapi tersirat kesedihan yang mendalam.

Pandangan Jaehyun seketika berubah menjadi kosong, untuk sesaat ia lupa caranya bernapas hingga paru-parunya menjadi sangat sesak. Pupil mata Jaehyun bergerak, mulutnya terbuka tapi tidak ada suara yang keluar dari sana—seolah ada bola besar di tenggorokan yang menahannya untuk bicara.

Apa, kenapa, bagaimana bisa?

Pertanyaan tersebut berputar berulang-ulang di dalam kepala Jaehyun. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak ikut bersama Yunho berkunjung ke Korea Selatan.

"Saat ini jasad Tuan Yunho sedang di bawa kemari. Anggota kita dengan susah payah membawa jasadnya. Tuan Jaehyun, kita memiliki banyak musuh di Korea. Tuan Yunho dijebak, ada yang tidak senang dengan pencapaian Tuan Yunho selama ini." Rudolf kembali menjelaskan karena Jaehyun tetap diam. "Kami minta maaf Tuan, karena tidak bisa menjaga Tuan Yunho dengan baik."

Kedua tangan Jaehyun terkepal hingga buku-buku jarinya memutih, darah menetes dan mengalir dari kepalan tersebut. Ayahnya, malaikatnya, penyelamatnya—Jung Yunho, kini kembali ke Rusia tanpa nyawa.

"Katakan padaku jika kalian hanya bergurau." nada suara Jaehyun bergetar hebat, sarat akan emosi dan kesedihan yang mendalam.

Rudolf menundukkan kepala. "Maaf Tuan Jung."

Rahang Jaehyun mengeras, ia berdiri dan mencengkram kerah kemeja Rudolf, matanya memerah, ia menatap wajah Rudolf dengan gurat tak percaya. "Berita ini hanya gurauan, benar?"

Rudolf menggeleng lemas. "Maaf Tuan Jung, maaf karena kami tidak bisa menjaga Tuan Jung Yunho."

"BAJINGAN!" teriak Jaehyun murka, ia menghentak kerah kemeja Rudolf sebelum mengusap kasar wajahnya. "Siapa, siapa yang melakukannya? Siapa yang membunuh ayahku? Katakan, SIAPA YANG MEMBUNUHNYA?!"

"Kami masih mencari tahu, Tuan Jung."

"DASAR TIDAK BERGUNA! AYAHKU MATI DAN KALIAN TIDAK TAHU SIAPA PEMBUNUHNYA?!"

"Maaf Tuan Jung, kami kesulitan mengidentifikasi sang pembunuh. Tapi kami yakin jika ia adalah warga negara Korea Selatan."

Satu pukulan kencang Jaehyun layangkan pada rahang kanan Rudolf hingga anggota kepercayaan Yunho itu tersungkur jatuh—lalu berdiri lagi dalam dua detik. Hati Jaehyun dipenuhi amarah yang menggebu-gebu, ia bersumpah akan menemukan dan membunuh orang-orang yang terlibat di dalam pembunuhan Yunho. Jaehyun bersumpah!

Prison《Jaeyong》Where stories live. Discover now