001. Sang Dewa dan Kematian

199 20 2
                                    

“Kenapa kau memberinya kue?” tanya seorang pria berpakaian necis dan berekspresi dingin pada pria lainnya yang berjalan berdampingan dengannya. Keduanya berpakaian dalam busana serba hitam dengan gaya yang kontras. 

“Aku menyukai ceritanya.”

“Tch–karena dia membanggakanmu?” 

“Aku tak menganggapnya membanggakanku. Ia menjelaskan fakta yang sebenarnya,” ujar pria berkacamata hitam itu menghentikan langkahnya lalu melepas kacamata tersebut dari wajah dan diangkatnya hingga bertengger di kepalanya. Ia menatap baliho besar yang menampilkan poster film Percy Jackson di tengah kota. “Bisa-bisanya film itu tayang di kota ini…”

Pria necis yang bersamanya turut berhenti dan menatap poster film tersebut. “Kudengar di belahan dunia lain, film ini sudah rilis sekitar 13-14 tahun yang lalu.”

“Kau pikir aku peduli? Pasti Zeus mengizinkannya tayang di sini karena film itu hanya membahas sisi kerennya dia–”

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

“Kau pikir aku peduli? Pasti Zeus mengizinkannya tayang di sini karena film itu hanya membahas sisi kerennya dia–”

“Poseidon.”

“Huh?”

“Percy Jackson adalah anak dari Poseidon. Jadi film itu bercerita tentang Poseidon dan putranya–” ujar pria necis itu.

“Putra yang mana? Bukankah dia mating dengan banyak wanita?”

“Itu adalah sesuatu yang sebaiknya kau tanyakan padanya.”

“Kau sudah menontonnya??”

“Aku membaca novelnya.”

“Tch–Poseidon dan Zeus tak ada bedanya. Aku muak dengan mereka,” ujar pria berkacamata itu memakai kembali kacamatanya lalu menoleh  pada pria necis berjas hitam yang selalu mengikutinya. “Bukankah seharusnya kau bekerja?”

“Aku harus menjemput seseorang. Sekitar 5 menit lagi dia akan siap untuk dijemput.”

“Eum…pergilah.” 

Pria berpenampilan necis itu membungkuk sopan, “Tapi Thanatos–”

“Ya?”

“Apa menurutmu aku ini makhluk yang buruk?” 

“Kau menyebalkan,” ujar Thanatos datar. “Pekerjaan kita berurusan dengan kematian dan manusia membenci kematian. Meskipun kematian tidak selalu identik dengan kejahatan. , Hades.”

“Apa kau nggak bisa menjawabku dengan bahasa yang lebih sederhana?”

Thanatos membungkuk sopan sekali lagi, . “Aku permisi. Hades,” ucapnya sebelum menghilang dari pandangan Hades.

“Tsk–menyebalkan sekali makhluk sok pintar itu,” sungut Hades menatap poster Percy Jackson beberapa meter di depannya. “Terima kasih sudah membuatku terlihat jelek pada semua orang,” ujar Hades mengacungkan kepalan tangan yang diikuti dengan munculnya jari tengah pada poster tersebut, . “Aku benci kalian semua.” 

HADESOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz