Anak perempuan pertama

Start from the beginning
                                    

Di perjalanan Hazel bertanya kepada Amara dimana Gio berada, kenapa hari ini Amara pergi bersama opa, dan kenapa hari ini ia dijemput oleh kakek dan tantenya. Apakah bapak menemani ibunya bertemu sang adik. 

Tentu saja semua jawabannya salah Hazel sayang.

"Ibu ada di rumah opa. Bapak lagi kerja. Opa baru jemput aunty Ra di bandara. Sekarang opa lagi libur, jadi opa jemput Hazel deh," jelas opa menjawab semua pertanyaan Hazel.

Sampainya Hazel di rumah mami/oma, ia langsung bertanya kepada orang rumah dimana ibunya berada. Rumah mami memang cukup besar, jadi Hazel sulit untuk mencari ibu. Tiap orang yang ia tanya juga jawabannya sangat tidak membantu.

"Ibu Ayu ada dimana?"

"Ibunya Hazel ada di dalam."

Terus saja seperti itu jawabannya. Hazel juga tahu jika ibu pasti berada di dalam. Tidak mungkin ibu diam di depan pagar. Akhirnya ia berteriak sambil terus berjalan mencari ibu, sampai jawaban dari salah satu asisten rumah tangga mami membantunya untuk mencari ibu.

"Ibuuu," Hazel berlari ke arah ibu yang sedang rapat bersama beberapa karyawan dan juga mami.

"Haii sayang ibu. Duduk sini sebentar ya ibu masih rapat." 

Hazel mendudukkan dirinya di kursi samping ibu. Beberapa pasang mata menatapnya dan memberi senyuman manis karena tingkahnya yang menggemaskan. Ia bergabung dengan ibu dalam agenda rapat kerjanya, ia sangat bangga akan hal itu. Menjadi orang dewasa itu sangat keren.

"Kakak baru sampe?" akhirnya rapat selesai. Hazel mengantuk untuk beberapa saat mendengar ocehan orang dewasa itu. Ternyata menjadi orang dewasa tidaklah mudah.

"Ngantuk ya dengerin orang ngomong? Mau bobo?"

Hazel menggeleng dan merentangkan tangannya ingin berpindah memeluk sang ibu. Tapi ternyata sulit, perut ibu menghalanginya. "Bu mau makan."

"Yuk kita makan siang dulu."

Jika dulu sebelum ibu kembali bekerja, ibu akan selalu mengikuti Hazel kemanapun entah bermain, menonton, menggambar atau bernyanyi. Tapi sekarang kebalikannya, Hazel yang akan mengikuti ibu, entah rapat, mengunjungi kantor, atau pergi ke luar kota. Membuatnya merasa lebih lelah daripada ia biasa bermain.

Setelah makan siang, ibu harus kembali bekerja. Padahal Hazel masih ingin bersama ibu. "Hazel, sini kita kasih makan ikan," ada ajakan yang membuat sedihnya langsung hilang. Untung ada opa yang sedang libur, katanya.

"Wowww. Ini punya opa? Besarr banget ikannya."

Opa tersenyum bangga melihat Hazel yang antusias melihat peliharan yang ia sayangi. Hazel juga membantu opa memberi makan siang kepada ikan-ikannya. Jam makan siang memang lebih sedap daripada jam makan lainnya, terlihat ikan-ikan itu berebut pakan yang ditabur oleh Hazel. Air kolam sampai menyiprat ke bajunya.

"Ah opa basahh," adu Hazel.

"Gak papa seru kan?" memang menyenangkan, Hazel juga tidak kapok walaupun seragam dan mukanya harus terciprat air kolam akibat semangat ikan menyantap makan siangnya. "Opa punya kue, mau gak?"

Tanpa perlu di tanya juga Hazel pasti akan makan kuenya. Sambil duduk di bangku taman pinggir kolam, Hazel ikut menikmati camilan bersama opa. "Opa nanti mau lihat adek aku gak?"

"Oh ya mau dong," opa meminum kopinya dengan nikmat ditemani cucunya yang tidak pernah henti mengoceh, "Hazel nanti sama kayak ibu ya? Jadi kakak pertama."

My Heart Calls Out For YouWhere stories live. Discover now