Valley tersentak ketika sebuah jaket kulit menutupi lengannya. Menoleh ke belakang dan mendapati Benaya yang sedang memakaikan jaket kepadanya.

"Kak?"

"Lain kali jangan pakai baju begini. Kamu jadi kedinginan, kan." Benaya ikut duduk di samping Valley mendekatkan wajahnya ke telinga Valley, lalu berbisik. "Kamu jadi dilihatin orang juga, jadi besok-besok pakai baju lengan panjang saja, ya."

Bulu kuduk Valley merinding saat hembusan nafas Benaya terasa menyapu di lehernya.

"Tapi, Kak. Aku lihat orang-orang yang ke pantai itu pasti pakai baju seperti ini. Cantik sekali kalau di foto, apalagi saat sedang sunset." Valley menutup wajahnya menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus di permukaan kulitnya.

"Iya. Cantik sekali."

Tanpa Valley ketahui Benaya mengatakan itu sambil menatapnya.

"Ini, Dek. Kelapanya."

Ibu penjual kelapa datang membawakan pesananan. Terpaksa Benaya mengalihkan pandangannya.

"Berapa, Bu?"

"Dua puluh lima ribu, Dek."

Benaya mengeluarkan dompetnya, dan mengambil uang berwarna biru dari sana.

"Ini, Bu. Kembaliannya ambil saja."

"Wah, terima kasih, Adek tampan. Semoga kamu dan kekasihmu langgeng ya, hihi." Ibu itu pergi sambil tersenyum.

Valley yang mendengar itu mengerutkan keningnya.

"Kekasih?" Beo Valley.

"Iya. Mau tidak?" Ucap Benaya santai.

"Ha? Kakak kenapa, sih." Valley mengambil kelapanya dan langsung meminum dengan cepat, tanpa mau memandang Benaya.

"Valley. Pilihan jawabannya, iya atau tidak."

"Atau." Ceplos Valley.

Benaya tak bersuara lagi, mengambil kelapa, kemudian meminumnya sambil memandang keindahan pantai di hadapannya.

Valley menatap takut-takut ke arah Benaya. Apa dia salah?

"Sebentar lagi matahari akan terbenam." Ucap Benaya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kamu mau berfoto?"

"Aku mau." Jawab Valley senang.

Benaya mengeluarkan handphone nya. Memotret Valley dengan baik saat matahari tenggelam.

"Mau berfoto bersama?" Celetuk Valley.

Benaya tersenyum. Kemudian mengarahkan handphone ke atas untuk mengambil gambar mereka.

"Ayo buat seperti ini." Valley membentuk setengah hati di tangan kanannya. Benaya membalas dengan tangan kiri. Jadi pose mereka sekarang adalah tangan yang membentuk love.

"1... 2... 3... Cekrek!"

Setelah puas berfoto mereka memilih duduk di pinggir pantai. Menatap takjub pada matahari yang belum benar-benar tenggelam.

"I wanna be yours."

Ucap Valley saat matahari sudah benar-benar tenggelam.

"Are you sure?" Tanya Benaya, saat mendengar pernyataan Valley.

"Of course."

Benaya tersenyum simpul

"You are mine. Now and forever."

Valley mengangguk singkat.

"Terima kasih, Valley."

Senja pada sore itu menjadi saksi. Saksi bahwa Valley telah menjadi kekasih dari seorang Kziel Benaya. Seorang yang sebulan lalu sangat di idolakannya, yang ternyata juga menyukainya. Semesta memang berpihak kepadanya, untuk saat ini.

***

Hi, Bi!जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें