One Night Stand

585 39 0
                                    

Javeera meminta Archil menemaninya untuk minum di salah satu klub malam.

"Tumben kamu ingin minum?" tanya Archil.

"Tidak apa-apa, hanya sedang mumet dengan pekerjaan saja," jawab Javeera meneguk minumannya. Archil pun meneguk minumannya.

"Ar,"

"Hm?"

"Kalau kamu harus memilih, apa kamu akan menikahi wanita yang hanya kamu anggap kerabat, bukan karena cinta?" tanya Javeera.

"Kenapa bertanya begitu?"

"Jawab saja, jangan balik bertanya," cibir Javeera membuat Archil tersenyum.

"Tentu saja, aku akan memilih untuk mencari pasangan yang aku cintai. Aku bukan orang yang bisa bersandiwara dan menerima orang yang bahkan tidak aku cintai," ucap Archil.

Javeera terdiam beberapa saat.

"Kenapa?" tanya Archil.

"Tidak apa-apa." Javeera kembali meneguk minumannya.

"Minggu depan kamu akan bertunangan dengan tuan Devan, kan? Apa itu alasan kamu ingin minum?" tanya Archil.

"Sok tahu kamu."

"Aku sudah mengenalmu, aku tahu mana yang kamu suka dan tidak. Kalau kamu memang tidak menyukainya, kenapa kamu mau bertunangan dengannya? Bukankah orang tuamu tidak memaksakan hubungan kalian?" tanya Archil.

"Banyak pertimbangannya, Ar. Bagaimana pun, keluarga kami sudah sangat dekat, aku tidak bisa memutuskan hubungan begitu saja."

"Kamu itu terlalu baik, Veera. Kamu bersikap seperti ini karena tidak mau membuatnya kecewa dan sakit, bukan? Bahkan beberapa kali, dia mengabaikan dan tidak menghargaimu, kamu abaikan itu." Archil terdiam beberapa saat. "Dari pandanganku, ini bukan sebuah hubungan yang sehat. Ini jelas hanya sebuah kesepakatan layaknya kerja sama pekerjaan dengan investor. Terkadang investor tidak mau tahu bagaimana usaha kamu mengembangkan bisnisnya, yang mereka mau hanya keuntungannya saja."

Javeera terkekeh. "Kamu benar-benar mengetahui banyak hal."

Archil mengedikkan kedua bahunya. "Tidak sulit untuk menebak itu, Veera."

"Kamu cantik, banyak wanita yang iri dengan kecantikanmu, banyak juga pria yang menginginkanmu. Kamu juga pintar dan statusmu tidak diragukan lagi. Kamu seorang bangsawan, dan sayang kalau kamu mengorbankan kebahagiaanmu begitu saja."

"Apa kamu juga menginginkanku?" tanya Javeera.

Cukup lama mereka saling bertatapan, terpaut satu sama lain, mencari sesuatu yang nampak di mata mereka. Sorot mata amber yang tajam dan memesona.

"Ya, aku menginginkanmu."

Degh!

Untuk seperkian detik Javeera tertegun mendengar ucapan Archil. Tetapi dia langsung tertawa dan mengalihkan pandangannya.

"Kamu lucu, Ar."

Archil merebut gelas yang hendak kembali diminum oleh Javeera.

"Sudah cukup. Kamu sudah mabuk," ucap Archil.

"Aku mau minum lagi."

"Kita pulang saja, ya."

Archil menghentikan Javeera yang sudah cukup mabuk. Dia memapah Javeera meninggalkan klub.

Di dalam mobil, Archil yang menyetir mobil dan Javeera menurunkan kaca jendela mobil. Dia menyembulkan kepalanya keluar jendela dan merasakan terpaan angin di kulit wajahnya.

Terjerat Pesona BodyguardWhere stories live. Discover now