32• MOON

1K 117 38
                                    

Saat memasuki musim semi, cuaca berubah menjadi semakin cerah dan tidak berawan. Suhu pun perlahan-lahan mulai menghangat, meskipun ku akui masih banyak angin sejuk yang berhembusan pada setiap malam. Ya, Skotlandia itu memang berbeda dari Inggris, karena di sini tidak pernah jika tidak dingin.

Namun tetap masih lebih baik dibandingkan musim dingin, karena setidaknya sekarang kami sudah tidak perlu untuk memakai syal atau pakaian tebal lain hanya untuk pergi ke kelas.

Justru cuaca saat ini sangat mendukung untuk melakukan berbagai aktifitas di luar; seperti berpiknik di halaman belakang, bermain Gobstone di rumput, berjalan-jalan di sekitar kastil, maupun menonton gurita raksasa sambil duduk di pinggiran danau hitam dan melamun.

—Tapi sayangnya kami tidak bisa melakukan semua itu, karena ujian akhir benar-benar sudah di depan mata. Jadi, alih-alih bermalas-malasan di luar, semua siswa terpaksa menetap di dalam Asrama hanya untuk menguras otak dan berkosentrasi belajar, sambil sesekali melirik cemburu pada pemandangan di luar jendela yang seakan memanggil-manggil.

Bahkan, seorang Fred dan George yang biasanya cengengesan dengan wajah jahilnya, tertangkap sedang serius membaca buku di pojokan Ruang Rekreasi. Nah, ajaib, kan? Mrs. Weasley pasti bangga karena si kembar yang sudah kelas lima akhirnya sadar betapa pentingnya ujian O.W.L.s.

Di sisi lain, Percy Weasley—Head Boy—terlihat sangat was-was dalam persiapan N.E.W.T.s; ujian tertinggi yang ada di kelas tujuh. Dia bahkan tidak segan-segan untuk menghukum siapapun yang menganggu ketenangan Common Room saat dia sedang belajar pada setiap sore.

Dan satu-satunya orang yang tampak jelas lebih was-was dari Percy adalah kakakku, Hermione. Dia pernah melewatkan makan seharian demi memojokkan diri di perpustakaan sampai kantung matanya menebal seperti Spooky. Aku tahu dia memang mengambil semua kelas, namun bagaimana caranya dia menghadiri semua kelas, itu yang aku belum bisa mengerti.

—Mungkin saja aku akan menanyakannya saat sudah selesai nanti, karena sekarang ujianku juga tidak kalah pentingnya. Seminggu terakhir ini aku selalu belajar bersama Lilac, Morro dan Ginny, sementara Edgar sibuk sendiri membuat contekan yang menurutnya tidak akan ketahuan; pemikiran yang agak bodoh memang.

Dan tidak tanggung-tanggung, ujian pertama di hari Senin langsung di awali dengan pelajaran Ramuan. Bukan suatu hal yang mengejutkan bahwa ujiannya ternyata sangat sulit, hampir seperti bencana. Kami diminta untuk membuat Fire Protection Potion, dengan pengawasan ketat dari Profesor Snape yang mondar-mandir dengan mata tajamnya sambil menulis catatan.

Lalu dilanjut Sejarah Sihir pada siang hari; sepuluh pertanyaan tentang kebijakan pembuatan barang-barang Goblin dan pendiri Hogwarts yang—well—terjawab semuanya.

Defence Against the Dark Arts pada Rabu pagi, dimana ini adalah salah satu ujian terseru yang pernah kami lewati. Profesor Lupin menyiapkan tantangan buatan di pinggir Hutan terlarang, setiap tantangan terdapat satu Makhluk Gelap yang harus kami lewati dengan mantera yang sudah diajari—dan aku dapat nilai sempurna.

Siang harinya adalah ujian Herbologi, masih mengenai cara menanam Mandrake dan  Leaping Toadstool. Kemudian Tranfigurasi, lumayan sulit karena double, ada ujian tertulis dan ada ujian praktik. Sedangkan pelajaran Charms sukses besar, Profesor Flitwick meminta kami berpasang-pasangan untuk melepaskan mantera terhadap satu sama lain sehingga mudah diatur bagaimana reaksi dari lawan.

Sampai akhirnya ujian terakhir pada kamis tengah malam di Tower tertinggi, Astronomy.

     "Y/n, please, tanya aku lagi tentang bintang-bintang itu, please cantik, yeah?" Ginny menggelendoti lenganku di sepanjang perjalanan menuju Tower Astronomi.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫? | Draco Malfoy X ReaderDär berättelser lever. Upptäck nu