Lihatlah gerakan tenangnya ketika mencicipi kopi sisa itu... Jeong Taeui sudah merasa kalau masalah akan datang menimpanya...

"Kau tidak ingin sekolah lagi? "

Topik yang aneh, pikir Taeui.

"Maksudmu Kuliah?"

"Ya. Bukankah anak-anak seumuran mu biasanya berkuliah-- atau bekerja tapi juga kuliah, begitu? "

Jeong Taeui menghela napas, "Nggak, makasih. Aku ini cuma orang miskin yang hanya memiliki cukup uang untuk makan sehari-hari. "

Jeong Changin menatap keponakannya. Mata yang terkadang tampak dingin dan tajam itu entah kenapa terasa tak menyenangkan ketika menangkap setiap gerik tubuhnya.

Jeong Taeui, merasakan perasaan mengganjal yang tak nyaman.

Begitu Jeong Changin meletakkan cangkir kopi yang sudah habis separuh ke meja, dia berkata,

"Aku akan menanggung semua biaya dan fasilitasnya, juga biaya hidupmu. Jadi, bagaimana kalau kau ikut aku dan kuliah di luar negeri? "

Mendengar hal itu Jeong Taeui sempat terhenyak. Pamannya bukanlah orang yang suka mengatakan omong kosong, dan Jeong Taeui sangat tahu itu.

Tapi-- kenapa begitu mendadak? Dan lagi--

Jeong Taeui mendengkus,

"Paman, bukankah sudah kubilang untuk mengatakan tujuan asli paman? Berbohong seperti itu... Kau pikir aku nggak tahu? " Jeong Taeui menjadi serius. Dia meletakkan tangan di atas meja dan membungkukkan sedikit tubuhnya. Iris kecoklatannya menatap Jeong Changin,

Suaranya mendadak menjadi dingin,

"Apa yang paman inginkan dariku? "

Jeong Changin terdiam sejenak, namun kemudian tertawa kecil.

"Sial, keponakanku ini benar-benar sudah tak bisa bertingkah manis di depan pamannya hm... Baiklah... Baiklah... Kau juga sudah dewasa, jadi aku akan langsung ke intinya saja. " Jeong Changin balas menatapnya. Senyum di wajah pria 40 tahunan itu menghilang.

"Aku ingin memasukkanmu ke Sekolah Swasta di China-- tempatku bekerja sekarang ini. Ada sesuatu yang aku ingin kau lakukan selama disana. "

'Sudah kuduga...' Batin Jeong Taeui. Pamannya memang selalu seperti ini. Apapun permintaannya, itu merupakan sebuah rencana yang dia susun untuk mencapai kesuksesannya sendiri. Bahkan tiga tahun lalu ketika Jeong Taeui diminta untuk mengikuti wajib militer, ia berakhir dikeluarkan setelah ketahuan menyadap saluran tempat para pelatih melakukan rapat. Beruntung dirinya hanya dikeluarkan-- bukannya dikurung atau bahkan dibunuh.

Hanya saja karena hal itu... Dia sempat dipukuli dan mengalami cacat pada lututnya. Dan pamannya hanya datang menjenguk sembari berkata,

"Terimakasih atas kerja kerasmu. Beristirahatlah supaya cepat pulih."

Sial! Dipikir Jeong Taeui ini barang sekali pakai yang habis manis sepah dibuang? Pamannya bahkan tak muncul lagi setelah itu!

Sampai akhirnya saat ini-- Pria ini akhirnya kembali muncul untuk meminta sesuatu yang tak masuk akal darinya!

Jeong Taeui tidak ingin melakukannya lagi. Menuruti permintaan pamannya hanya akan membuatnya berakhir tragis seperti terakhir kalinya.

Tidak. Jeong Taeui masih sayang NYAWA. Dan masih ingin hidup DENGAN TENANG!

"Maaf paman, aku menolaknya. Bahkan kalaupun bukan misi dan kau tulus melakukannya, aku tetap nggak mau. Aku sudah cukup nyaman hidup pas-pasan seperti ini di Korea. Jadi--"

Your's To ClaimWhere stories live. Discover now