6. Cold War Started.

203 28 1
                                    

Author's Note:
Mulai chapter ini kayanya aku bakalan bikin POV orang ketiga deh biar jalan cerita semua pihaknya jelas. Tapi kedepannya gimana aku juga kurang tahu soalnya aku anggep tulisan ini adalah latihan menulis kembali since im not writing anymore since 2021 i guess. SO I'AM TRYING MY BEST. Thank you for staying here. Any suggestions and critics are deeply allowed.

____

Setiap kali melihat payung hitam berlogo Lowkey ditempat biasanya payung mereka diletakkan, Bilbil selalu merasa penuh tanya dan sedikit curiga. Dia nggak berpikir sejauh itu -- Bahwa Hagavi dan Lvanya saling kenal tapi dia juga nggak bisa sedikit saja berprasangka buruk. Dalam hati dan pikirannya, pelan-pelan Bilbil memcahkan cokcoklogi yang mungkin terjadi diantara keduanya. Nggak mungkin banget sih kalau semua terlalu se-kebetulan-itu. Dan satu-satunya hal yang masuk akal menurut Bilbil adalah, "Pasti Vanya suka Hagavi."

Konyol sebenernya kalau nevak gitu aja, apalagi Bilbil tau Vanya itu bukan tipe orang yang bakalan menusuk siapapun dari belakang. Apalagi sama Bilbil, bisa dibilang apapun akan Vanya berikan untuk saudara sepupunya itu sebagai tanda terimakasih karena dia dan Mamanya mau merawat Vanya dari kecil sampai sekarang.

Dari kecil Vanya udah ditinggal sama Papanya meninggal. Sementara Mamanya menikah lagi dan entah ada dimana sekarang. Papa Vanya itu kakak dari Mamanya Bilbil. Karena kasihan Vanya sebatang kara sejak Papanya meninggal, Mama BIlbil memutuskan untuk merawat Vanya bersamanya dirumah. Bilbil anak satu-satunya itu sangat menyukai Vanya waktu masih kecil, jadi meskipun perekonomian mereka lumayan susah karena Mama Vanya juga seorang orang tua tunggal, beliau tetap melakukan hal baik itu.

Vanya cukup tau diri dan sadar akan posisinya. Dia selalu rajin membantu Mama dan melindungi BIlbil karena Vanya juga sebenarnya satu tahun lebih tua dari BIlbil. Tapi mereka sekolah satu angkatan karena BIlbil nangis berhari-hari pas tau Vanya udah daftar sekolah sedankan dirinya belum. Vanya lebih sering mengalah demi BIlbil. Dia akan melakukan semua hal yang dia bisa supaya Bilbil senang. Bilbil pun juga sangat baik dan murah hati. Hubungan mereka berua dari kecil selu baik. Maka dari itu, BIlbil juga nggak percaya kalau Vanya akan melakukan hal menyakitkan itu untuknya; merebut Hagavi padahal tau kalau BIlbil suka cowok itu duluan.

Bilbil ingin sekali menghilangkan prasangkanya, tapi sore itu, ketika Vanya tersenyum mendapat orderan dari LOwkey yang dia yakini itu Hagavi lagi yang memesan. BIlbil mulai merasakan kekecewaan yang semakin dirasakan semakin dalam.

"Bil, ada pesanan tuh dari Lowkey, mau nganterin?" Vanya sedikit meluruhkan rasa kecewa yang diam-diam ia rasakan karena masih bertanya seperti itu. Bilbil mau mengangguk, tapi entah kenapa kepalanya malah menggeleng. Akal BIlbil diam-diam merencanakan ide jahat. Ya, dia mau membuktikan kalau pemikirannya itu salah-- atau mungkin malah benar? Maka dari itu, Bilbil mempertegas jawabannya dengan jawaban "Nggak deh, lo aja."

Vanya sebenarnya bingung. Tapi dia nggak mau ambil pusing. 'Oh, dia kayanya udah nggak naksir Hagavi lagi' Gitu pikirnya.

---

Mereka berdua akrab. Terlalu akrab untuk ukuran orang asing.

Bilbil menguntit dari jauh. Dia melihat Hagavi dan Lavanya duduk di salah satu meja kosong. Sepengetahuannya, Hagavi bahkan mentarktir Lavanya kopi.

"Gua seneng loh, nganternya nggak pake kurir." Kata Hagavi sambil menumpukan pipinya diatas punggung tangannya. Menatap Lavanya dengan intens dan penuh ketertarikan. Lavanya menunduk malu sambil tersenyum.

"Iyaa, soalnya gue pengen bel kopi. Eh udah ditraktir. Makasih ya. Kok tau gua suka kopi ini?"

"Kan pas pertama kali dulu itu lu beli menu ini."

"Kan bis aja gue ngasal?"

"Lu udah diluar kepala nyebutinnya. Tanpa ragu. Dan, lu lagi buru-buru. Gua tangkep, itu menu yang sering lo pesan. Kalau sering pesan berarti suka kan?"

"Oooh, jadi lo sering pesan bakmi itu karena suka?"

"Iya."

Kata iya itu memiliki dua arti yang bereda di kepala Hagavi dan Lavanya. Sementara di kepala BIlbil, hanya ada kepercayaan kalau Lavanya, menghianati dirinya.

Dia bahkan nggak percaya Lavanya ternyata perempuan seperti itu. Dia pernah dengar dari tante tantenya kalau Papa Lavanya bisa menikah sama Mama Lavanya itu karena Mama kandung Lavanya menggoda dan merebut Papa Lavanya dari mantan pacarnya.

Bilbil tidak pernah tau kebenarannya, ia hanya mendengar cerita itu entah dari mana sumber jelasnya dan kapan. Tapi, Bilbil sudah mengecap Lavanya sebagai perempuan yang sama seperti yang orang-orang ceritakan tentang Mama kandung Lavanya.

Sejak hari itu perilaku Bilbil ke Lavanya sedikit banyak mulai berubah. Bilbil memang menyukai banyak laki-laki, mengingat statusnya yang juga masih jomlo. Kadang ia bahkan bingung siapa yang benar-benar ada dihatinya. Tapi melihat Hagavi dekat dengan Lavanya rasanya sangat tidak adil untuknya. Bilbil nggak suka melihat itu. BIlbil benci Lavanya, dan entah kenapa, rasanya sejak hari itu pula, BIlbil yakin laki-laki yang benar-benar dia sukai adalah Hagavi. Laki-laki manapun terlihat biasa saja sekarang. Bilbil membenci situasi ini juga kok, tapi demi apapun di dunia ini, dia lebih membenci Lavanya.


______

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Take A Chance With Me - Lee Jeno.Where stories live. Discover now