4.

323 62 11
                                    

"Mau sampe kapan sih, Mas, kamu mau berantem terus? Harusnya orang yang perlu kamu ajak berantem dari awal sampe akhir itu Sandro, kalian pernah jadi rival—bisnis dan hati—bukannya Jonathan!"

Laras menghela. Melirik sang suami dengan hati kesal. Selama perjalanan pulang mereka, bahkan Akssa pun sampai tega menghibahkan posisi menyetir ke Laras. Sementara lelaki itu masih duduk diam meredam emosi.

Laras sudah terbiasa dengan kemudi, bahkan jalan tol. Perjalanan pulang mereka lebih didominasi Laras yang memberi wejangan, tapi hanya dibalas diam oleh Akssa.

"Mas?"

"Fokus."

Laras berdecak. " Sampe kamu tega suruh aku nyetir gini gara-gara marah ke Jonathan."

Laras kembali melirik Akssa ketika lelaki itu membenarkan posisi duduk.

"Perjanjian itu nggak berguna! Di mana tanggung jawabnya waktu itu? Dia sendiri yang menikahkan Keesha dengan Darren dan bajingan itu berani memusuhi darah daging kita! Dan masih ada lagi perjanjian lain yang dia langgar, Laras!"

"Mas Akssa!"

"I'm done!" Sekali lagi suara Akssa meninggi.

Menatap keluar jendela dengan dada kembang kempis. Laras tahu Akssa menahan air matanya untuk tidak jatuh.

"Maaf," gumam Akssa kemudian.

"You should. Aku nggak mau liat kamu musuhan terus sama besan kita, Mas—jangan potong dulu!" Laras berusaha berbagi fokus menyetir. "Gimana pun juga Jonathan itu sahabat kita dari jaman kita PDKT, bonus jadi besan kita. Jangan sampe kita musuhan, Mas Akssa ... diliat orang nggak enak, apalagi didengerin ribut-ributnya. Mas Akssa mau nggak bisa liat Grandis, Aaryan sama Darrel gede? Memangnya Mas Akssa nggak takut mulutnya besok dirajam gara-gara kebanyakan ngomong kasar??"

Lagi, Akssa terpaksa diam meski hatinya frustasi ingin membantah.

"Ayo, jawab!"

"Fokus," ucap Akssa enggan menanggapi.

"Nggak mau jawab, kan? Kebiasaan Mas Akssa emang gitu. Makin tua makin sensi, mode senggol dikit bacok. Darren udah gede, kita nggak tau di rumah Jonathan selalu kasih perhatian Darren apa enggak? Nyatanya Darren biasa aja, tumbuh kembangnya bagus sampe punya anak dua sekarang. Kamu, jangan suka ikut campur. Jonathan meledak-ledak ya emang kebiasaan dia begitu dari jaman muda, Mas. Paling cuma sehari-dua hari, habis itu aku yakin kok mereka baikan lagi," jelas Laras panjang lebar.

Tidak, sebenarnya omongan Laras tidak hanya ditujukan kepada Akssa, melainkan dirinya sendiri yang ikut kurang yakin pada hubungan rukun Jonathan dengan Darren. Namun, Laras mencoba untuk mewejangi dirinya juga. Laras tidak boleh ikut campur. Toh, memang kelahiran Darrel waktu itu membuat semua merasakan sakit yang dialami Keesha, seakan mereka punya raga yang terhubung.

Perempatan depan, Laras sengaja mengambil belokan ke kiri di mana bertolak belakang dengan jalan rumahnya. Tangan lincah Laras mencoba menstabilkan kemudi mobil Akssa yang memang punya ciri khas kemudi berat.

Laras kembali melirik Akssa. Sang suami bahkan tidak benar-benar memerhatikan jalan, buktinya Akssa tidak kunjung bertanya kemana Laras membawa mereka pergi.

"Aku kangen Seafoodsea," ucap Laras sendu.

Beberapa saat masih terdiam, hingga kemudian helaan napas berat terdengar. Akssa mengusap wajah secara kasar lalu menoleh ke Laras.

"Maaf."

Air mata itu hampir turun. Laras menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Menahan tangis sambil menyetir mobil itu berat.

Kiss & Make-UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang