Bab 1: Althea

6 1 0
                                    

Halo! Apa kabar?

Happy Reading!

.

.

.

.

.

.

Gadis berambut pirang keemasan itu berlari di sepanjang lorong mansion. Gaun outdoor berwarna putih miliknya menyapu lantai saat ia berlari. Ia tersenyum tipis melihat para dayang dan pelayannya berusaha mengejarnya. Saat ini ia sedang mencoba kabur dari mereka semua.

"Nona, tolong berhenti! Berlari seperti itu berbahaya!"

"Iya Nona, tolong dengarkan kami! Kami mohon berhentilah!"

"Kami bisa terkena masalah Nona," ucap salah seorang pelayan dengan nada memohon.

Gadis bermata zamrud itu terus berlari menuju taman sambil mengangkat kedua ujung gaunnya. Ia tidak menghiraukan para pelayan yang mengejarnya dengan sekuat tenaga. Ia melepaskan kedua sepatunya agar memudahkannya dalam berlari.

Gadis itu menghentikan langkahnya saat kaki jenjangnya menyentuh rerumputan. Ia rasakan sensasi menyegarkan saat rerumputan hijau menyentuh kakinya.

Netra sewarna batu zamrud itu bersinar layaknya pepohonan yang disinari mentari Angin segar menerpa wajah dan rambutnya.

Senyumnya merekah saat melihat bunga-bunga di taman mekar dengan indahnya. Sampai sesosok pria paruh baya berdiri di hadapannya, membuat senyumnya menghilang.

"Althea Luciana De Ingrid," nada dingin pria tua itu berhasil membuatnya terdiam.

Althea Luciana De Ingrid, putri tunggal Count Ingrid. Gadis cantik dengan rambut panjangnya yang bergelombang seperti sinar mentari. Mata hijaunya yang teduh seperti pohon akasia. Kulitnya yang seputih susu dengan pipi merah alami. Langkah kakinya yang selalu membawa keceriaan untuk sekelilingnya.

Banyak rumor yang tersebar di kekaisaran bahwa ia hanya bisa menghamburkan harta keluarganya karena Count terlalu memanjakannya. Orang-orang mengatakan ia keras kepala dan angkuh tapi orang-orang tidak pernah tahu hatinya yang begitu rapuh.

"Ayah!"

Gadis itu tersenyum cerah menatap ayahnya. Count Ingrid hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan putri kesayangannya.

"Thea lain kali jangan berlari seperti itu, kau bisa terjatuh."

Althea hanya bisa tersenyum sambil menatap ayahnya, "Baik ayah, aku hanya ingin bersenang-senang sebelum pergi ke akademi!"

"Saat di Akademi aku akan sangat merindukan kalian semua," ucap Althea dengan mata hijaunya yang berbinar-binar.

"Kami juga akan merindukan Nona," sahut salah seorang dayang berambut hitam.

Althea merasa hatinya menghangat melihat banyak orang yang menyayanginya. Ia akan sangat merindukan mereka semua nantinya. Ia benar-benar merasa bersyukur atas semua kasih sayang yang dilimpahkan kepadanya selama ini.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Sep 18, 2023 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Althea and Her Ice Prince Où les histoires vivent. Découvrez maintenant