Lover

19 5 5
                                    

Warning : Implied underage sex. Mature content.

Disclaimer : Tidak ada gajah berbelalai yang disakiti dalam pembuatan fanfic ini.

*#*#*#*

Dua kelopak mata perlahan terbuka, berkedip-kedip beberapa kali sebelum mendarat pada langit-langit kamar, membuat keningnya berkerut dalam ekspresi bingung.

Hamparan di atasnya masih memiliki cat putih yang sama. Tepat ditengah, terdapat lampu persegi panjang yang memiliki 3 jenis pengaturan. Redup, terang dan sangat terang. Tapi kali ini tidak satupun dari pengaturan itu yang digunakan. Lampu tunggal di langit-langit mati tak memancarkan cahaya sedikitpun. Yang berarti, ini masih waktunya tidur.

Tanpa ada bunyi alarm, tanpa ada seseorang yang membuka tirai lebar-lebar untuk mengganggu tidurnya, tanpa ada sedikitpun suara dalam kamar, atau bahkan di luar kamar. Lalu mengapa ia terbangun?

Hua Cheng tiba-tiba merinding ketika merasakan geli di dada yang membuat bulu kuduknya meremang. Seperti ada sesuatu yang meniup-niup…

Arah pandang beralih mencari paham akan sumber masalah, ia merasakan tubuhnya mematung. Sebisa ia mematung pada posisi tidurnya saat ini.

Yang pertama tertangkap netra adalah geraian rambut legam. Rambut pendek yang pada beberapa bagian menggelitik lehernya. Lalu pada ujung-ujung poni yang mendarat pada batang hidung lancip.

Batang hidung lancip yang terletak persis di depan bulir kecil di dadanya.

Bukan hanya tubuhnya yang mematung, kini ia dapat merasakan satu bagian tubuhnya juga menjadi kaku.

Ok, dua bagian.

Fffffuuc****….

Setiap hembusan nafas dari sosok yang kini setengah tertelungkup di atas tubuhnya, meniupkan udara hangat, tanpa sengaja, pada salah satu bulir kecil yang hanya dilapisi pakaian tidur berbahan tipis, membuatnya melancip dan mengalirkan getaran hingga ke ujung kaki. Dan alangkah bencana ketika seluruh hormon ditubuhnya memutuskan untuk memberi reaksi maksimal pada stimulasi minim seperti itu.

Hua Cheng menggigit bibir, menatap sumber penderitaannya yang masih tertidur pulas tanpa dosa.

Pertama kali dalam hidupnya, ia benar-benar merasakan penuh, serangan fajar masa remaja. Walaupun secara teknis ini bukan waktu fajar, sama sekali tidak mendekati.

Lengan panjang yang membujur di atas jajaran rusuknya, turut bergerak turun naik mengikuti irama nafasnya yang semakin tak beraturan.

Hua Cheng kembali menatap langit-langit kamar mereka dan mencoba menghitung bintang dalam imajinasi sebagai parodi meditasi untuk mengendalikan gejolak yang sedang melandanya. Namun alih-alih menghitung bintang yang bertaburan, lebih tepat jika disebut ia sedang menghitung sang rembulan. Karena jumlah angka yang sedari-tadi mampu disebutnya, tak pernah pindah dari angka 'satu'.

Kecuali kita ingin menilai dari berapa banyak angka satu yang berhasil disebutnya, itu lain cerita.

Menurut pelajaran Biologi yang pernah sambil lalu didengarnya, reaksi biologis semacam ini adalah sangat normal. Untuk hitungan usia, dapat dibilang ia termasuk terlambat mekar karena baru mulai merasakan hal gaib seperti ini saat berusia nyaris 16 tahun.

Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Benar kan?

Mungkin selama ini dia hanya belum mendapatkan stimulan yang dapat.. menstimulasi.

Berbicara tentang stimulan mengingatkannya kembali pada sesuatu yang sangat terstimulasi dibawah sana. Terasa panas dan sesekali berkedut meminta perhatian. Hua Cheng mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

Dancing With You ( HOB - Huaxuan )حيث تعيش القصص. اكتشف الآن